Aku dan Pak Micha--Papa mertua ku- tak berbicara apapun. Demi apa, sampai kapan aku harus diam didepan papa mertua ku? Dia hanya mengerjakan beberapa file dan sesekali menatap diriku.
"Kota" panggilnya dan aku langsung mengarahkan kepala ku kehadapannya.
"Ya Pak?"
"Jangan Pak. Tapi Papa, sama seperti biasanya" pintahnya dan tak mungkin ku langgar. Dan lagian dia itu Papa mertua ku.
"Ya Pa?"
Dia tersenyum sebelum ia melanjutkan ucapannya. "Apakah kau bisa menghubungi Gilbert? Aku lupa untuk menghubunginya untuk memesan restoran langganan ku"
"Baik Pa" kataku dan langsung berdiri dan berjalan menuju sudut ruangan.
Aku mengeluarkan benda yang berbentuk persegi panjang itu dari sakut jas ku. Dan aku menghubungi Gilbert--asisten Papa mertuaku- ah! Bagi yang penasaran darimana aku mendapatkan nomor kontaknya, aku sudah mengetahuinya sejak aku menjadi wakil dari perusahaan ini."Halo Pak?" jawabnya dari seberang sana.
"Bisakah kau pesankan restoran langgan Pap- maksudku Pak Micha? Kami ada rencana untuk pergi malam ini"
"Baik Pak. Akan saya pesan" katanya dan langsung kumatikan sambungannya secara sepihak.
Aku berjalan kembali menuju kursi yang tadinya ku duduki. Papa mertuaku masih saja serius untuk mengerjakan file file itu."Ada yang bisa Kota bantu Pa?" tanyaku, karna menurut ku dia mungkin sudah lelah.
Dia menatap mata ku sejenak dan tersenyum. "Tak usah Kota. Ini bagian Papa dan nanti akan ada bagian kamu" katanya dan langsung menlanjutkan pekerjaannya.
Aku hanya bisa tersenyum dan sekali sekali mengajaknya untuk mengobrol. Ayah ku dan Papa mertua ku itu adalah sahabat dari kuliah. Ayah ku selalu menceritakan banyak hal tentang Papa mertuaku, dari pertama mereka bertemu dan sampai mereka mempunyai pekerjaan masing masing. Papa mertua ku selalu mengganggap diriku sebagai anaknya sendiri sejak kecil. Sejak kecil aku selalu dibelikan mainan oleh Papa mertua ku.
Ayahku hanyalah seorang pegawai kantor biasa, tapi itu tak memisahkan dari persahabatan yang sudah mereka bangun. Aku salut melihat mereka berdua. Hingga seka---"Tok Tok" suara ketukan menghancurkan pikiranku sendiri. Mungkin itu Gilbert atau siapalah.
"Masuk" kata Papa
Dan yang mengetuk itupun masuk. Itu istri dan anakku. Apa? Maafkan diriku. Coret! Itu Inoo dan Chinen anaknya.
Chinen langsung berlarian menuju kearah Papa dan memeluknya. Dan Papa pun mengabaikan pekerjaannya dan membalas pelukan Chinen."Grandpaaa..." panggil Chinen senang
Papa hanya bisa tersenyum dan semakin memeluk Chinen erat.Inoo berjalan kearah aku terduduk, dia mengenakan pakaian dress? Aku tak tau mengatakannya, apakah itu dress? Ah, yang penting dia sedang mengenakan baju yang selutut yang berwarna cream coklat. Dan menurutku dia biasa biasa saja. Tunggu dulu, kenapa aku mendeskirpsikannya? Sungguh aneh jika aku berhasil mendeskripsikannya.
Dia memasang muka biasa biasa saja. Merasa aku tak akan menyapa atau mengomentari apa yang ia kenakan, ia menuju kearah Papa dan memeluknya sejenak.
"Bajunya mirip dengan milik Mama mu" kata Papa
"Ini memang milik Mama Pa..." balas Inoo
"Hoho...benarkah? Pantas saja mirip. Karna Papa yang membelikannya"
Inoo hanya membalas jawaban Papa dengan senyuman. Apakah Papa sekarang sedang mengode diriku? Atau aku saja yang terlalu ge-er? Papa menghadapkan tatapannya kearahku.
KAMU SEDANG MEMBACA
You are My Husband! [✔️]
Fanfiction'3 "Kita sudah menikah dan memiliki anak. Apakah kau tak akan pernah menganggap aku sebagai istri mu?!" "Just shut up your mouth! Kita menikah hanya karena surat wasiat itu!" "Dan anak kita?!" "Itu anak mu dan dia bukan anakku. Aku tak pernah mencin...