6 'Inoo

702 62 46
                                    

"Aku tak mengejarmu karena aku tau bahwa kau ingin sendiri terlebih dulu. Itulah sebabnya kenapa aku menunggumu tadi malam dan ingin meluruskan semua masalah kita" itulah kata kata terakhir yang dilontarkan dari mulut Yabu.
Aku terdian sejenak. Terdiam untuk mempertanyakan selanjutnya.

"Apakah benar? Apakah kau mau berubah?" tanya ku ke Yabu yang masih setia menunggu jawaban dariku.
Yabu hanya mengangguk sekali dan aku membalasnya dengan senyuman kecil.

"Aku akan mencobanya Inoo" katanya meyakinkan ku.
Aku senang mendengar kata kata itu. Aku tersenyum lebar. Sial! Aku tak bisa menyembunyikan rasa senang ini.
Sejenak aku melihat kearah Yabu, ekspresinya tak seperti biasa. Kali ini dia agak, eeerr......hmmm...aku tak bisa mendeskripsikannya. Tapi yang jelas wajahnya tak seperti biasa.

--

Sesampainya didepan rumah, aku dan Yabu turun dari mobil. Aku masuk kedalam rumah terlebih dahulu dan diikuti oleh Yabu dari belakang.

Aku menuju kedapur untuk mengambil sarapan dan yah, tadi pagi aku belum sarapan. Aku hanya menemani Chinen makan.
Aku mengambil lauk dan nasi sesuai dengan porsi makanku dan aku langsung berjalan menuju meja makan. Disaat aku barusan saja duduk, Yabu langsung duduk didepanku.

"Mau ngapain?" tanyaku bingung

"Aku ingin sarapan. Apakah tak boleh?" tanyanya

"Ta-"

"Buatkan aku sarapan sesuai dengan porsi makanku. Aku sudah kelaparan sejak tadi" pintahnya dan aku langsung menuju dapur untuk melakukan hal yang sama, yaitu mengambil lauk dan nasi dengan porsi Yabu yang tak jauh beda dengan punyaku.

Setelah dari membuatkan makanan untuk Yabu, aku langsung berjalan menuju Yabu terduduk. Dia duduk pas didepanku. Aku meletakkan piring yang berisikan makanan Yabu didepannya.

"Selamat makan" katanya dan dia langsung menyatap makannya dengan lahap. Sifatnya hampir mirip dengan Chinen. Aku pun juga memakan makanan yang sudah ku masak dengan susah payah tadi pagi.

"Enak" gumamnya. Tapi tetap saja masih dapat kudengar gumamannya itu. Dia seketika menatap kearah mataku.

"Sejak kapan kau bisa memasak?" tanyanya

"Sejak Chinen lahir" kataku seadanya dan yah, aku dulunya tak pintar memasak.

Yabu hanya mengangguk mengerti dan melanjutkan makannya. Begitu pula denganku yang melanjutkan makanku dengan santai.
Setelah pembicaraan itu kami tak berbicara satu patah katapun. Kami makan dalam diam.

"Aku sudah selesai" kata Yabu yang sudah menyelesaikan makannya dan piringnya amat amat bersih, tak ada satu butir nasi pun yang tertinggal.

Aku melotot kearah Yabu dan dibalas oleh tatapan bingung Yabu.

"Kenapa?" tanyanya

Aku hanya menggeleng dan melanjutkan makanku yang tinggal beberapa sendok lagi.

.
.

Selesai makan aku langsung mengambil piringku dan piring Yabu kedapur. Aku menyuci piring kami dan setelah itu aku menuju ke ruang keluarga dan mendapati Yabu yang tengah duduk santai menonton diasana.

"Apakah kau tak bekerja Yabu?" tanyaku

Yabu yang sedaritadi fokus kelayar televisi pun menghadapkan wajahnya kearahku. "Ya, aku hari ini bekerja. Kenapa? Kau mau mengusirku dari rumah ini cepat cepat?" tanyanya penuh dengan nada sendu.

"Ti-Tidak. Aku tak mungkin mengusirmu. Aku hanya bertanya Yabu" kataku

"Hm. Iya iya. Aku hari ini bekerja, hanya saja jadwalku tidak terlalu padat dan--"

You are My Husband! [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang