13 'Inoo

423 58 7
                                    

Saat aku sudah masuk selangkah kedalam kamarku, aku berusaha untuk tetap tak menatap dirinya. Chat Hikaru di ponsel Yabu masih terlintas dikepalaku.

"Apa?" tanyaku dingin

"Ke...Kei? Ada apa denganmu sayang?" tanyanya

"Ada hubungan apa kau dengan Hikaru?" tanyaku langsung to the point

"Aku tak punya hubungan apa apa sayang, Hikaru hanyalah asistenku"

"Ha? Hanyalah sebatas asisten?" tanyaku lagi

"Iya sayang, beneran"

"Oh, jadi kau tak mempunyai 'hubungan' dengannya?" tanyaku lagi

"Hubungan apa? Kamu kok jadi ngomong yang aneh?"

"Cek saja ponselmu, aku sedikit kecewa Yabu" kataku dan langsung masuk kedalam kamar tanpa memperdulikan dia yang lagi mematung didepan pintu.

Rasa sakit muncul lagi, sial! Harusnya aku tak terlalu mempercayainya. Ini hanya akan membuat hatiku semakin hancur. Yabu dan Hikaru--sial! Dadaku semakin sakit ketika hayalan itu muncul.

Tanpa sadar air mataku sudah lolos dan jatuh memabasahi kedua pipiku, aku mengusapnya lalu berjalan kearah kasurku. Aku membaringkan tubuhku dan menarik nafas untuk menenagkan diriku.

"Aku masih mencintainya" gumamku kecil dan tanpa sadar aku terlelap dari tidurku.

--

"Sayang aku pergi kerja ya" suaranya membangunkanku dari tidurku yang singkat. Aku membangkitkan tubuhku tanpa ada niat untuk menjawab ataupun membuka pintu untuk Yabu.

"Aku berangkat" katanya lagi dan kudengar langkah kaki yang menjauh.
Merasa dia sudah berada dilantai 1, aku membuka pintu dan mengintipnya sedikit. Dia mengenakan baju yang um, berantakan. Apakah dia tadi terburu buru? Dan kulihat dia lagi berbicara dengan Yamada lalu mengelus puncak kepala Yamada sebentar dan tak lama kemudian Yabu pergi dengan Yamada yang melambaikan tangannya ke arah Yabu.

Aku menuju kelantai 1 dan Yamada langsung melihat kearahku. Dia tersenyum lebar lalu menghampiriku.

"Tan, tadi Om bilang Yamada harus jagain Tante" kata Yamada

"Oh benarkah?"

"Iya Tan, terus tadi baju Om kayaknya kurang bagus deh. Masa dasinya bulat bulat (polkadot) warna hijau tua, terus bajunya warna orange gitu. Terus baju dalamnya warna hitam" kata Yamada dan sejak kapan anak yang berumur 7 tahun sudah bisa mendeskripsikan orang lain.

"Haha iya tuh, Tante juga bingung. Nanti mau ga Yamada ikut tante anterin baju untuk Om Yabu?" ajakku tiba tiba dan pemikiran itu tiba tiba terlintas dipikiranku saja. Aku tak mau Yabu dipandang aneh dengan orang orang lain, lagian dia sebentar lagi akan menjadi pemimpin sekaligus pemilik perusahaan Papa.

"Apakah Chinen juga akan ikut Tan?"

"Tentu saja, kita akan mengantar baju Om setelah kita menjemput Chinen dari sekolah" kataku dan percayalah raut wajah Yamada langsung berubah drastis, raut wajahnya menjadi semakin senang. Astaga, sangat lucu.

"Mau banget dong Tan. Apalagi kalau ada Chinen" kata Yamada sambil tersenyum girang kearahku

"Baiklah, Tante akan memasak dan Yamada duduk saja ya" kataku

"Apa Yamada bisa bantuin Tante?"

"Tidak perlu, Yamada duduk saja dan nonton televisi"

"Um, tapi Yamada ga enak. Masa Yamada hanya duduk saja. Yamada mau bantuin tante. Yamada ga keberatan kok kalau tante suruh Yamada yang berat berat" katanya panjang lebar. Dia masih kecil dan sudah berpikiran dewasa? Yuya dan Daiki mengajarkan apa ke dia?

You are My Husband! [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang