"Mendingan sekarang naik ke motor, gue anterin lo pulang."
•-•"Pa, Yudha kayaknya belum bangun. Padahal hari ini dia udah harus masuk sekolah."
Ivy yang membawa teko susu ke meja makan akhirnya ikut bicara. "Bu An-"
"Jangan panggil saya bu. Panggil aja 'tante' ya, Ivy."
"Iya ... tante, Yudha boleh aku bangunin?" lirihnya malu-malu.
"Tentu Ivy. Masuk aja gapapa," jawabnya penuh semangat.
Ivy mengangguk lantas melangkah meninggalkan ruang makan. Di depan pintu kamar, Ivy menghela nafas. Dipegangnya engsel pintu, mendorongnya perlahan.
Kepala Ivy melongok memeriksa sesuatu. Pintu coklat itu kian melebar bersama dirinya yang mulai melangkah masuk. Benar saja, Yudha masih bergelung bersama selimut di atas ranjang.Ivy membuka tirai jendela kamar. Cahaya matahari seketika memenuhi ruangan yang semula redup. Masih tak ada tanda-tanda bahwa pemuda di atas kasur itu akan membuka mata. Tentu saja Yudha tidak terganggu oleh sinar matahari, dia tidur membelakangi jendela kamarnya.
Ivy mendekat, tatapannya tertuju pada jam beker yang ada di nakas. Ternyata dianggurin. Gadis itu membatin sambil menyetel alarm pukul lima pagi.
Berbagai cara sudah Ivy lakukan untuk membangunkan pemuda itu. Dari memanggil namanya, menarik selimut yang dikenakannya, menggoyang-goyang kakinya. Semua itu tak berhasil.
Ada sih, satu cara terakhir. Pakai air. Meraih gelas di nakas, Ivy memercikannya di wajah pemuda itu. Nah, ayo bangun, Ayo!
Yudha mengerutkan dahi, satu tangan mengusap wajah. Kedua kelopak matanya mengerjap, dia terjaga. Dan detik itu juga Ivy mendapat makian.
"Lo apa-apaan, sih?! Main nyelonong masuk ke kamar orang aja. Gini ya cewek baik-baik, gak punya etika. Heran. Tipuan jenis apa yang lo pake buat ngelabuin bokap gue.”
Suasana hening sejenak.
“Gue harap lo, gak memanfaatkan kebaikan hati bokap gue." Yudha tersenyum sinis di akhir kalimatnya.
"Terserah. Mending mandi sekarang kalo gak mau terlambat masuk sekolah."
Gadis itu melangkah berbalik bergegas keluar, membuka pintu di samping kamar Yudha. Yap, kamarnya bersebelahan dengan kamar Yudha. Ivy kontan melirik jam di pergelangan. Loh, udah jam tujuh kurang seperempat. batin Ivy.
Ivy beregegas mengambil tas. Segera keluar kamar dan menuruni anak tangga lalu melangkah menuju meja makan.
"Bi, Tante Anne sama Om Tirta udah berangkat?" tanya Ivy.
"Iya, Vy. Itu dimakan sarapan kamu, terus ... ini uang jajan buat sebulan dari Tuan Tirta."
Ivy memandang lamat-lamat amplop tersebut lalu menyimpannya ke dalam tas. Menghabiskan sarapan dengan tergesa-gesa dengan perasaan was-was. Semoga dirinya belum telat.
."Weee ... Yudha! ngapain di sini?"
Dengan wajah kesal, Dana mendekati sahabatnya. Sejak tadi ia dan Rama sudah menunggu di kantin, tapi orang berambut coklat ini tak kunjung turun. Alhasil dialah yang harus menyusul Yudha ke sini. Ck! Menyusahkan sekali.
"Dasar bebal!"
Dana berdecak, suaranya ternyata tak bisa menembus gendang telinga Yudha. Sahabatnya ini malah terus menatap ke lantai bawah. Ada apa sih. Dana yang penasaran tentu saja mengikuti arah pandang Yudha. Tak ada siapa-siapa kecuali seorang siswi yang sedang berlari mengelilingi lapangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forget Me Not
RomanceDulu sekali Fandi ditinggal gadis tercintanya karena sebuah hutang. Ketika dewasa dia ditinggal menikah oleh calon istrinya-perempuan yang sama-karena sebuah kecelakaan. Sialnya, kali ini dia tak berdaya saat si keparat Yudha mempersunting wanitanya...