FMN - 10. Yudha Cemas (?)

186 29 0
                                    

‍‍‍‍‍"Rumah lo di mana?"

Ivy memandang jalanan di luar jendela, menyedot sedikit minuman di gelasnya lalu menjawab, "Perumahan Duta Asri blok 3, nomor 12."

"Wah ... kita satu perumahan dong. Kalo gue blok 5, nomor 8.”

Ivy melihat sekilas lalu tersenyum, itu bukan rumahnya.

“Oh Iya, gue kasih tau sama lo satu hal. Bis dari arah rumah-sekolah itu emang ada, tapi gak untuk Bus dari arah sekolah ke rumah," ucapnya lalu terkekeh.

"Sebenernya ada bus yang rutenya ke arah rumah, tapi lo harus jalan sekilo dari sekolahan sampe ke halte itu. Dan rute busnya lewat jalan lain, gak akan lewat jalan saat lo berangkat dari rumah sampe ke sekolah."

Ivy diam saja, ia masih memandang ke luar jendela. Seakan di sana ada hal yang lebih menarik ketimbang perbincangannya dengan Agian. Ia malah sibuk dengan gelas dan sedotan, cuma melirik Agian sekilas tanpa berniat melempar kata.

"Lo masih marah ya sama gue soal tadi pagi?"

Malingkan wajah dari keramaian di jalan, Ivy tersenyum pada Agian. "Nggak marah. Cuma kesel, tapi yaudahlah itu juga salah gue.”

Oh, Ivy belum memberi tahu ya, kalau Agian tiba-tiba menepikan motor di depan starbucks. Mengajak Ivy menongkrong tak jelas seperti ini. Ia tentu tak bisa menolak, tahu diri Ivy cuma menumpang motor laki-laki itu.

"Tadi, kenapa terlambat pulang?" Ivy bertanya. Kali ini gadis itu menghadap penuh pada wajah Agian.

"Gue tadi ada rapat osis."

Ivy hanya ber oh ria mendengarnya. Percakapan mereka terhenti karena makanan yang di pesan sudah datang. Dialog ringan menemani acara makan mereka. Kecanggungan yang tadi begitu terasa, seketika tergantikan dengan keakraban yang tercipta di antara keduanya.

Sedangka di tempat lain. Yudha berdiri di balkon kamar dengan perasaan was-was, ada sedikit penyesalan terlintas di benaknya.

Gimana keadaannya? Kapan dia bakal pulang?

Tak terhitung berapa kali pertanyaan serupa berputar di kepala. Jika saja Bi Sari tidak memberitahunya tadi, ia tak akan pernah tau kalau Ivy baru pindah ke Jakarta.

Gimana kalo ada yang berniat jahat ke dia?

Bukan Yudha peduli, tapi ia harus bilang apa pada papanya kalau cewek itu hilang. Cerita bahwa dia sudah meninggalkan orang yang buta jalan pulang ke rumahnya. Yudha akan mendapat masalah besar kalau itu sampai terjadi.

Yudha menjambak rambutnya kasar. Udah jam lima. Gue harus nyusul dia.

Di saat akan meninggalkan balkon. Telinganya mendengar suara deru motor dari gerbang, Yudha melempar pandang ke sana.

"Makasih traktirannya, makasih juga buat novelnya. Oh iya, btw gue harus manggil lo apa? Apa pakek ambel-embel 'Kak' ?"

Agian tersenyum. "Gak usah, panggil aja kayak sekarang lo manggil gue."

Ivy terkekeh kecil. "Iya sih ... tapi gak enak ama temen lo."

"Kenapa gitu?”

"Nanti mereka sewot dan menganggap gue gak sopan sama Kakel," ucapnya dengan nada sebal.

"Biarin ajalah. Ngomongin kesopanan, apa sikap lo yang cuek, dingin dan gak ramah tadi pagi itu disebut sopan sama kakel?"

Memasang wajah sebal, Ivy melipat kedua tangan di dada. Membuat Agian tersenyum lebar. "Iya gue ngerti, yaudah gih masuk udah mau mahgrib."

Forget Me NotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang