6. Utama Dan Yang Diutamakan

11.5K 694 112
                                    

Indra’s pov

Mbak Maya berdiri dari duduknya dan berbalik, Mas Indra memegang tangannya. “Maya-”

“Sudahlah Mas. Urusi saja mereka dan jangan pedulikan aku! Kau tidak pernah peduli padaku ataupun bayi yang ku kandung!” teriaknya menyingkirkan tanganku dan berlari ke atas.

Aku memandang kedua puteraku yang memandangku dengan wajah syok mereka. Pandanganku teralih pada Ralia yang menunduk dan Bunda yang menahan emosinya. Aku memejamkan dan menghela nafas panjang berulang kali.

Sebenarnya apa yang terjadi padanya?

Emosinya mudah sekali berubah, dia sangat manja padaku tapi berubah menjadi amarah yang meluap-luap jika mengenai Ralia dan kedua anakku. Apa ini karena perubahan hormon? Ku pikir Ralia dulu tidak separah ini, dia bahkan masih memikirkan Maya.

“Alvan, Alvin, lanjutkan makannya. Nenek suapi ya.” Bunda mengambil alih perhatian si kembar. Syukurlah, mereka mau menurut pada Bunda.

Aku memandang Ralia yang mendongak, “Kenapa Mas masih disitu? Susul Mbak Maya.” Aku berjalan ke arahnya membuatnya menatapku heran. Aku berdiri tepat di sampingnya membuatnya berdiri juga. Aku langsung menariknya dalam pelukanku dan memeluknya sangat erat.

Aku merasa sangat bersalah padanya. Dua hari berlalu bahkan aku tidak sempat bicara dengannya. Tak bisa ku pungkiri, aku merindukannya dan si kembar. Tapi, aku tidak bisa meninggalkan Maya.

Setelah bertahun-tahun mendapatkan cobaan hingga aku tidak terlalu berharap, rezeki itu datang. Perempuan yang paling ku cintai mengandung. Tentu saja aku harus memberikan perhatian lebih padanya, sama seperti yang ku lakukan pada Ralia saat dia mengandung kedua jagoanku.

“Aku tidak tahu kehamilan bisa merubah sifatnya.” Bunda menatapku dengan penuh amarah. “Kau lihat sekarang? Seseorang yang berasal dari kelas rendah tidak memiliki attitude yang bagus. Sekalipun dia sangat popular dan menjadi model papan atas, kelasnya tidak pernah naik tingkat.”

Ralia merangkul lengan Bunda, “Bunda.” Bunda menghela napas panjang berulang kali dan kembali sibuk menyuapi si kembar yang masih syok.

“Mas.” Ralia menyodorkan nampan berisi makanan yang tadi dibawa Lily turun. Aku menghela napas panjang dan menaiki tangga satu-persatu.

#

Maya’s pov

“Aaaaaarrgggghhh!” aku berteriak cukup keras meluapkan amarahku. Semakin hari kedua bocah itu semakin melonjak saja. Sudah berusia lima tahun tapi maish saja manja dengan ayahnya. Kedekatan keduanya tak bisa lagi ku terima!

Aku harus melakukan sesuatu agar menjauhkan Mas Indra dari dua bocah itu juga ibunya. “Mana sih Papa, Nak? Harusnya kan dia kejar Bunda.” Aku bermonolog mengelus perutku, ku pejamkan mata dan menghela napas panjang berulang kali.

“Kamu tenang saja Nak, kedua anak ibu tiri kamu tidak akan mendapatkan kasih sayang dari ayahmu. Ayahmu hanya menyayangimu dan kau tidak perlu membaginya. Bunda yakin, kau akan menjadi putri kesayangan Papa dan kedua saudara tirimu hanya menjadi pelayanmu saja.”

Ceklek

Suara pintu membuatku duduk dan mengalihkan pandanganku pada jendela. “Maya, makanlah.” Mas Indra duduk di depanku membawa napan berisi sepiring nasi dengan sayur sup.

Second Love : Separuh NyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang