42. Come Back Home

12K 772 170
                                    

📍Kediri, Indonesia

Indra's pov
-Indra's House-
07:00 WIB

Aku berada di meja makan menikmati sarapan pagi dengan menu roti bakar dan segelas susu hangat. Ada sekitar setengah jam lagi sebelum aku berangkat ke kampus. Kenapa aku hanya sendirian disini? Apa Fira belum bangun?

"Selamat pagi, Papa." Fira memelukku dan mencium kedua pipiku. Baru saja ku bicarakan, ternyata dia disini.

"Selamat pagi, sayang." kataku mencium kedua pipinya.

"Hari ini Papa kerja sampai sore?" tanyanya duduk di sampingku.

"Ya, sayang." Tanganku terulur mengelus lembut rambutnya yang tergerai. "Fira di rumah dengan Lily dan Pak Diman ya?"

Fira menggeleng tanda tak setuju, "Antar Fira ke toko kue Nenek. Sudah lama Fira tidak makan black forest." Ia merengek dan menggoyangkan lenganku yang dipegangnya.

"Baiklah, sekarang sarapan dan segera bersiap. Papa akan mengantarmu ke toko kue Nenek sebelum berangkat ke kampus." Fira mengangguk, ia segera menyantap sarapannya yang sudah disiapkan Lily.

"Siapkan kebutuhan Fira."

Lily mendongak dan menatapku, "Ya, Tuan."

Fira memegang lenganku, membuatku menoleh padanya. "Ya, sayang?"

"Pa, sebenarnya dimana Mama?" Aku menghela napas panjang dan mengabaikan pertanyaannya. Kapan dia akan berhenti bertanya tentang ibunya? "Pa, tolong katakan sesuatu. Fira sudah besar sekarang dan Fira berhak tahu tentang Mama."

Aku memundurkan kursi dan berdiri, "Habiskan sarapanmu, Papa tunggu di kamar." Tanpa menunggu jawaban darinya aku melangkah naik menuju kamarku. Pertanyaan Fira melenyapkan selera makanku karena wajah Maya Kembali membayangiku.

Sebenarnya pertanyaannya tidaklah salah, dia berhak bertanya mengenai siapa ibunya dan dimana dia. Tetapi bayangan Maya yang selalu hadir membangkitkan amarah dalam diriku.

Aku masih belum bisa memaafkan perbuatannya memftinah Ralia, karena ulahnya itu aku kehilangan seseorang yang ku cintai hingga detik ini.

Tanganku terulur mengambil ponsel dan aku segera menelepon seseorang. "Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam. Indra titip Fira, Bunda. Hari ini dia mau ke toko kue Bunda."

"Ah iya, datanglah kemari dan bawa Fira juga." Aku menghela napas panjang dan memejamkan mata. "Ada apa, Nak? Apa Fira bertanya mengenai ibunya lagi?"

"Iya."

Terdengar helaan napas dari seberang, "Sampai kapan kau menghindarinya? Ada baiknya kau menceritakan segalanya pada putrimu. Fira sudah cukup besar sekarang, dia pasti mengerti Nak."

"Tapi Indra tidak sanggup, Bunda. Membahas tentang wanita itu membangkitkan amarahku."

"Bunda tahu perasaanmu, tapi kau harus memaksakan dirimu. Fira tidak mungkin hanya diam dan melupakannya. Bisa saja dia mencari tahu sendiri karena tak mendapatkan jawaban darimu. Nak, usia Fira sekarang ini emosinya labil. Kau paham kan maksud Bunda?"

"Ya, Bunda. Indra paham. Akan Indra pikirkan cara mengatakan padanya." Semoga saja Fira tidak melakukan apapun sebelum aku siap menceritakan padanya.

#

📍Canberra, Australia

Ralia's pov
16:00 AEST

Second Love : Separuh NyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang