22. Kehancuran Ralia

15.5K 1K 375
                                    

Ralia’s pov


Dunia seakan berhenti berputar saat aku mendengar kata-kata itu keluar dari mulut Mas Indra. Semua orang terdiam dan yang terdengar hanyalah suara tangisan si kembar yang entah mereka mengerti atau tidak apa yang terjadi sekarang. Entah sudah ke berapa kali buliran bening menuruni pipiku mengekspresikan betapa terlukanya aku.

“Indra~~~”

Plak!

Bunda menampar Mas Indra setelah berteriak, suaranya memecah keheningan dan menambah suasana mencekam. “Kau pikir apa yang kau katakan? Hah? Kenapa semudah itu kau mengatakannya?”

“Indra sadarlah!” teriak Bunda memukul dada putranya dan menangis. Tampaknya itu tidak akan merubah apapun. Selain Mas Indra yang masih menatapku tajam, kata-kata yang diucapkan itu tidak bisa dibatalkan atau ditarik kembali.

“Aku mengucapkannya dengan sadar, Bunda." Apalagi yang lebih menyakitkan dari ini?


“Perbuatan seperti itu, aku tidak bisa mentoleransinya. Aku tidak menyangka seseorang dengan pendidikan tinggi dan berasal dari keluarga terpandang melakukan hal serendah itu.” lanjutnya masih menatapku.

“Pulanglah ke rumah orang tuamu dan bawalah mereka juga.” perkataan Mas Indra mengujam ulu hatiku.

Mereka? Apa Mas Indra sudah tidak menyayangi kedua anaknya yang menangis ketakukan melihatnya?Karena bayi yang di kandung mbak Maya lebih berharga?


Bug!

Sebuah pukulan membuat Mas Indra terhuyung hingga terjatuh ke belakang, Ayah memukul Mas Indra. “Apakah selama ini Ayah mengajarkanmu untuk bersikap seperti ini sebagai seorang laki-laki? Hah!” teriak Ayah mencengkeram kaos Mas Indra dan menariknya bangkit.

“Seharusnya kau redam dulu emosimu dan cari tahu kebenarannya, bukan langsung memutuskan seperti ini!” teriaknya di depan Mas Indra.

“Bukti apa lagi, Ayah? Semuanya sudah jelas. Ralia berusaha membunuh anakku dengan Maya. Ralia melakukan itu karena cemburu dan sikap egoisnya.” Aku memandang Mas Indra dengan tatapan tajam dan menghapus air mataku kasar.


“Ralia melakukan semua itu agar aku tidak mendapatkan kebahagiaanku dengan memiliki-”

Prang!

Dengan sekuat tenaga aku membanting ponsel yang selama ini ku pakai membuat semua orang melihat ke arahku. Aku melepas jam tangan yang ku gunakan, jam tangan kado dari Mas Indra saat aku berulang tahun ke 23 tahun dan berhasil menyandang gelar sarjana 1. Aku melemparkannya begitu saja hingga hancur berantakan.

“Ra.. Ralia..” ucap Bunda memandangku dan berjalan mendekatiku.

Aku melepas gelang berlian pemberian Mas Indra dan melemparkannya tepat mengenai wajahnya.  Aku melepas bros yang diberikan Mbak Maya kemarin dan melemparkannya juga ke arah Mbak Maya yang sekarang akting menangis.

Terakhir, aku melepaskan sebuah cincin yang tersemat di jari manisku. Cincin yang di pasangkan Mas Indra di hari aku menyandang status istri kedua seorang Ilyasha Indra Muhammad. Aku melemparkannya tepat mengenai Mas Indra yang terkejut dengan sikapku. Pandangannya tidak setajam tadi dan sedikit melembut. Aku menghela nafas panjang beberapa kali untuk meredam emosiku.

Second Love : Separuh NyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang