35. Terungkap

14.8K 944 354
                                    

Indra's pov

"Kau juga sangat bodoh, Indra!" Ayu menatapku dengan tatapan tajamnya. "Kau hidup berapa tahun dengan Maya? 1 tahun? 2 tahun? 10 tahun!" Ayu menggeleng dan memegang kepalanya. "Bagaimana dalam waktu selama itu tidak membuatmu mengerti dan memahaminya, tentang bagaimana sifatnya?"

"Jelaskan saja maksudmu tentang obat penggugur kandungan itu!"

"Maya yang melakukannya. Dia membuat drama menjijikkan seperti itu untuk membuatmu melepas Ralia."

"Tidak mungkin, Ayu. Kau pasti bohong!"

Ayu mengalihkan pandangannya, "Coba kau pikir, Indra. Jika Maya meminum obat penggugur kandungan demi karirnya, kenapa dia tidak bisa melakukan itu untuk menyingkirkan orang yang mengambil miliknya? Obat yang kau sangka milik Ralia, benda itu milik Maya!" teriak Ayu tepat di hadapanku.

"Tidak mungkin! Maya tidak mungkin sekejam itu!"

"Entah kau bodoh atau apa, cintamu pada Maya telah menutup kewarasanmu. Aku terima jika kau tidak bisa mempercayaiku. Tapi, cobalah dengarkan supir pribadi Maya. Aku yakin kau lebih mempercayainya." Aku memandang Ayu yang menatapku tajam.

#

Rita's pov

"Kita harus segera berangkat sebelum Indra sampai rumah." kata Ayah pada kami berdua.

"Ayah, apa ini jalan yang tepat? Menyembunyikan semuanya dari Indra?"

"Ini jalan yang terbaik. Indra akan sangat hancur jika ia tahu pernikahan Ralia dan Azril." Mas Satya memelukku dan mengecup puncak kepalaku.

"Tapi Indra akan lebih hancur jika ia tahu sendiri. Cepat atau lambat ia pasti akan tahu."

"Dengar, kita menyembunyikan ini dari Indra demi kebaikannya juga untuk mencegahnya melakukan sesuatu karena amarah. Kita semua tahu bagaimana Indra dengan amarahnya itu. Aku hanya tidak mau Indra memgacaukan pernikahan mereka."

"Satya benar, Rita. Setelah acara ini selesai kita beri tahu Indra." Aku tidak memiliki pilihan lain selain menuruti mereka berdua.

"Baiklah, demi kebaikan semuanya." kataku berjalan mendahului mereka ke mobil.

"Sari, jaga Fira." Sari mengangguk mematuhi perintahku. Sebenarnya ini tugas Lily, tapi karena sejak tadi aku tidak melihatnya jadi aku melimpahkan tugas ini pada Sari.

#

Lily's pov
-Rosman's mansion-

"Apa? Mengakuinya? Apa kau gila?" Pak Diman membentakku setelah aku mengatakan akan mengatakan semuanya pada Pak Diman.

Sudah seminggu sejak meninggalnya Nyonya Maya, Tuan Indra membawaku dan Pak Diman untuk tinggal di rumah Tuan Besar. Aku menjadi pengasuh untuk putri kecil Fira disini.

"Lalu bagaimana? Apa yang bisa kita lakukan? Aku tidak ingin hidup dengan rasa bersalah seperti ini."

"Pikirkan lagi, kita akan dipenjara oleh keluarga Nyonya Ralia seperti Nyonya Maya dan kita di pecat dari pekerjaan ini. Mau kerja dimana kita?"

"Pikirkan itu nanti! Sekarang lebih baik kita mengakui semuanya. Pak, jika dulu ada Nyonya Maya tempat kita bergantung, sekarang kita punya siapa? Tidak ada siapapun." kataku menatap Pak Diman.

"Aku belum siap di pecat. Aku masih membutuhkan pekerjaan ini untuk keluargaku."

"Lalu sampai kapan kita menyembunyikan ini? Bangkai yang di pendam baunya akan tercium. Lebih baik kita mengakui semua ini sebelum Tuan Indra tahu semuanya."

Second Love : Separuh NyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang