12. Sabar, Ralia!

11.3K 693 105
                                    

Indra’s pov
20:00 WIB

Aku turun ke lantai satu dengan Maya menuju meja makan untuk makan malam. “Kenapa si kembar belum ada?” tanya Maya saat melihat meja makan kosong selain Tika dan Lily yang menyiapkan makan malam.

“Dimana Ralia dan Si Kembar?” Aku memandang Tika yang sibuk menata meja makan.

“Nyonya Ralia dan Mas kembar makan makan di kamar, Tuan.” Aku menghela napas panjang mendengar jawaban Tika.

“Dasar tidak punya aturan. Bisa-bisanya anak-anak diajari makan di kamar.” Maya mengomel sebelum duduk di salah satu kursi.

Apa dia membicarakan dirinya sendiri? Bukankah selama ini yang sering makan di kamar adalah dia? Astagfirullahaladzim, sabar Indra.

“Mas, aku ingin makan dengan ayam panggang ini. Ambilkan.” katanya dengan nada manja, aku hanya bisa menuruti kemauannya.

“Makan semuanya ya. Agar kau maupun adek kenyang.” Tanganku terulur mengelus perutnya yang mulai membuncit membuatnya tersenyum.

“Baiklah, tapi suapi aku.”

“Sebentar ya. Mas lihat anak-anak dulu.” Aku bangkit dari duduku dan beranjak ke kamar si kembar. Sejak tadi pagi mengantar mereka aku belum bertemu mereka, bahkan semenjak insiden yang ku buat.

Aku membuka pintu kamar mereka, ku lihat mereka berdua sedang asyik bermain lego dengan Ralia dan Azka yang mengobrol di sofa. “Assalamualaikum jagoan-jagoan Papa.” Aku masuk dan menghampiri keduanya yang spontan menengok ke arahku.

“Papa!” Alvin bangkit dari duduknya dan melompat memelukku.

“Alvan, sini peluk Papa.” kataku pada Alvan yang hanya melihatku. Alvan tersenyum melempar legonya dan berlari memelukku.

“Maafkan Papa ya. Papa sayang kalian berdua.” Aku mencium mereka berdua bergantian.

“Benar Papa menyanyangi kami?” tanya Alvin melihatku.

“Tentu saja, sayang. Papa sangat menyayangi kalian. Kalian sangat berharga untuk Papa.” Aku sengaja sedikit mengeraskan suaraku agar Ralia dan Azka mendengarnya. Ya, aku ingin Ralia tahu jika aku tidak seperti yang ia pikiran tadi.

“Jika Papa sayang Alvan, Papa harus menemani Alvan dan Alvin main lego!” titah Alvan melipat kedua tanganya di perut.

“Tentu saja, sayang.” Aku mencubit pipi chubbynya.

“Juga, Papa tidur disini bersama kita!” perintah Alvin.

“Bukan hal yang sulit.” Mereka berdua tertawa lebar.

“Yeaayy!!”

“Ayo Papa. Kita buat pesawat!” Alvan menarik tanganku, kami berjalan menuju tempat bermain.

“Duduk disini, Pa.” Aku duduk di tempat yang ia tunjuk dan Alvan duduk di pangkuanku, ia asyik merangkai legonya.

Ralia’s pov

“Ini, yang membuatku bertahan.” kataku pada Azka dengan pandangan lurus ke depan memandang Mas Indra dan kedua anaknya. “Mereka berdua membutuhkan Mas Indra, Azka.”

Azka hanya menghela nafas panjang dan mengalihkan pandangannya. “Azka tahu. Untuk Mbak, yang terpenting adalah kebahagiaan Alvin dan Alvan. Tapi, Mbak juga harus memikirkan kebahagiaan Mbak sendiri.”

“Kebahagiaan Mbak ada di situ, melihat 3 laki-laki yang Mbak cintai bahagia.”Aku tersenyum melihat Mas Indra yang bermain dengan Alvin dan Alvan.

“Baiklah. Azka pulang dulu, Mbak. Jika ada sesuatu telepon Azka.” Ia beranjak dari sofa.

Second Love : Separuh NyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang