48. Akhir Bahagia

403 22 4
                                    

Beberapa bulan kemudian

Ralia's pov
-Raliazril's house-
10:00 WIB

Aku memandang Azril dengan harap-harap cemas, menebak bagaimana responnya yang sedang menatap selembar foto di tangannya. Suamiku tercinta ini sedang mencerna apa yang sebenarnya terjadi dalam foto itu.

"Mochi, ini benar?" tanyanya dengan ekspresi terkejutnya. Aku tersenyum lebar dan mengangguk, Azril mengerjapkan kedua matanya. "Aku jadi ayah dari kembar kecil?"

Tanganku terulur merangkum wajahnya, "Ya, sayang. Kita akan memberikan adik untuk Als dan Canny." Azril tersenyum dengan kedua mata berkaca-kaca, ia mendekatkan kepalanya dan mendaratkan kecupan di bibirku beberapa kali.

"Sebenarnya aku tidak serius dengan permintaanku itu."

Senyumku luntur mendengarnya.
"Hey apa maksudmu?" Azril tergelak, ia menarikku ke dalam pelukannya.

"Terima kasih, Mochi. Kau telah memberiku kebahagiaan yang tak akan pernah tergantikan oleh apapun di dunia ini. Aku mencintaimu."

Aku tersenyum lebar dan membalas pelukannya, "Aku juga, Puthu. Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu." Azril menggenggam erat kedua tanganku, kebahagiaan terlihat jelas di kedua matanya.

"Mulai sekarang hanya ada kebahagiaan saja dalam hidup kita. Tak akan ada lagi kesedihan." katanya mengecup punggung tanganku yang digenggamnya. Aku mengangguk setuju dengannya, kisah sedihku memang sudah berakhir dan mulai sekarang ku harap hanya ada kebahagiaan yang meliputi keluarga kami.

"Hmm, Daddy tidak ingin menyapa mereka?" Ku tempelkan tangannya di perutku. Azril tersenyum lebar dan berjongkok tepat di depanku.

"Assalamualaikum, anak-anak Daddy." suara lembut Azril membuat hatiku menghangat, perasaan seperti ini sudah lama tidak ku rasakan.

"Waalaikumussalam, Daddy."

Suamiku kembali berdiri dan menaatapku dengan senyuman lebar, "Sekarang saat yang tepat." Keningku mengkerut mendengarnya.

"Untuk apa?"

Azril mengerdipkan sebelah matanya, "Ayo keluar sekarang, semua orang pasti menunggu kita." Ia menggandengku keluar, tidak salah lagi ia akan memamerkan ini pada Azka.

Ah ya, sekarang ini aku mengundang seluruh keluarga untuk hadir dalam pesta barbeque di halaman rumah. Kami sengaja mengadakannya sebagai bentuk rasa syukur karena kondisi Alvin semakin membaik sekaligus mengumumkan tentang kehamilanku. Dan aku memutuskan memberitahu suamiku tercinta lebih dulu sebeulum memberitahu seluruh keluargaku.

"Mochi, aku tahu kau tidak akan menyetujui ini. Tapi aku sudah memutuskannya dan kau tidak boleh membantahku." Aku menatap wajahnya yang berubah serius, "Mulai sekarang seluruh pekerjaan rumah termasuk bersih-bersih akan dikerjakan asisten rumah tangga."

"Puthu-"

"Aku tidak mau kau lelah karena urusan rumah tangga. Dan ya, kau tidak boleh stress atau tertekan. Kau tetap boleh pergi kemanapun bersama teman-temanmu, tapi tidak boleh sampai lelah. Mengerti?"

"Iya, aku mengerti Yang Mulia."

Azril tersenyum lebar, "Permaisuri harus mendapatkan yang terbaik."

Ya, aku mengerti itu. Selama ini Azril memperlakukanku seperti ratu dalam istananya. Hal inilah yang membuatku jatuh cinta padanya, ya siapa yang bisa menolak pesona Azril? Ku yakin tak seorang pun.

"Bagaimana menurutmu jika kita merubah rumah ini menjadi mansion? Kita bisa membeli tanah sekitar dan membangun istana megah disini. Menurutku rumah kita ini cukup kecil untuk lima anak."

Second Love : Separuh NyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang