28. Awal yang Baru

16.7K 880 200
                                    

3 Bulan Kemudian

Ralia’s pov
-Aryeswara’s Mansion-
07:00 WIB

“Alvin! Alvan makan dulu! Nanti terlambat!” teriakku pada kedua bocah yang berlarian mengelilingi rumah. Aku dan Tika berpandangan, kejadian ini terulang lagi sejak aku lebih sering keluar kamar dan kembali mengurus si kembar.

“Tidak mau! Alvin mau disuapi Om Azril, bukan Mama!” teriakan Alvin ke sekian kalinya.

“Alvan juga tidak mau makan jika tidak disuapi Om Azril!” teriak Alvan tidak mau kalah dengan kakaknya.

Semua ini membuatku frustasi, kedekatan si kembar dengan Azril membuat mereka bergantung padanya. Aku sudah cukup merasa tidak enak dengan Azril yang lebih seperti pengasuh mereka berdua selama 3 bulan ini. “Bagaimana jika Om Azka saja yang menyuapi kalian?” Azka langsung merebut piring makan Alvan yang ku pegang.

“Jangan, Ka. Nanti kamu terlambat ke kantor.”

“Tak apa, Azka bosnya.” katanya sombong.

“Azka benar, biarkan saja dia menghabiskan waktu dengan kedua keponakannya.” Papa melipat koran dan menatapku dengan senyuman.

“Tapi, Pa. Menjadi bos bukan berarti bisa datang seenaknya.”

“Baiklah bos yang disiplin.” Azka menyerahkan lagi piring makan Alvan padaku dan mengambil jasnya. “Azka berangkat. Assalamualaikum.” katanya menyalami Papa dan Mama.

“Tunggu, Om!” teriak Alvin menghentkan Azka. Mereka berdua berlari ke arah Azka.

“Om Azka, jangan lupa bawakan kami mainan baru!” teriak Alvin dengan wajah berbinar.

“Hmm, truk seperti yang TV itu.” Alvan menatap Omnya dengan wajah memelas.

“Baiklah, tapi cium Om dulu.” Azka menepuk kedua pipinya, Alvin dan Alvan mencium kedua pipi Azka membuat semuanya tertawa. Azka berdiri dan melangkah keluar rumah dengan melambaikan tangan pada si kembar.

“Bukankah si kembar seperti Mamanya? Menurut karena barang yang diinginkannya.”  Kakek tertawa dengan Nenek yang menggandenganya mesra.

Jika boleh jujur, aku iri dengan mereka berdua. Mereka tetap mencintai satu sama lain hingga tua dan tidak ada cobaan apapun yang menimpa mereka hingga sekarang. Sangat berbeda denganku yang menjadi janda di usia yang masih sangat muda.

Tak bisa ku pungkiri, aku merasa kesepian meskipun di rumah ada banyak orang. Aku juga merasa iri dengan kemesraan Kakek dan Nenek, juga Papa dan Mama.

“Om Azril!” teriakan Alvan dan Alvin membuatku tersadar dari lamunanku.

Aku terkejut saat tiba-tiba Alvin mengambil piring dari tanganku dan membawanya menuju Azril yang digandeng Alvan. “Suapi kami atau kami tidak mau pergi ke sekolah!”  Alvin menyerahkan piring ke Azril.

Azril tersenyum pada Alvin dan mengelus kepalanya, “Bagaimana jika makan sendiri? Bukankah kalian bilang sudah besar? Itu artinya kalian makan sendiri.”

“Selama ini mereka tidak pernah mau makan jika tidak di suapi.” Aku berdiri dan berjalan mendekatinya.

Azril menatapku dan terkejut melihatku berjalan mendekatinya. Ini adalah pertemua pertama kami setelah aku di talak Pak Indra dan pertemua pertama setelah aku tahu, dia adalah Puthuku.

Azril menundukkan kepalanya kikuk. “Masa ‘iddah Ralia sudah selesai, Azril” kata Mama berjalan mendekat.

“Alvin dan Alvan makan sendiri ya. Ada Mama dan Om Azril yang menemani.” Mama menggendong Alvin dan mendudukkannya di kursi tinggi. Azril menggendong Alvan dan mendudukkannya di sebelah Alvin.

Second Love : Separuh NyawaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang