#1 Basement

13.8K 664 30
                                    

"Aku segera kesana.. Jangan lupa buka pintunya ya, aku tidak mau menunggu lama di luar.. Ingat itu!!" kekeh seorang wanita lalu ia mematikan sambungan telponnya dan berjalan menjinjing sebuah kantong plastik berisikan makanan. Ia berjalan melalui basement parkiran sebuah mall karena sang Ayah akan menjemputnya disana. Hari ini, ia akan bertemu dengan teman lamanya, jadi tak ada salahnya jika ia membawakan temannya itu makanan ringan, akan lebih enak mengobrol sambil memakan cemilan, begitu pikirnya.

"Kenapa disini sepi sekali ya?" ia melihat ke sekeliling basement, tak ada satu manusia pun, sejauh mata memandang ia hanya melihat deretan mobil-mobil yang di dominasi oleh mobil sedan terparkir dengan rapi. Tak ingin berlama-lama disana, ia kembali berjalan menuju pintu keluar yang jaraknya tak lebih dari 500 meter lagi.

Tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh, lebih tepatnya derap langkah kaki orang-orang yang semakin lama semakin kencang mendekat ke arahnya. Di kedua sisi, sekumpulan manusia dengan senjata tajamnya masing-masing saling memandang dengan tatapan tak suka.

"Apa-apaan mereka?" ucapnya, kedua kelompok itu saling menyerang, wanita itu terjebak disana. Seseorang dengan pisau komandonya siap menyayat sang musuh, wanita itu di dorong oleh seorang lelaki yang kemudian menghajar lelaki yang memegang pisau tadi, ia mendorongnya jauh agar bisa menarik tubuh wanita itu.

"Ikut aku!! Ayo cepat." wanita itu terpaksa berlari kencang meski sesekali tertatih, mereka bersembunyi di balik sebuah tembok beton parkiran D4. Beberapa orang termasuk lelaki jahat tadi segera mengejar dan mencari keberadaan mereka berdua.

Lelaki itu terpaksa memeluk wanita tadi dan membekap mulutnya karena suara hembusan napasnya yang cukup kencang bisa saja terdengar oleh mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu terpaksa memeluk wanita tadi dan membekap mulutnya karena suara hembusan napasnya yang cukup kencang bisa saja terdengar oleh mereka. Ia tau jika wanita itu kelelahan dan dia juga sama, tapi ia berusaha menyelamatkan nyawa mereka berdua saat ini.

Lelaki yang entah siapa namanya itu melirik ke balik tembok beton tersebut dan melihat jika mereka bertiga sudah pergi.

"Maaf ya, aku lancang." ucapnya sambil melepaskan pelukan dan bekapannya.

"Tidak apa-apa, terima kasih sudah menolongku." wanita itu memakai dress kotak-kotak berwarna biru langit sebatas lutut, sedangkan lelaki itu hanya memakai kemeja dengan warna yang sama dan dasi berwarna hitam, celana katun dan menggendong sebuah ransel.

"Kau mau kemana? Kau mencari mobilmu?" tanyanya sambil memperhatikan keadaan sekitar. Wanita itu memiliki tinggi badan setinggi bahunya, dengan rambut cokelatnya yang tergerai yang sesekali ia rapikan dan itu sangat seksi di lihat.

"Aku akan di jemput oleh Ayahku di pintu keluar basement itu, ya tapi ada mereka itu.." jawabnya sambil tertunduk.

"Oh, aku kira kau mencari mobilmu. Siapa namamu?" tanyanya sambil menyodorkan tangan kanannya. Lelaki itu sangat manis saat tersenyum harus ia akui jika siapapun yang melihatnya pasti akan senang dan ikut tersenyum juga.

"Kim Jennie.." ia menjabat tangan lelaki itu dengan malu-malu.

"Aku Jisoo, Kim Jisoo." senyum lagi. "Marga kita sama ya, sama-sama Kim."

"Hmmm mungkin hanya kebetulan. Kau pekerja disini?"

"Hah? Oh bukan bukan, tadi aku baru saja membeli kemeja baru untuk kerja besok, aku bekerja disebuah perusahaan, tak jauh dari sini." padahal Jennie tidak menanyakan alasannya ada disini, tapi dengan sukarela dan panjang lebar Jisoo menjelaskan alasannya.

Suasana kembali canggung, Jennie tidak tau harus berkata apa pada lelaki itu karena dia harus segera pergi dan lelaki itu juga tidak tau harus bagaimana agar Jennie mau segera pergi dari situ bersamanya.

"Jisoo.."

"Jennie.." panggil mereka bersamaan.

"Kau dulu." sanggah Jisoo kemudian menggaruk tengkuknya.

"Kau saja duluan." Jennie hanya menunduk dan memalingkan wajahnya ke arah yang berlawanan.

"Kau mau pulang kan? Biar aku antar ke pintu keluar, takutnya Ayahmu sudah menunggumu disana." ucap Jisoo cepat tapi suaranya sangat pelan, ia merasa takut jika ia salah bicara pada gadis di depannya ini.

"Oh iya, kau benar, terima kasih lagi karena sudah mengingatkanku." tepuk Jennie pada bahu Jisoo. Ia kemudian berjalan lebih dulu meninggalkan Jisoo yang masih terdiam.

"Bahuku di tepuk olehnya.." gumamnya senang. "Ehh tunggu.." panggil Jisoo sambil berlari mengimbangi langkah Jennie. "Jadi, Jennie.."

"Hmm?" Jennie menoleh ke arah Jisoo, lelaki itu sangat gugup.

"Kau mau pulang ya.." ucapnya.

"Iya aku mau pulang, oh iya kau ini bekerja di perusahaan mana?"

"Di Kim Corps, di ujung jalan ini. Perusahaan yang besar itu." Jisoo memperagakan besarnya gedung perusahaan tempat ia bekerja pada Jennie.

"Hmm Kim Corps.." Jennie hanya mengangguk-angguk tanda mengerti. "Jam berapa kau pulang?" tanya Jennie pura-pura.

"Kenapa memangnya? Jam pulangku jam 4 sore, seperti sekarang ini." jawabnya manis.

"Ahh baiklah, lumayan lama juga ya kau bekerja, karena mungkin itu adalah perusahaan besar." alasannya.

"Ya begitulah, aku juga cukup lelah bekerja disana, tapi aku menikmatinya, meskipun Bossnya galak." bisik Jisoo saat membicarakan Bossnya.

"Haha.." Jennie terkekeh. "Bagaimana kalau aku adalah anak Bossmu yang galak itu?" candanya.

"Aduh aku akan mempunyai mertua yang galak.." tawa mereka bersamaan. "Hehe, aku hanya bercanda."

Di akhir perjalanan mereka, Jisoo dengan selamat mengantarkan wanita yang baru di kenalnya itu sampai ke pintu keluar basement.

"Jen.." panggil Jisoo lagi.

"Iya?" Jennie menoleh sambil mengibaskan rambutnya, sungguh dia sangat cantik apalagi di tambah dengan gummy smilenya.

"Bolehkah aku meminta nomor ponselmu?" sebelum Jisoo mengeluarkan ponselnya, Jennie lebih dulu menyodorkan miliknya.

"Tulis saja nomormu disana." tunjuk Jennie saat Jisoo menerima ponsel mahal itu. "Namai sesukamu, nanti akan aku hubungi." Jisoo hanya mengangguk dan memberikan ponselnya kembali.

"Namanya sudah ada disitu, Chichu." kekehnya pelan.

"Chichu? Haha, kau lucu sekali. Itukah nama panggilanmu?" Jennie mendorong bahu Jisoo dengan gemas.

"Panggilan darimu untukku bagaimana?" tanyanya sambil tak berhenti melempar senyum.

"Adakah panggilan untukku darimu?" Jennie menunggu Jisoo menjawabnya.

"Jendeuki.." senyumnya lagi.

"Apa artinya?" Jennie berdiri semakin dekat.

"Nanti saja aku beritahunya. Kau pulang saja."

"Baiklah, Chichu, itu mobil Ayahku. Aku harus pulang, sampai jumpa.." Jennie melambaikan tangannya yang di balas hal serupa oleh Jisoo.

"Hati-hati.." Jennie sudah masuk ke dalam mobilnya dan mobilnya segera melaju begitu saja. "Cantik ya.. Jennie.. Jendeuki.. Pipinya itu seperti mandu, bahkan saat aku membekapnya tadi, pipinya tumpah-tumpah.." senyum Jisoo, ia merasa geli sendiri karena hari ini bisa bertemu dengan Jennie secara tak sengaja.

"Lelaki itu.." Tuan Kim melirik dengan sinis ke arah puterinya saat Jennie tak berhenti tersenyum melihat ke arah ponsel di tangannya.

***

Baiklah, jempol saya gatel kali ini.
Sumpah gatel banget pengen nulis Jensoo.
Sekian.😊

Second Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang