"Halo.."
"Bisakah kita bertemu?"
"Aku sedang ada acara keluarga dan sepertinya ini tidak bisa di ganggu.." suara Yu Jin melemah ketika ia menolak ajakan sahabatnya.
"Aku sudah beberapa kali mengajakmu bertemu, tapi kau selalu menolakku, ayolah.."
"Aku bukan tidak mau, sungguh ini adalah acara keluargaku, aku baru kali ini bisa berkumpul bersama mereka."
Tetapi lelaki di ujung telpon itu tak menyerah begitu saja.
"Ayolah!! Jangan menolakku lagi."
"Bagaimana kalau besok? Besok aku akan meluangkan waktu untukmu seharian, bagaimana?"
"Percayalah, aku mengajakmu bertemu karena ini menyangkut hubungan Jennie dan Jisoo. Aku kan sudah pernah bilang sejak beberapa bulan lalu."
"Baiklah baiklah.. Ke kafe biasa sekarang." Yu Jin menutup telpon dari Yeon Seol kemudian bergegas bersiap-siap untuk pergi.
"Ayah mau kemana?" Rose yang sedang berada di dalam rangkulan Rio menatap Ayahnya dengan penasaran.
"Ada teman Ayah yang mengajak Ayah bertemu, tidak akan lama." Jisoo yang baru keluar dari dapur sambil menggerogoti tulang ayam pun dibuat terdiam.
"Ayah mau pergi?" tanyanya dengan nada ragu.
"Nanti Ayah belikan chickin lagi." Yu Jin mengacak rambut Jisoo kemudian pergi.
***
Yeon Seol mengetuk-ngetuk kunci mobilnya ke meja sambil sesekali menyesap kopi hangat yang ia pesan. Seorang lelaki datang ke arahnya kemudian menggeser salah satu kursi dan duduk dengan manis.
"Maaf membuatmu menunggu." Yeon Seol mengangguk paham.
"Maaf juga sudah mengganggu waktumu tapi sungguh, ini adalah situasi yang sangat darurat." ia menyeka keringat di dahinya. "Ini tentang Jisoo dan Jennie."
"Ada apa?"
"Yu Jin, kau tau kan kalau aku masih memiliki kontrak saham dengan Marco?"
"Hmm.."
"Dan Marco menagih janjinya sekarang, aku harus menikahkan Jennie dengan Rio." ucapnya frustasi. Yeon Seol sudah kehabisan akal untuk mengulur waktu pernikahan anaknya, apalagi sekarang Jennie sudah hamil besar dan tinggal menghitung bulan ia akan melahirkan.
"Maaf saja, aku tidak akan menyerahkan orang yang anakku cintai pada orang lain Yeon Seol."
"Tapi sahamnya 70% di perusahaanku aku bisa bangkrut.." hidung Yeon Seol memerah menahan tangis, ia sudah tak tau lagi apa yang harus ia perbuat untuk mempertahankan perusahaannya jika Marco benar-benar mengambil sahamnya kembali.
"Ya aku tau itu."
"Darimana aku akan menghidupi diriku dan keluargaku kalau bukan dari perusahaan itu." Yeon Seol tertunduk lesu dan sudah pasrah pada kenyataan.
Yu Jin terdiam, ia pun ikut tertekan. Ia memikirkan jalan paling mudah yang bisa mereka lewati, tapi sepertinya itu sangat sulit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Life [END]
Romance"Aku tak perlu alasan untuk mencintaimu.." -- Kim Jennie "Aku berharap kau menerima aku apa adanya.." -- Kim Jisoo