#8 Blood

5.1K 389 13
                                    

Jisoo memeluk pinggang sang kekasih semakin erat saat Jennie melumat bibirnya dengan rakus.

"Mmhhh.." erangan demi erangan terdengar jelas, Jisoo yang awalnya tak terlalu menanggapi ini dengan serius pun akhirnya harus menyerah karena libidonya yang semakin naik. Gerakan intens tubuh Jennie padanya membuat ia ingin balik mendominasi.

"Jen.." Jisoo menjilat setiap senti kulit leher Jennie, membasahinya dengan liur dan memastikan tak ada bagian yang tak basah.

"Nggghhh.." Jennie mengangkat kaos putih yang di pakai oleh Jisoo, melakukan hal yang sama dan bahkan terkesan sangat menggoda agar kekasihnya itu melakukannya lebih dari itu. "Jangan di leher.." bisiknya saat dirinya sendiri justru yang membuat banyak kissmark di leher dan bahu Jisoo.

"Hmm.." gumam Jisoo pelan. Mereka saling membalas dan berusaha secepatnya saling menelanjangi satu sama lain. Tubuh Jennie yang berhasil di telanjangi sepenuhnya oleh Jisoo segera di tindih, dua benda kenyal itu sama basahnya dengan leher Jennie dan bagian kulit lainnya.

Tak ada waktu berkomentar untuk Jisoo jika harus melihat ukuran dada Jennie yang bisa di bilang sangat wah untuknya, saat ini ia hanya melakukan tugasnya, menikmati dan di nikmati.

Tangan Jennie dengan kasar menarik selimut yang ada di dekatnya dan melemparnya jauh-jauh, suasana sudah sangat panas, baru saja pemanasan ia sudah berkeringat hebat. Jennie melihat Jisoo yang masih memainkan kedua aset berharga miliknya, kadang lembut kadang juga Jisoo menggigit puting susunya dan menyebabkan rasa linu yang hebat. Ia hanya bisa mengelus kepala Jisoo pelan sambil melihat apa yang lelaki itu lakukan pada tubuhnya.

"Aku sudah tak tahan.." bisik Jisoo, ia kembali menciumi bibir mungil Jennie sambil melepas celana boxer yang ia kenakan.

"Mmmmhhh.." Jisoo melihat kemana ia harus memasukan batang kerasnya. Tanpa di suruh, Jennie sudah membuka lebar kedua kakinya dan ikut melihat apa yang Jisoo lihat. Jennie menelan ludahnya, rasanya itu sangat sulit setelah ia melihat benda lunak apa yang akan masuk ke tubuhnya, ia tau akan hal ini tapi ia tak menyangka jika ia akan melakukannya juga.

Ia menciumi pipi Jisoo saat Jisoo masih sibuk dengan kegiatannya di bawah sana, darah Jennie berdesir hebat menuju selangkangannya setiap kali Jisoo menyentuh kulit sensitif Jennie dengan batang kerasnya.

"Masukan saja.." suara Jennie sudah putus-putus, tenggorokannya sangat kering saat ini, antara gugup dan napsu. Jisoo menghembuskan napasnya keras bersamaan dengan masuknya batang itu dengan lancar, ia mencium bibir Jennie untuk menutup pekikan sang kekasih.

Tubuhnya mengejang, kakinya terasa sangat kaku saat Jisoo berhasil menerobos masuk, ia memeluk Jisoo dengan erat sampai-sampai Jisoo kedua tangan Jisoo yang menahan tubuhnya sendiri pun akhirnya harus menindih tubuh Jennie dengan keras saat wanita itu benar-benar erat menyatukan tubuh mereka di atas kasur dengan sprei putihnya.

"Aarghhh.." Jisoo mendengar Jennie meringis kencang saat ia menenggelamkan kepalanya tepat di bahu Jennie, ia balik memeluk tubuh Jennie dengan kedua tangannya. "Jisoo-ya.." rintih Jennie, Jisoo merasakan jika batang kerasnya itu terasa di urut dengan keras saat dinding liang senggama sang kekasih berdenyut hebat sebelum mereka benar-benar bercinta.

Jisoo mencium dahi Jennie cukup lama kemudian melanjutkan permainan mereka. Pinggulnya mulai bergerak perlahan saat ia benar-benar melihat Jennie yang sekuat tenaga sedang menahan sesuatu yang ia rasakan. Tapi rasa candu di setiap gesekan kulit sensitif mereka membuat Jisoo tak berhenti begitu saja.

Jennie merasakan jika selangkangannya sangat perih setiap kali Jisoo menggerakan pinggulnya, ia berusaha menahan rasa perih itu ketika ada hal lain dalam dirinya yang akhirnya mulai menikmati permainan mereka. Ia lebih suka Jisoo seperti ini, bermain tenang dan lembut, tetap dalam tempo dan tak terlalu terburu-buru untuk bisa mencapai klimaks. Meskipun saat ini, batang keras yang sedang mengerjai dirinya kini terasa semakin besar dan panjang, merangsek masuk dan terasa seperti menusuk sampai ke ulu hatinya.

Second Life [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang