14>> Memory

1.4K 78 0
                                    

"Apa yang membuatmu mantab memilihku?" Tanya Jisoo sambil berjalan menuju taman yang berada disisi luar kastil. Taeyong yang berada tepat disamping Jisoo hanya menoleh sebentar tanpa menjawab pertanyaan yang tiba tiba diacungkan oleh istrinya itu.
Jisoo menoleh kearah Taeyong dengan sedikit mencibikkan bibirnya. "Tae!! Aku bertanya dan kau harus menjawabnya!!" Seru Jisoo menghadang Taeyong yang terhenti karena ulah istri mungilnya itu.
"Kau mau tau jawabanya?" Jisoo menganggukkan badanya tanda memberikan 'ya'
Taeyong menunjuk jari telunjuknya tepat didepan bibirnya sambil memejamkan matanya sebentar.
"Apa?!" Tanya Jisoo tidak tau drngan maksud yang Taeyong inginkan. "Jangan pura pura tidak peka Ji.." Jisoo menangkupkan sendiri kedua telapak tanganya dipipinya serasa malu. "Tidak Tae! Banyak pelayan dan penjaga berlalu lalang.. aku malu! Dan tidak mau!" Taeyong hanya mengidikkan bahunya lalu berjalan kembali melewati Jisoo yang berada didepanya.
"Tae!! Dasar menyebalkan!" Rutu Jisoo lalu berlari mengejar Taeyong yang sudah agak jauh didepanya karena langkah kaki vampir laki laki itu lebih lebar daripada langkah kaki Jisoo.
"Tae!!aaa.." brukkk Tubuh Jisoo terjatuh keras karena ketidak sengajaanya menabrak seorang pelayan wanita yang mempunyai telinga runcing.
"Ji!" Dengan sigap Taeyong melesat kembali kebelakang dan membantu istrinya itu berdiri walaupun susah.
"Kau tak apa?" Jisoo menggeleng dan sedikit meringis karena bahu kananya membentur tanah agak keras.
"Hei!! Gunakan matamu!!" Pelayan yang dilihat Jisoo masih muda dibawah umurnya itu mendongakkan kepalanya menampakkan goresan tanah dipipi dan baju lengannya robek terkena goresan batu.
"Tae! Dia tidak bersalah.. aku tadi yang tidak berhati hati.. berdirilah.." Jisoo melangkahkan kakinya sedikit terpincing mendekati pelayan yang meringis kesakitan itu.
"M-mmaaafkkan ssaya n-oonna
..." Sungguh Jisoo merasa trenyuh melihat wajah gadis pelayan didepanya.
"Tak apa ..jangan takut jangan takut.. aku baik baik-"
"Ji!! Biarkan saja pelayan itu ayo pergi!!" Jisoo dengan tegas melepaskan genggaman Taeyong dan itu membuat Taeyong marah.
"Ji!!-"
"Tae!! Jangan kau kira dia hanyalah seorang pelayan dia tidak punya harga diri!! Dia juga makhluk hidup yang bisa merasakan sakit! Jangan salahkan gadis ini!! Dia tidak bersalah! Lagi pula aku yang menabraknya! Jangan paksa aku menjadi pembangkang jika kau tidak menginginkan itu! Kumohon.. tahan emosimu.." Taeyong menghela nafasnya kasar melihat nyalang mata teduh Jisoo dan pelayan yang menundukkan kepalanya.
"Terserah kau!!" Dengan tidak peduli Taeyong berbalik meninggalkan istrinya yang sibuk membela si pelayan elf dari cina itu!! Taeyong marah karena Jisoo terlalu memperhatikan orang lain daripada dirinya sendiri.
"Kau tak apa?" Tanya Jisoo kembali, pelayan itu mengangguk dan berdiri dibantu Jisoo yang sedikit tertatih pula.
"Maafkan saya nyonya..saya benar benar minta maaf karena membuat anda dan tuan Taeyong berdebat.. saya patut mendapatkan hukuman apapun nyonya.." Jisoo kaget dengan apa yang dikatakan gadis itu.
"Hei..kau tidak boleh meminta maaf padaku karena aku yang bersalah.. lagipula hhe minta maaf ya aku tidak memperhatikan jalan, ayo duduk dibangku itu biar kuobati lukamu.." Gadis pelayan berwajah manis itu menggeleng pelan karena tidak enak dirinya menyusahkan sang nyonya.
"Kenapa tidak? Sudah jangan takut..aku bukan monster yang akan mencabikmu,, aku hanya ingin menolongmu karena aku yang bersalah.." Pelayan itu mengikuti Jisoo yang menarik tanganya menuju bangku panjang dibawah pohon maple besar dengan daun sangat rimbun berwarna hijau kemerahan dengan beberapa peri kecil mengitari pohon yang besar itu.
"Duduklah.." Gadis pelayan itu mendudukan pantatnya dibawah. "Astaga..jangan duduk direrumputan seperti itu! Duduk disini!" Jisoo menarik halus tangan Chou Zi.
"Tapi seorang pelayan harus duduk dibawah nyonya.." Jisoo menggeleng. Chou Zi merasa benar benar dihormati sebagai seorang makhluk hidup oleh perlakuan Jisoo.
"Astaga.. pipimu tergores agak dalam.." Jisoo dengan pelan pelan memanggil salah satu peri kecil yang berukuran kurang lebih 5centi.
Salah satu peri berwarna biru hijau dengan rambut berwarna hijau dengan ujung merah itu menyambut ditelapak tangan Jisoo.
"Sembuhkan luka gadis itu ..tolong.."Dengan terbang mengitari wajah dan tubuh Chou Zi peri itu mengeluarkan serbuk serbuk halus bercahaya berwarna merah bercampur orange hijau dan biru.
Perlahan lahan goresan dan luka luka yang berada diwajah dan bahu Chou Zi menghilang.
"Nah..seperti itukan lebih baik.. terimakasih.." Ucap Jisoo sembari menerbangkan kembali peri kecil itu dengan jari lentiknya.
"Tterima kasih nyonya.." Ucap Chou Zi membungkukkan badanya tanda menghormati dan berterimakasih.
"Astaga..emm iya dan panggil saja aku Jisoo tidak usah nyonya..aku belum setua itu.." Balas Jisoo dengan wajah anggunya, ceria dan baik hati seperti itulah sosok Jisoo dimata Chou Zi.
"Emm..tidak bisa, dikastil ini memang saya dan pelayan juga para wizzard lain harus memanggil anda dengan sebutan yang lebih tinggi derajatnya.." Jisoo memangut mangutkan kepalanya tanda mengerti dengan apa yang dimaksud gadis pelayan itu.
"Begitu ya.. siapa namamu?" Tanya Jisoo yang masih  terduduk disebelah pelayan tadi.
"Xing Chou Zi.. saya berasal dari dataran para elf Cina.." Jisoo mengeryitkan dahinya.
"Jauh sekali asalmu.." Chou Zi tersenyum.
"Iya, emm..maaf nyonya bukanya saya tidak mau berbincang banyak dengan anda saya senang bisa berbicara dengan petinggi seperti anda, tapi maaf sekali lagi nona HeAn memberikan saya tugas jadi saya harus segera mengerjakanya..sekali lagi saya minta maaf.." Jisoo tersenyum, dan menepuk nepuk pundak Chou Zi dengan lembut.
"Tak apa..maaf ya kalau aku menganggu waktumu.." Chou Zi menunduk mengormati Jisoo lalu pergi.

####
"Dimana Taeyong sekarang?"  Fikiran Jisoo berputar kembali kearah Taeyong yang marah karena masalah tadi.
Jisoo bersandar dikursi panjang tempatnya tadi menolong gadis pelayan bernama Chou Zi.

#####
Taeyong mendudukkan tubuhnya dikursi meja makan yang panjang sekali, satu tanganya memijit keningnya dan satu lagi ia taruh diatas meja. Alisnya menyatu dan memikirkan Jisoo yang membangkang ucapanya tadi, sebenarnya bukan masalah besar baginya karena sifat Jisoo memang seperti itu.
"Apa yang ingin anda nikmati Tuan?" Tanya pelayan wanita yang terlihat lebih tua dari Taeyong. "Tidak ada.."Pelayan itu menunduk sopan dan pergi meninggalkan Taeyong yang agak kesal dengan Jisoo.
"Huffttt.."Taaeyong lalu menghilang menuju sebuah tempat yang sering ia kunjungi dulu. Mata airnya masih sejernih ketika terakhir kali ia menyentuhkan jarinya kesumber air berwarna biru bening dengan dasar batu batu kerikil putih itu, rasanya lebih tenang ketika ditempat sepi seperti gua Hagyong tepatnya didalam tempat terpencil yang satu vampir atau werewolf maupun seluruh makhluk immortal lain yang dapat menemukan gua Hagyong.
"Apa yang kau fikirkan Ji?" Taeyong menampakkan senyum miringnya karena membaca fikiran Jisoo dari telepatinya.
"Astaga.." Taeyong mengembangkan senyumanya ketika mendapati salah satu memory Jisoo yang berputar membayangkan bagaimana ia merawat buah hatinya dengan sang suami tercinta, Taeyong lalu tertawa saat Jisoo membayangkan ekspresi ekspresi Taeyong. Itu sungguh lucu bagi Taeyong.

####
Hadeuhh..maaf ya reders part satu ini pendek banget jalan ceritanya :'( soalnya ini udah buntu bangetttt...
Inapirasi aingg..dah abiiss gegara ngantukk berattt '_'

YODAH BYE BYE ...ANYEONG

      = Jangan lupa vommen =

I Love Your Body!![TaeyongXJisoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang