Bab 5

4.5K 820 192
                                        

Catatan pendek : Karena tidak ada yang menjawab dengan benar kuis tadi siang, jadi update TSP di hari Minggu saya batalkan. Ahahahahaha #Keselek

***

Source pics : Pinterest

***

Dilarang menjiplak, menyalin, mengklaim dan mempublikasikan cerita-cerita milik saya di tempat lain tanpa seizin dan sepengetahuan saya. Yang bandel saya kutuk ngejomblo seumur hidup! Thx!

Maaf untuk typo(s) yang nyempil di sana-sini.

Happy reading! (:

***

Bab 5

Renshu setengah melamun saat mendengar suara perkelahian tidak jauh dari tempatnya berada saat ini. Pangeran keempat memecut kuda tunggangannya, melajukan binatang itu lebih cepat untuk mencari sumber suara.

"Berani sekali kalian mencuri dariku!" bentakan keras seorang pria terdengar, menggema, mengusik ketenangan di sekitarnya. Orang-orang hanya berkumpul di sekeliling anak laki-laki yang tengah ditendang, dipukul, ditampar membabi-buta oleh seorang pria paruh baya berperut buncit. Pria itu kembali mengangkat tangan, hendak mendaratkan sebuah tamparan lain tepat saat seorang wanita menghambur, menerobos kumpulan penonton lalu menjadikan tubuhnya sebagai tameng anak laki-laki itu.

"Brengsek, kau mau mati, Perempuan!" teriak pria paruh baya itu geram. Hatinya tidak terketuk walau anak laki-laki yang dipukulinya gemetar ketakutan. Darah mengotori pakaian koyak serta wajah kumalnya, tangannya menggenggam sepotong bakpao hangat yang kini bercampur tanah.

Xia Hongli tidak menjawab. Perhatian wanita berusia dua puluh empat tahun itu tertuju pada anak laki-laki yang dilindunginya. "Apa kau baik-baik saja?" suara wanita itu terdengar merdu dan lembut. Telapak tangannya terulur, membersihkan debu dan air mata di wajah anak laki-laki di hadapannya. Dengan gerakan anggun wanita itu menoleh, menatap lekat pria tua yang segera berubah sikap melihat kecantikan Hongli. "Berapa harga makanan yang dicuri anak ini?"

Pria paruh baya itu tidak langsung menjawab. Dia mengamati penampilan Hongli dari ujung kaki hingga ujung kepala, sementara diluar lingkaran penonton, Renshu turun dari atas kuda. Pangeran keempat berusaha mendekat setelah mendengar nada bicara wanita yang terdengar tidak asing di indra pendengarannya.

"Satu keping perak," jawab pria paruh baya itu, menyeringai puas.

"Satu potong bakpao kau hargai satu keping perak?" Hongli menyipitkan kedua mata, menatap sinis pria paruh baya yang masih menyeringai ke arahnya. "Berikan harga yang pantas, Tuan!"

Pria paruh baya itu mendengkus. Mengabaikan protes orang-orang yang ikut menyaksikan. "Mau bayar atau tidak?" bentaknya galak. "Dia harus membayar kerugian waktu dan tenaga yang harus kukeluarkan karena perbuatannya itu!"

"Dia hanya lapar," ucap Hongli, berusaha menahan diri. Wanita itu menekan kemarahannya dalam hati. "Satu potong bakpao, Tuan, dia mengambil satu potong bakpao karena lapar. Mohon Tuan berwelas asih?"

"Welas asih?" beo pria paruh baya itu, mencibir. "Bagaimana jika kau berwelas asih untuknya? Kau bisa membayar dengan tubuhmu," sambungnya, bernada genit.

Pria paruh baya itu tersentak saat merasakan sebuah benda tajam di leher. Dengan susah payah dia melirik lewat ujung mata, terbelalak menyadari mata pedang siap memotong lehernya. "A ... apa yang kau lakukan?"

"Nona ini memintamu dengan santun, kenapa kau merendahkannya?" Renshu balik bertanya dari balik mulut yang terkatup. "Minta maaf!" perintahnya, tegas.

TAMAT  - The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang