Bab 12

5K 705 33
                                    

Selamat malam!

Geng, dicatat ya. Tanggal 24 dan 25 December nanti saya mau kasih discount untuk beberapa buku. Yang ini musti grab it fast ya, karena persediaannya juga terbatas. ^-^

 ^-^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

Dilarang menyalin, menjiplak sebagian atau keseluruhan isi cerita dan mempublikasikannya tanpa sepengetahuan saya.

.

.

.

Happy reading!

.

.

.


BAB 12.

Chao Xing nyaris tersandung ujung rok gaunnya sendiri saat berjalan masuk ke dalam ruang kerja kaisar, siang ini. Satu tangannya diletakkan di depan dada, keringat membasahi kening wanita itu. "Lei?" panggilnya bersamaan dengan jatuhnya air mata.

Sebuah keheningan panjang menyapa, Chao Xing bergeming tanpa bisa melangkah lebih jauh. Pria muda berambut putih yang kini balas menatapnya adalah Jian Lei, adik bungsunya.

Tidak ada yang bisa menghentikan Chao Xing setelahnya. Wanita itu berlari, menghambur untuk memeluk adik bungsunya, erat. Zian yang duduk di atas kursi kerjanya mengulum senyum tipis, ikut merasakan kebahagiaan istrinya yang membuncah.

"Kau ke mana saja?" pertanyaan itu merobek keheningan yang sempat tercipta. Air mata Chao Xing jatuh semakin deras, membasahi kedua pipinya. Sang selir menjauhkan tubuhnya, sementara kedua tangannya memegang kedua lengan atas Lei. "Kenapa kau diam saja? Bicara!" perintahnya, serak.

Jian Lei tidak langsung menjawab. "Ternyata suara itu, milikmu."

Chao Xing mengerjap, sementara Zian menautkan kedua alisnya, tidak mengerti. "Apa maksudmu?" Chao Xing bertanya dengan nada yang sama.

Lei menggelengkan kepala, satu tangannya terulur, menghapus jejak air mata di kedua pipi kaka perempuannya. "Sebelum mengetahui siapa aku sebenarnya, aku sering memimpikan seorang wanita," terang Lei memulai. "Aku tidak pernah melihat wajahnya di dalam mimpiku, tapi dia selalu memanggil namaku, dan sekarang aku tahu jika suara itu milikmu. Kau yang selalu datang ke dalam mimpiku."

"Dasar bodoh!" cicit Chao Xing. Air matanya kembali menggenang. "Kenapa kau baru datang?"

Lei kembali terdiam, lalu melirik singkat ke arah Zian, seolah meminta pertolongan.

"Pangeran Lei datang untuk memberi kita kabar," ucap Zian, tenang.

Tatapan Chao Xing beralih dari Zian ke Jian Lei. Kening wanita itu ditekuk dalam. Entah kenapa dia merasa tidak akan suka mendengar berita yang akan disampaikan oleh adik bungsunya.

TAMAT  - The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang