Bab 25

2.1K 353 16
                                    

Song : A Lin - Tian Ruo You Qing

.

.

.

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Hongli duduk di sisi danau, menikmati suasana gembira yang diciptakan oleh anak-anak Suku Huan dan anak-anak para pengungsi. Udara sudah mulai menghangat hingga anak-anak berani untuk mandi di danau, pagi ini.

Cuaca hangat mendukung suasana. Wilayah Suku Chuan terkenal akan kemakmurannya. Rumput hijau terhampar sepanjang mata memandang. Bunga-bunga liar menyemarakkan awal musim semi yang memesona mata.

Suara riang anak-anak membuat Hongli lupa jika saat ini mereka tengah berperang. Terkadang ia berpikir; kapan kedamaian seperti ini akan kembali di Kerajaan Angin?

Beberapa wanita muda berada di sisi lain danau. Mereka datang untuk mencuci muka di sana. Hongli mengamati dalam diam, bagaimana para wanita itu saling menyisir rambut hitam panjang mereka secara bergantian. Tawa renyah terdengar, seperti tidak ada beban.

Hongli mengembuskan napas panjang. Jauh di tengah danau, rakit-rakit mengapung. Para pria tengah bekerja untuk menangkap ikan di musim semi pertama tahun ini. Air mata wanita itu pun jatuh. Para pengungsi dari Kerajaan Angin yang berada di tempat ini sepatutnya bersyukur karena masih bisa menikmati kenyamanan ini. Sementara lainnya harus berjuang keras untuk bertahan hidup.

Sebuah gerakan di belakang punggung tidak membuat Hongli menoleh. Wanita itu menopangkan dagu di atas lutut. Suara berisik anak-anak seperti menghipnotis Hongli.

"Apa yang kaulamunkan?" Cheng mengambil tempat di sisi kanan Hongli. Pria itu mengikuti arah pandangan Hongli. "Kau bisa berbagi pikiran denganku."

Hongli mengembuskan napas berat. Ia menggerakkan lehernya yang terasa kaku. Tidak jauh dari tempat mereka, Mong berenang dengan riang, bermain loncat katak di bagian dangkal danau. "Mereka terlihat sangat bahagia dan tidak ada beban."

"Mereka memang tidak memiliki beban." Cheng membenarkan. "Mereka hanya anak-anak."

"Tidak semua anak-anak bisa seperti mereka."

Cheng menoleh. Ia menopang tubuhnya ke belakang dengan kedua tangannya yang kekar. "Kau sedang memikirkan nasib rakyat Kerajaan Angin?"

"Hum," jawab Hongli, tidak jelas. Keduanya terdiam untuk beberapa saat. Tempat ini akan berlipat indahnya saat matahari terbit, sekaligus misterius saat matahari tenggelam. "Banyak anak-anak kelaparan dan tidak bisa tersenyum seperti mereka di luar sana."

Cheng masih bungkam. Hongli sudah mengutarakan permohonannya kepada kepala suku untuk membantu perjuangan para pangeran dari Kerajaan Angin, tapi sayang permohonan itu ditolak. Kepala suku menganggap hutangnya kepada Hongli sudah dibayar lunas karena suku mereka mengizinkan para pengungsi dari Kerajaan Angin untuk menetap tinggal di wilayah Suku Chuan.

"Sulit untuk bisa mengubah pendirian ayahku." Cheng akhirnya bicara setelah terdiam lama. Pandangannya mengamati sosok putrinya yang begitu ceria.

"Aku tahu."

"Suku Chuan tidak suka ikut campur masalah orang luar." Cheng kembali bicara. Tidak ada penekanan dalam nada bicaranya. Pria itu seolah ingin Hongli mengerti posisi Suku Chuan dalam peperangan yang tengah terjadi di antara empat kerajaan. "Kami tidak akan memihak kepada siapa pun."

TAMAT  - The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang