Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.
.
.
.
Happy reading!
.
.
.
Jenderal Wang berada di barisan paling depan saat pasukan yang dipimpin oleh Tingyu bergerak mendekati perbatasan kerajaan Awan. Sang jenderal member perintah tegas kepada pasukannya untuk menyerang jika pasukan milik Raja Liang bersikeras untuk memasuki wilayah Kerajaan Awan.
"Siapa pemimpin kalian?" suara Jenderal Wang menggema, menembus udara siang yang sudah menghangat di akhir musim dingin. Tidak ada lagi gemuruh angin yang bertiup membawa udara dingin membekukan tulang.
Tingyu menyeruak dari dalam barisan. Rahang tegasnya diangkat naik dengan angkuh. Pria itu membalas dengan nada bicara penuh percaya diri, "Aku—Han Tingyu, putra kelima dari Raja Liang!" serunya tidak membuat Jenderal Wang takjub.
"Kau hampir memasuki wilayah kekuasaan Kaisar Longwei." Jenderal Wang member peringatan dengan jelas. "Mundur atau aku tidak segan memukul mundur pasukanmu."
Han Tingyu tertawa keras, terdengar kasar dan mengejek. "Kerajaan Awan sahabat kami sebelum kalian menjajahnya. Kami berhak untuk melintas di wilayah ini."
Rahang Jenderal Wang mengetat. Wajahnya berubah keunguan karena marah. "Kau menantang kekuasaan Kaisar Longwei?" Gendikan bahu Tingyu membuat sang jenderal semakin tersulut. "Kau pikir aku hanya bermain-main dengan ucapanku?"
Kali ini Tingyu tidak menjawab.
"Kau ingin pasukan kami membumihanguskan kerajaanmu?" Jenderal Wang kembali bertanya. Suaranya begitu tenang kali ini, tapi penuh dengan peringatan. "Apa ayahmu tahu perilaku sombongmu ini?"
Tingyu menggertakkan gigi. Dia yakin jika pemberontak itu pasti memiliki koneksi dengan pasukan Jenderal Wang. Sang jenderal pasti ikut andil dalam melindungi pemberontak-pemberontak itu.
"Pergi atau mati!"
Tingyu terlalu cerdas untuk berkonfrontasi dengan Jenderal Wang saat ini. Pertempuran tidak penting bukan pilihan tepat. "Kami hanya mengejar pemberontak. Kenapa Anda mempersulit pasukanku?"
"Aku hanya tunduk kepada perintah Kaisar Longwei," balas Jenderal Wang. "Perintahnya sangat jelas; tidak mengizinkan pasukan kerajaan lain melintas melewati perbatasan wilayah Kerajaan Awan!"
"Begitu?" Tingyu menaikkan satu alis, tinggi. "Jika demikian, kalian juga tidak boleh mengizinkan rakyat Kerajaan Angin melintas ke wilayah kalian," balasnya. "Jangan tebang pilih!"
Belum selesai Tingyu membalikkan kuda tunggangannya untuk pergi, Jenderal Wang berteriak, "Kalau begitu urus rakyatmu dengan baik." Ucapan sang jenderal menampar harga diri Han Tingyu. "Mereka tidak akan pergi dari tanah kelahirannya jika bisa hidup dengan tenang dan makmur."
.
.
.
Jian Ying tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat pasukan Jian Gui tiba siang ini. Ada aura gelap diperlihatkan oleh Jian Gui walau kakak pertamanya itu sudah menyembunyikannya dengan baik. Ying tidak bertanya apa pun hingga akhirnya Yong menceritakan apa yang terjadi kepada Liqin saat diperjalanan menuju tempat ini?
"Apa pelakunya sudah tertangkap?" Ying bertanya dengan ekspresi ingin tahu. Ia menuangkan air teh ke dalam cawan untuk Yong lalu menuangkan untuk dirinya sendiri. Keduanya duduk di dalam tenda pangeran kelima saat ini. Mereka sengaja mendirikan tenda agar tidak mengganggu para pengungsi yang hanya memiliki bangunan kecil dan sederhana untuk mereka tinggali bersama-sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMAT - The Crown Prince
FantasyVersi Wattpad tidak lengkap. VERSI LENGKAP BISA DIBELI DI GOOGLE BOOK/PLAY Usaha untuk merebut kembali Kerajaan Angin terus bergemuruh. Dendam, pengkhianatan dan pertumpahan darah menjadi bagian dari kehidupan para Pangeran Kerajaan Angin yang tenga...