Hallo! Mohon maaf lahir dan batin!
Maaf kalau ada ucapan dan perilaku yang tidak menyenangkan! ^^
.
.
.
Untuk pembeli novel TCP, maaf ya bukunya masih dicetak. Percetakannya penuh dan kepotong libur lebaran, jadi masih diproses. Sebagai permintaan maaf, saya kasih updatean sembari nunggu bukunya selesai cetak dan dikirim.
Versi ebook, ready di pertengahan Juli 2019 ya gaessss.
Happy reading!
.
.
.
Han Tingyu menyeringai tipis saat melihat puluhan penduduk desa berlutut dengan tubuh gemetar karena takut. Suara tangis anak kecil terdengar sangat mengganggu, tapi ia tetap menyukai suasana ini. Han menikmati setiap detiknya. Aroma kematian dan ketakutan di sekelilingnya membuat pria berusia dua puluh delapan tahun itu bersemangat.
"Pangeran Han, hamba menunggu perintah Anda," ucap seorang kepala prajurit dengan baju jirah berwarna perak. Pria itu menundukkan kepala, menunggu dengan sabar perintah dari tuannya.
Tentu saja Liang dan semua keluarga utama hanya menganggap hal itu sebagai kecelakaan kecil. Hanya Han serta kakak keduanya yang tahu jika peristiwa itu memang disengaja.
Sejak saat itu Han selalu mengenakan satu penutup mata untuk menutupi cacat di wajahnya. Han memilih tinggal jauh dari keluarga besarnya, belajar dan berusaha menjadi yang paling kuat diantara saudara-saudaranya. Tidak banyak yang tahu jika Liang memiliki putra lain yang cemerlang, hingga ayahnya memanggilnya untuk pulang. Dan sekarang statusnya sebagai seorang pangeran membuat Han memiliki banyak kesempatan untuk membalas dendam.
Cacian dan cemoohan saudara-saudaranya akan dibalas oleh genangan darah. Jika waktunya tiba, ia akan menyingkirkan mereka semua dan menjadi penguasa Kerajaan Angin.
Embusan napas panjang diloloskan oleh Han. Awan mendung yang menaungi mereka mulai memuntahkan bulir-bulir salju. Hawa dingin terasa menusuk, angin musim dingin berembus seakan ingin merobek setiap jiwa yang tidak memiliki perlindungan.
"Ini akan menjadi pembelajaran untuk siapa pun yang berani menyembunyikan pemberontak di dalam rumah-rumah mereka!" teriaknya, lantang. "Biarkan angin membawa berita kekejamanku!" Suara tawa Han menggelegar, terdengar puas.
Parajurit-prajuritnya langsung mengangkat senjata di tangan ke atas, tinggi. Mereka meneriakkan yel-yel kemenangan untuk membakar semangat.
"Hukuman untuk pengkhianat adalah kematian. Bakar desa lalu bunuh mereka semua!" Han memberi perintah dengan ekspresi dingin. Tidak ada sedikitpun belas kasihan di ekspresi wajahnya.
Penduduk desa terlalu berani karena menyembunyikan para pemberontak di desa mereka. Semua orang yang berani melawan perintah Raja Liang akan mati, walau bayi sekalipun. Tidak boleh ada pengampungan untuk pengkhianat.
Jerit kesakitan serta tangisan pun menggema, terdengar memekakan telinga. Han menengadah, memejamkan mata dan tersenyum, menikmati semua kengerian yang tengah terjadi di depan matanya. Bau anyir dan asap menyatu, diembuskan oleh angin musim dingin. Aroma itu menggelitik indra penciuman sang pangeran.
"Mati! Mati kalian semua!" desis Han, senang.
.
.
.
Kesedihan menari-nari di kedua mata Chao Xing. Ia memeluk putranya erat, sementara netra wanita itu mengamati setiap pergerakan Jian Lei yang tengah mempersiapkan diri untuk perjalanan panjangnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/159028685-288-k306736.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TAMAT - The Crown Prince
FantasyVersi Wattpad tidak lengkap. VERSI LENGKAP BISA DIBELI DI GOOGLE BOOK/PLAY Usaha untuk merebut kembali Kerajaan Angin terus bergemuruh. Dendam, pengkhianatan dan pertumpahan darah menjadi bagian dari kehidupan para Pangeran Kerajaan Angin yang tenga...