Bab 19

2.3K 399 12
                                    

Dilarang menjiplak, menyalin dan mempublikasikan karya-karya saya tanpa izin penulis.

.

.

.

Cerita lengkap dapat kalian baca di versi ebook dan cetak. Untuk yang sudah membeli versi cetak, buku masih proses cetak, tapi yang tidak bisa menunggu dan ingin uang kembali bisa PM saya ya. Saya akan transfer balik uangnya. (:

.

.

.

Happy reading!

.

.

.

Desas-desus mengenai masih hidupnya Putra Mahkota Jian Gui menjadi topik paling hangat sekaligus berbahaya yang tengah beredar luas di kalangan penduduk di Ibu Kota Kerajaan Angin.

Ketamakan Raja Liang membuat sebagian besar rakyat marah, walau mereka hanya bisa menahan diri untuk bertahan hidup. Sikap semena-mena anak-anak dan pejabat pendukung Liang pun berhasil menambah gerah rakyat hingga gelombang besar perpindahan penduduk ke wilayah kerajaan lain semakin tinggi belakangan ini.

Di tempatnya, Yao Zu sudah memperkirakan sebelumnya jika pertahanan benteng ibu kota akan diperketat setelah Jenderal Tse menerima jenazah putranya. Dia berusaha bersikap tenang. Pakaian rakyat biasa membuatnya bebas menyaru dengan penduduk kota.

Antrian panjang penduduk yang hendak melewati gerbang ibu kota membuat langkah Yao Zu terhenti. Pemeriksaan pihak militer sangat ketat saat ini. Beberapa penduduk yang dicurigai tanpa basa-basi diseret untuk diinterogasi.

Brengsek! Yao Zu memaki di dalam hati. Jika menjadi penduduk biasa tidak bisa membuatnya melewati gerbang ibu kota, maka ia harus menjalankan rencana kedua.

Yao Zu segera berbalik, berjalan cepat ke arah pasar. Ia harus mendapatkan informasi mengenai kapan pasukan Jenderal Tse akan keluar dari ibu kota. Pasukan besar seharusnya segera meninggalkan ibu kota untuk memburu pemberontak, terlebih setelah raja mengetahui mengenai kekalahan pasukan yang dipimpin oleh Biming di Wilayah Barat.

.

.

.

Renshu masuk ke dalam tenda Bo Lin untuk membersihkan diri karena malam ini tendanya akan dipakai oleh Hongli dan Xiao Feng istirahat. Ia tengah meletakkan pedang di atas meja saat Bo Lin melangkah masuk ke dalam tenda. Renshu menoleh singkat lalu beranjak menuju sisi pembaringan untuk membasuh muka menggunakan air di dalam baskom kayu di atas meja.

"Anda memanggil hamba, Pangeran Renshu?"

Renshu tidak langsung menjawab. Ia mengambil kain bersih untuk melap air dari wajahnya. "Aku akan mengirim pesan untuk kakak pertama," ucapnya sembari beranjak ke meja teh. "Kakak pertama harus tahu jika kita bertemu dengan Nona Fung."

Bo Lin ikut duduk, ekspresinya sangat serius. "Ding Xiang ingin bicara dengan Nona Fung. Dia merasa bersalah sudah bicara sekeras itu kepadanya."

"Kakak Hongli akan berangkat besok pagi," kata Renshu mengejutkan Bo Lin. "Ding Xiang bisa bicara malam ini atau besok pagi sebelum Kakak Hongli dan Xiao Feng pergi."

"Anda mengizinkan mereka pergi?"

Renshu tidak menjawab.

"Kejadian siang tadi bisa saja kembali terulang," kata Bo Lin, mengingatkan. "Mereka bisa mati jika bukan kita penjahatnya." Ia menggelengkan kepala dengan semangat. "Anda tidak bisa mengizinkan mereka pergi. Putra mahkota akan murka—"

TAMAT  - The Crown PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang