"Arianda!", aku menoleh ke arah mas Boyke. Makeup artist-ku untuk sesi pemotretan kali ini.
Gayanya memang tak jauh beda dengan kebanyakan makeup artist pria yang terlihat sangat kemayu, bahkan hampir persis seperti wanita kalau saja mereka memilih menyuntikkan silikon ke beberapa bagian tubuh mereka.
"Duh yey kemana aja sih.. kangen banget loh eyke sama muka yey yang cantik aduhay badhay begindang...", mas boyke menjawil daguku gemas.
Aku hanya tersenyum menatapnya. "Dandaninnya yang cantik, ya mas..."
Aku bukannya baru beberapa kali merasa puas dengan hasil pekerjaan mas Boyke. Dia memang makeup artist paling handal yang pernah aku temui selama ini. Walaupun terkadang sering membuatku lelah dengan ocehannya yang panjang seperti kereta api, tapi aku masih bisa menolerir selama ia tidak berusaha mengorek - ngorek kehidupan pribadiku layaknya beberapa makeup artist yang pernah aku temui sebelumya.
"Nah selesai! tuh kan... yey gak akan kecewa deh sama hasil kerjaan eyke.. apalagi kalau modelnya cantik kayak yey.. eyke jadi makin nepsong dandaninnya.."
Aku tertawa mendengar ocehan mas Boyke. "Makasih ya mas...", ujarku seraya bangkit berdiri sambil mengangkat gaunku kuning yang panjang hingga menyapu tanah.
Hari ini aku harus terjebak oleh sesi pemotretan yang cukup memakan waktu lama untuk sebuah majalah perempuan dengan tema nature life. Iya, dengan gaun panjang yang cukup berat ini aku harus berpose di sekitar air terjun dan kawasan hutan lainnya.
Begitu langit tampak gelap akhirnya sesi pemotretan baru berakhir. Aku tersenyum senang mendapati sosok bayi gorila sekaligus malaikat penyelamatku sudah berdiri sambil bersandar di salah satu pohon tinggi menjulang di area pemotretan.
"Hai, sudah lama?", tanyaku.
Keynan melirik arlojinya. "Tidak juga."
"Tunggu sebentar, aku ganti baju, setelah itu kita pulang."
Keynan mengangguk kemudian aku meninggalkannya masuk ke tenda untuk mengganti pakaian. Sebenarnya aku agak tak enak hati padanya karena harus membiarkan dia sendirian. Aku yakin ada saja 'lalat' yang akah menghampirinya nanti, entah hanya sekedar untuk cari perhatian atau benar - benar melakukan atraksi hebat di depan Keynan.
Tapi aku yakin mereka tidak akan berani melakukan hal yang lebih. Karena SETAHU mereka Keynan adalah tunanganku.
Iya, kami hanya berpura - pura tunangan. Kalian tau kan... semenjak aku menyatakan perasaanku pada Ken dan dia menolakku aku memang sudah belajar untuk mengikhlaskannya, hanya saja seperti yang Keynan pernah bilang,
Kalau suatu saat nanti aku belum juga bisa menemukan pengganti Ken di hatiku, maka Keynan bersedia menjadi tameng bagiku
Mungkin terdengar sangat jahat. Seakan aku ini memanfaatkan Keynan. Tapi aku memang membutuhkannya untuk menghindari para lelaki yang mencoba mendekatiku, baik yang hidung belang maupun yang benar - benar serius padaku.
Setelah hampir 15 menit berada di ruang ganti akhirnya aku keluar dan menyusul Keynan yang tampak bersedekap sambil memejamkan mata. Berusaha mengacuhkan para wanita yang tiba - tiba tampak sibuk berlalu lalang di hadapannya.
"Baru aku akan menyusulmu ke dalam.", sindir Keynan halus kemudian membalikkan tubuhnya mengajakku ke tempat di mana mobilnya terparkir.
"Sudah bertemu dengan gadis itu?", tanyaku sambil tersenyum menggodanya.
"Siapa?", tanya Keynan acuh tak acuh.
Aku tertawa geli melihat wajah Keynan yang tampak pura - pura sok polos. Dalam hati aku membatin, mungkin ini saatnya aku mengakhiri sandiwara kami. Karena belakangan ini, yah walaupun belum lama, aku merasakan ada yang berbeda dari sikap Keynan. Ia tampak seperti...
KAMU SEDANG MEMBACA
Arianda Margaretha
RomanceKalian pikir hidupku sempurna. Siapapun ingin berada di posisiku. Oh, aku akan dengan senang hati menukar posisiku dengan gadis manapun yang memiliki kehidupan yang normal. Kuberitahu saja, kehidupan seorang 'putri' itu tidak seindah yang sering kal...