The last time I saw her

143K 7.4K 123
                                    

5 tahun kemudian....

"Eyang.. itu burung apa sih? kok dia cerewet banget? Rena ngomong apa aja selalu diikutin. Kan Rena sebel eyang.."

Aku dan Radith sama - sama tertawa mendengar celotehan Renata yang sedang berdiri di samping eyang sambil menunjuk burung Parkit peliharaan eyang di dalam kandang. Sejak tadi ia sibuk menggerutu karena burung itu tak henti - hentinya mengikuti perkataannya sementara eyang tampak tersenyum mendengar celotehan Renata sambil memberi makan burung Parkit.

Radith bangkit berdiri dan ikut berdiri sejajar dengan eyang dan Renata.

"Mungkin dia suka sama kamu, Re....", ujar Radith sambil mengibas - ngibaskan rambut Renata membuat gadis yang baru akan memasuki masa remaja itu kesal.

"Daddy gak lucu!"

"Masa sih... eyang, Radith lucu enggak eyang?", ujarnya sambil menatap eyang dengan bola mata puppy eyes membuat eyang tertawa geli.

"Ayah kamu ini lelaki kesayangan eyang setelah eyang kakung...", ujarnya sambil mengelus rambut panjang Renata.

"Tapi daddy gak lucu, eyang.."

"Iya daddy gak lucu. Daddy kan ganteng, Re.."

"Iyuwhhh..."

Aku tertawa pelan kemudian ikut berdiri di samping mereka sambil bersandar pada Radith. Radith mengelus pundakku dan memelukku erat sambil menghirup udara pagi yang masih sangat segar. Wangi maskulin tubuhnya menguar di hidungku membuatku ingin membalikkan tubuhku dan menenggalamkan wajahku di dadanya kalau saja gak ada Renata dan eyang saat ini.

"Eyang.. burungnya kok rakus sih kayak daddy.. dari tadi makan terus.. eyang.. eyang..."

Aku dan Radith sama - sama menoleh ke arah eyang dan betapa terkejut dan paniknya aku mendapati eyang yang sedang mengaduh kesakitan sambil memegang dada bagian kirinya.

Penyakit jantungnya pasti kumat!

"EYAAANG!!", teriakku histeris sambil menangkap tubuh yang yang hampir jatuh. "Radith.. cepet bawa eyang masuk.. aku panggil ambulans.", sergahku.

Dengan sigap Radith mengambil alih tubuh eyang dari pangkuanku dan membopongnya ke dalam disusul Renata di belakangnya. Aku pun masih dengan rasa panik yang tak berkurang sedikitpun segera masuk ke dalam dan meraih gagang telepon untuk menghubungi pihak rumah sakit.

Setelah memastikan akan ada ambulans yang datang ke sini untuk menjemput eyang atau mengantarkan seorang dokter, aku kembali berlari menuju kamar eyang dan menangis begitu melihat eyang yang terbaring lemah.

Renata langsung memelukku begitu aku masuk dan berusaha menghapus air mataku.

"Mommy jangan sedih.. eyang bilang eyang gak apa - apa.. cuma capek aja.."

Aku mengangguk sambil berusaha tersenyum menatap Renata. "Iya sayang.."

"Ndhuuk...."

Aku mendongak dan segera duduk di pinggir ranjang eyang sambil memerhatikan wajah eyang yang tampak pucat.

"Inggih eyang.."

"Eyang.. sudah sangat tua... tubuh eyang sudah tidak kuat lagi menjaga kamu.. ", ujarnya terbata - bata sambil berusaha menghapus airmataku. "Sekarang.. kamu punya Radith dan Renata yang akan menjaga kamu...Kamu tidak akan hidup sebatang kara Rianda..."

"Eyang.. jangan ngomong begitu eyang.."

"Janji sama eyang.. kalian akan selalu bersama.. eyang sudah tidak kuat Arianda.. Sudah waktunya untuk eyang menyusul eyang kakungmu dan juga orangtuamu... maafin eyang kalau selama ini selalu bikin kamu sedih.. Eyang sayang sama kamu, Ndhuk..."

Arianda MargarethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang