I'm sorry, Radistya

194K 9.8K 217
                                    

Aku membiarkan Radit menggenggam tanganku erat. Sejujurnya saat ini aku memang sangat membutuhkan dukungan walaupun aku tau Radith sama gelisahnya denganku. Setelah mendengar kabar bahwa Radistya pingsan di sidang perdana perceraiannya dengan Ken, aku, Radit, beserta kedua calon mertuaku segera bergegas ke rumah sakit.

Aku menatap horror lorong rumah sakit yang berwarna putih itu dan kulihat Adis masih terbaring belum sadarkan diri dengan sebelah tangan dalam genggaman Ken yang duduk di pinggir ranjangnya.

Adis benar - benar beruntung bisa mendapatkan Ken.

Begitu Ken menyadari kehadiran kami dia pun menoleh. Tatapannya jatuh padaku yang berdiri tepat di samping Radith. Dia bangkit dan berjalan menghampiriku.

"Bisa pinjam Arianda sebentar?", tanya Ken meminta izin pada Radith.

Awalnya Radith sempat menatapku dan Ken sejenak namun kemudian ia mengangguk dan membiarkan Ken membawaku ke lorong rumah sakit.

"Bagaimana kabarmu?", tanya Ken. Wajahnya tampak kuyu.

"Aku.. yah bisa dikatakan baik.", ujarku sambil memaksakan seulas senyum.

Lalu dahiku berkerut menatap wajah Ken. "Bagaimana persidangan kalian? kalian gak serius untuk bercerai kan? Aku merasa sangat bersalah.. kamu tau ini semua salahku.."

"Sidangnya ditunda karena Adis sedang hamil.", ujarnya sambil tersenyum padaku.

Mataku berbinar senang menatapnya. Sungguh, aku tidak berpura - pura. Aku benar - benar berharap hubungan Ken dan Adis bisa membaik setelah kekacauan yang kubuat.

"Jadi Adis hamil??"

Ken mengangguk. "Ya, usianya hampir sebulan dan aku baru tau setelah Adis jatuh pingsan di ruang sidang tadi. Rasanya aku cemas dan bahagia di saat yang bersamaan.", ujarnya.

Ken menaruh tangannya di kepalaku sambil mengelus rambut panjangku dan tangannya berhenti di pundakku. "Semoga kamu bahagia dengan Radith...", ujarnya tulus. "Aku selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu."

Aku tersenyum. "Terima kasih Ken, kamu baik sekali."

"Kamu tau Rianda.. Kamu akan selalu jadi adik yang paling aku sayang, selamanya... Arianda."

Aku tersenyum sendu menatap Ken. Begitu terharu mendengar ucapannya. Dia bahkan masih mau menganggapku sebagai adiknya. Kukira setidaknya dia akan mengasingkan diriku.

Air mata menetes dari pelupuk mataku. "Terima kasih Ken, terima kasih.. ", ujarku lirih.

Ken meraihku ke dalam pelukan, pelukan dari seorang sahabat sekaligus saudara yang terasa sangat hangat.

"EHM."

Aku dan Ken sama - sama menoleh dan mendapati Radith sudah berdiri di samping kami dengan tatapan curiga.

"Kayaknya lo kelamaan minjem istri gue, Ken..", ujarnya ketus.

Ken tertawa mendengar ucapan Radith. "Statusnya masih 'CALON ISTRI' lo, Radith. Lagian emangnya gue gak boleh ketemu adik gue lama - lama? gue juga kangen sama dia."

Radith mengerutkan keningnya. "Adik? bukannya lo anak tunggal?"

Aku dan Ken sama - sama tertawa. "Iya, kita kakak adik, cuma beda orangtua.", ujarku.

Radith mengangkat bahunya kemudian menarik tanganku. "Ayo masuk ke dalam. Kayaknya bentar lagi adis siuman."

Ken mengangguk kemudian mendahului kami masuk kembali ke kamar rawat inap Adis.

Setelah hampir 10 menit menunggu akhirnya tanda tanda siuman Adis pun tiba. Kulihat dari jauh matanya mengerjap - ngerjap dan perlahan terbuka.

"Aku dimana? gimana sidang cerainya..?", ucap Adis pelan yang terdengar samar di telingaku.

Arianda MargarethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang