Extra Part - Mimpi Radith

231K 11.3K 1.3K
                                    

Radith POV's

"Sayang.. bangun..."

"Hm....."

"Sayang.. ayodong bangun udah siang..."

"Duh Adis.. kamu gak usah usil deh. Mas baru tidur nih..."

"Kok Adis sih... Ini aku sayang.. Ayodong buruan bangun."

Aku menajamkan pendengaranku lalu membuka mataku lebar - lebar ketika menyadari suara merdu yang sejak tadi mengusik tidurku. Bagaimana mungkin aku bisa mikir itu suara Adis? walaupun suara Adis emang merdu kalau lagi nyanyi, tapi dia gak akan bersikap semanis itu ketika membangunkanku dari sesi intimku dengan kasur kingsize kesayanganku di minggu pagi.

Aku pun menyentakkan tubuhku tiba - tiba. Kembali aku harus mendesah kecewa ketika mendapati ternyata aku hanya bermimpi. Mimpi indah yang seharusnya tidak usah kuakhiri.

Aku menekan tombol wekerku yang sudah berteriak - teriak sejak tadi lalu beranjak dari kasur dengan malas. Kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi.

Aku memandang malas bayangan tubuku di cermin kamar mandi. Bulu - bulu halus yang tumbuh belum kucukur. Kalau saat ini Arianda masih hidup pasti dia yang akan mencukurnya.

Aku mendesah pasrah sambil meneliti wajahku. Umurku sudah tidak muda lagi. Putri pertamaku, Renata bahkan sebentar lagi menikah. Guratan - guratan halus mulai muncul di wajahku.

Tapi masih ganteng sih... Otot juga masih oke. Cuma perut aja yang mulai keluar jalur...

Aku mengelap mulutku yang dengan handuk kecil lalu beranjak keluar dari kamar unutk menikmati sarapan pagiku. Sarapan spesial yang tak pernah absen disiapkan Renata.

Beruntung bakat mommy-nya menurun pada anak itu.

Aku bersiul menuruni tangga. Indra penciumanku tergoda begitu wangi harum nasi goreng menyeruak ke hidungku.

"Wah sarapan enak nih.." ujarku sambil menarik kursi meja makan.

Kuperhatikan sosok Renata yang sedang sibuk dengan penggorengan dan sodet di dapur. "Rozzie mana, Re?"

Kuseruput cangkir kopiku sembari menunggu jawaban dari Renata.

"Pagi daddy sayang.. pagi mommy..."

Aku pun menurunkan kembali cangkirku ke tempatnya dengan alis bertaut. Pandanganku teralihkan ke arah sumber suara yang barusan menyapaku. Dahiku berkerut semakin dalam ketika kulihat kedua putriku masih mengenakan piyama sambil menarik kursi mereka masing - masing.

Kumiringkan kepalaku. Entah mungkin umurku yang sudah tua jadi kerja otakku mulai melambat?

"Pagi putri - putri mommy yang cantik. Ayo sarapan dulu..."

Aku pun langsung menoleh, tertegun, terkejut, terbelalak. Apapun perasaan yang bisa menggambarkan suasana hatiku saat ini.

"Arianda..." bisikku lirih.

Benarkah ini nyata? Ariandaku?

"Kenapa sih, Radith? kamu kayak gak ketemu aku berbulan - bulan aja.." keluhnya sambil menarik kursi di sampingku.

Aku masih menatapnya lekat. Tak bisa percaya kalau perempuan yang paling aku cintai dan aku rindukan kini duduk dekat di sampingku. Air mataku pun bahkan hampir menetes.

"Arianda..." panggilku sekali lagi.

Rozzie pun mengernyit padaku. "Daddy Aneh."

"Emang daddy kamu tuh suka aneh... Udah tua. Pikun mendadak.", ledek Arianda sambil menyodorkan sesuap nasi goreng padaku. "aaaa..."

Arianda MargarethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang