Stars in your eyes

186K 10.1K 221
                                    

Aku melepaskan heels-ku dan berjalan masuk ke kamar setelah kami sampai di apartementku. Kami baru saja kembali dari rumah eyang dan Radith memaksa untuk menginap di apartementku, bukannya pulang ke rumahnya sendiri. Padahal tadi om Reza dan mama Clara sudah menyuruhnya untuk ikut pulang bersama mereka.

"Aku kan calon suami kamu, media mau gosipin apapun juga nanti mereka bakal ngeliput pernikahan kita."

Ujarnya santai tadi saat kami di pesawat.

Aku sudah beberapa kali mendebatnya, namun gagal. Ternyata usahanya cukup gigih, dan dia cukup keras kepala. Jadi kubiarkan dia menunggu di ruang tamu sementara aku bersiap untuk mandi. Setelah melepas pakaianku dan mengisi bathub dengan air penuh busa aku pun membenamkan diriku di dalamnya.

Aku baru memejamkan mata ketika tiba - tiba aku terlonjak kaget karena pintu kamar mandi yang memang tidak pernah kukunci, mengingat aku hanya tinggal sendiri, tiba - tiba terbuka dan sosok Radith muncul sambil bersiul memandangku lekat dengan tatapan 'lapar'.

Dengan panik akupun menyilangkan tangan di depan dadaku untuk menutupi tubuhku yang masih tertutup busa, usaha yang sia - sia sebenarnya. Aku melotot menatapnya.

"Gak sopan! cepat tutup pintunyaaa", teriakku panik sambil mencipratkan air ke arah Radith.

Bukannya menutup pintu, Radith malah tertawa dan berjalan mendekat ke arahku kemudian duduk di pinggiran bathub.

"Radith kamu jangan gila! kita belum resmi menikah!", teriakku panik sambil merapatkan tubuhku ke dinding dan semakin menenggelamkan diriku ke dalam bathub.

"Tenang aja, Rianda. Aku gak akan ngapa - ngapain, oke?", ujarnya sambil mencelupkan satu jarinya ke dalam bathub dan membuat pola - pola berantakan di atas busa.

"Aku cuma mau nanya, tadi kulihat ada beberapa bahan makanan di kulkas. Kamu mau makan apa? biar aku yang masak..", ujarnya seraya tersenyum lembut menatapku.

Dengan gemas aku memandang Radith. "Apa saja asal sekarang kamu cepat keluar dari sini.", desisku.

Radith kembali tertawa. "Yaudah..", ujarnya sambil bangkit berdiri dan berjalan menuju pintu. Namun sebelum menutup pintunya ia berbalik sambil tersenyum jahil. "Em.. Rianda.. kayaknya kamu perlu nambahin busa yang udah menipis itu.", ujarnya sambil mengerling dan menunjuk diriku.

"Perut kamu emang gak serata waktu pertama kali aku lihat, tapi begitu juga seksi.", lanjutnya kemudian menutup pintu.

Aku mengernyit bingung dan menunduk. Kulihat busa yang tadi melindungiku sudah hilang hampir 70% hingga membuat tubuhku sedikit terekspos.

Oh, sial. Dasar kamu manusia mesum, Radith!

---------------------------

Setengah jam kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan baju handukku dan seketika itu wangi harum masakkan menyeruak ke dalam hidungku membuatku lapar. Tanpa sadar aku beranjak keluar dan melihat radith yang sedang menghidangkan masakannya di meja makan. Dia terlihat sangat cute dengan celemek merah bermotif bunga mawar yang biasa aku kenakan.

"Hai sayang, cepat pakai bajumu. Aku sudah 'lapar'.", ujarnya sambil menggodaku.

Aku pun tersadar kalau aku masih dalam keadaan setengah kering dan belum mengenakan bajuku. Aku membalikkan tubuhku dan menutup pintu kamarku. Jangan lupakan kuncinya.

Bisa aja lelaki gila itu mutusin untuk menerobos masuk saat aku lagi ganti baju!

Aku membuka lemari kecil di dalam kamarku yang memang ku-khususkan untuk menyimpan baju - baju rumahan santaiku. Sementara baju - baju untuk pergi dan tampil di depan publik semua tersusun rapi di dalam walk in closet-ku di luar.

Arianda MargarethaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang