"Jangan yang itu, lengannya terlalu terbuka... Jangan yang itu, bagian dadanya terlalu rendah.. Jangan yang itu, punggungnya kayak sundel bolong.."
Aku mendecak kesal menatap Radith yang sejak tadi menolak semua gaun pilihanku. Kulipat tanganku di depan dada sambil menatapnya sebal.
"Kamu bawel banget deh, gak sekalian aja kamu suruh aku pakai mukena?", ujarku ketus.
Radith nyengir ke arahku sambil berusaha membujukku untuk nyoba gaun pilihan dia. "Jangan ngambek dong, sayangku.. cobain yang ini ya.. pasti cantik.."
Radith mendorong tubuhku masuk ke dalam fitting room dengan sebuah gaun hasil temuannya. Dia udah ngelilingin tiga lantai butik ini dan cuma dapet satu gaun yang pas menurut selera dia??
"Mari mbak, saya bantu...", ucap seorang pramuniaga butik tersebut.
Aku mengangguk dan membiarkan ia membantuku memakai gaun yang ternyata bermodel cukup simpel namun sangat manis itu, dan sangat pas di tubuhku, dan aku sangat menyukainya.. sangat menyukainya...
Tunggu, menyukai siapa?
"Sudah mbak. Sangat cantik dan pas. Ini salah satu koleksi kami yang terinspirasi dari gaun pernikahan seri Twilight Saga terakhir, mbak. Itu loh yang dipakai Bella..", ujarnya sambil tersenyum ke arahku.
Ah.. aku tau. Kayaknya Radith penggemar berat Kristen Stewart, eh?
Aku pun keluar dengan mengenakan gaun itu dan seketika itu juga kulihat wajah Radith tampak terpesona sampai kayaknya liurnya hampir menetes. Aku tertawa melihat Radith.
"Penggemar berat Kristen Stewart, eh?", ledekku pada Radith.
Radith tersenyum dengan tatapan menggoda ke arahku, masih terpesona, sepertinya.
"Bahkan Kristen Stewart gak terlihat cantik lagi setelah aku ngeliat kamu yang pakai gaun itu.", ujarnya sambil masih tersenyum.
"Kita ambil gaun yang ini, mbak.", ujar Radith sambil tak henti - hentinya menatapku. Membuatku salah tingkah.
"Baik, pak. Pembayarannya debit atau kredit?", tanya sang pramuniaga.
"Debit."
Aku pun memutar tubuhku untuk kembali mengganti gaunku dengan pakaianku semula sampai aku sadar, bukan pramuniaga tadi yang mengikutiku masuk ke dalam.
"Kamu ngapain di sini?!", tanyaku garang melihat Radith yang lagi sibuk cengar - cengir ke arahku.
"Eh iya.. lupa. Abis kamu cantik banget.. serasa ditarik bidadari ke surga..", kekehnya. "Yaudah aku tunggu di luar. Jangan lama - lama.", kemudian ia mengecup bibirku sekilas sebelum akhirnya keluar dari ruang ganti.
Kebiasaan!
yang menyenangkan.
Aku pun segera mengganti pakaianku dan keluar. Kulihat Radith sudah selesai dengan urusan pembayaran gaunku. "Kita makan malam yuk.", ajaknya padaku.
Aku mengangguk dan membiarkan Radith meraih pinggangku sambil berjalan keluar. Sebenarnya memang aku harus lebih sering bersikap mesra begini dengan Radith di depan publik. Mengingat kabar kedekatanku dengan Radith memang cukup mendadak, setidaknya aku harus mulai meyakinkan publik kalau kami memang sudah lama menjalin hubungan secara sembunyi - sembunyi.
"Radith..", panggilku pada Radith setelah kami berada di mobil.
"Ya?"
"Sebentar lagi kita akan menikah... dan..", aku menggigit bibirku gelisah. "Seperti yang kamu bilang, hubungan pernikahan kita harus jujur dan murni. Jadi aku rasa kita harus lebih terbuka satu sama lain.." ujarku sambil berdeham.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arianda Margaretha
RomanceKalian pikir hidupku sempurna. Siapapun ingin berada di posisiku. Oh, aku akan dengan senang hati menukar posisiku dengan gadis manapun yang memiliki kehidupan yang normal. Kuberitahu saja, kehidupan seorang 'putri' itu tidak seindah yang sering kal...