Part 17

4.1K 61 0
                                    

Akhirnya aku sampai dimansion Alice setelah 40 menit mengemudi di tengah sibuknya Singapura. Disana aku menemukan Alice dan temannya Lyra. Lyra sering berkunjung dan hang out bersama Alice setelah Alice wisuda.
"Jadi dia pulang ke Indonesia?"tanya Lyra pada Alice. Alice hanya menggangguk dan menyadari kehadiranku.

"Eh kakak tumben pulang cepat"sapa Alice.
"Iya nih lagi pms, kakak ke kamar dulu ya"sahutku menaiki anak tangga
"Iya kak". Aku masuk ke kamar dan berencana untuk tidur siang, tapi handphone ku bergetar menandakan ada telpon masuk. Ku lihat layar ponselku dan ternyata itu dari Alex.
"Hallo"sapaku saat telpon sudah tersambung.
"Tadi aku dapat informasi dari Doc Company, bahwa mereka ingin memajukan meeting. Apakah kau keberatan?"kata Alex to the point.
"Kapan?"
"23 Desember"Ku lihat hari ini sudah tanggal 20 ku pikir aku tidak keberatan.
"Baiklah, aku tidak keberatan"
"Yasudah, besok kau langsung terbang kesana bersama Anatasya"
"Urus saja semuanya"ucapku seraya mematikan telpon. Niat untuk tidur siang pun aku urungkan karena harus berkemas barang.
Lumayan lelah tapi ini saatnya makan malam, aku pun pergi ke ruang makan dan menemui Alice dengan handphone yang kini selalu berada di tangannya. Pelayan datang membawakan chicken steak dan lemon tea. Benar-benar kesukaanku, aku pun langsung melahap bagianku dan tidak memperdulilakan Alice yang masih sibuk dengan teleponnya. Chicken steak itu lenyap dalam waktu 6 menit dan ku lihat bagian Alice masih utuh.

"Gak mau lice?biar kakak aja nih yang makan"ucapku mengancam.
"Kakak mau?nih makan aja"jawab Alice seakan handphonenya itu lebih sedap dibanding chicken steak yang menggirukan itu.
"Gak, kakak mulai gendutan nih lagi mau diet haha"ucapku memperhatikan badanku yang mulai gemuk.
"Bagus kok kak, dari pada kecil kaya aku"Alice pasrah melihat tubuhnya yang tak ada kemajuan walau makannya segunung.
"Olahraga donggg"
"Males kak"
"Olahraga jari mulu ckck"Ucapku menyinggung Alice. Ia hanya tersenyum malu-malu.
"Udah jadian?"tanyaku
"Haha, udah"
"Siapa namanya?"
"Reza"

Aku hanya beroh-ria malas menanggapi. Sebenarnya saat aku mendengar nama itu pikiranku melayang kembali ke Indonesia saat aku bekerja pada Nyonya Mila. Menjadi model majalah dewasa dengan Reza, lelaki yang selalu mengambil kesempatan.
"Kak, kok ngelamun?"tanya Alice.
"Alice, kakak besok ke Swiss"ucapku pada Alice memberi informasi.
"Ngapain kak?"Tanyanya.
"

Jp Company mau bekerja sama dengan Doc Company, nah perusahaan itu termasuk perusahaan terkenal di Eropa"jelasku pada Alice.

"Itu bagus kak, tapi Alice gak terkejut. Karena Jp Company memang perusahaan terkenal se Asia, apalagi kak Angel yang urus. Aku yakin kak Raka bangga"Aku hanya terdiam mendengarnya, bayangan Raka kembali bermain-main dikepalaku.

***

Akhirnya pesawat yang aku tumpangi bersama Tasya landing di Swiss. Ini pertama kalinya aku kesini, tapi syukurnya Anatasya pernah kesini karena dia asli kelahiran Swiss. Alex telah memesankanku kamar hotel dari situs online. Dan sekarang kami tengah sibuk mencari angkutan untuk pergi kesana.
"Taksi"teriak Tasya pada mobil bertuliskan Taxi diatasnya. Mobil itu pun berhenti dihadapan kami, kami pun segera naik.
"Hotel Des Balances"ucapku pada sopir. Ia pun hanya menggangguk dan menjalankan mobilnya pada tujuan yang telah ku sebutkan.
Jalanan sedikit lenggang tapi terhambat karena salju dimana-mana. Aku benar-benar lelah dan terlelap.

"Nona Angel kita sampai"kata Tasya mebangunkanku. Aku mulai membuka mata mengumpulkan kesadaran, melihat sekeliling dan terpana dengan sebuah bangunan mewah didepanku. Aku segera keluar setelah membayar biaya pada sopir taksi. Matahari sudah tenggelam, hanya bulan dan bintang-bintang yang menghiasai langit. Swiss dimalam hari benar-benar dingin.
"Ayo masuk ini sangat dingin"ucapku mengajak Tasya. Setelah check in aku segera menaiki lift ke kamarku di lantai 3. Aku benar-benar lelah dan ingin segera bermanja di kasur empuk hotel ini. Aku memasukan kartu pas dan langsung menutup pintu. Kamar yang besar bercat putih dan pencahayaan dari lampu warm white yang sangat aku suka. Aku segera berjalan ke arah kasur tapi terhenti saat melihat kaca di lemari 3 pintu.

Aku segera lari ke kamar mandi karena terkejut melihat diriku yang sangat kacau.
"Damn, sabunku tertinggal"aku segera keluar lagi mengambil sabun di dalam koper dan segera mandi.
Setelah terguyur air, kantukku hilang seketika dan hanya meninggalkan lelah dan lapar.
Aku berbaring dengan piama putih kesukaanku membuka instagram dan berselfie untuk ku jadikan instastory. Aku menelpon Tasya berharap dia belum tertidur di kamar sebelah.
"Iya ada apa nona?"
"Bisakah kau pesankan aku makan malam?"
"Bisa, apa yang anda inginkan?"
"Lasagna dan teh hangat"
"Dessert?"
"Panacotta coklat"
"Baik nona"

Tak lama pintuku diketuk dan pelayan mengantarkan pesananku. Aku sangat lapar sekarang, dan sangat mengantuk. Ku habiskan segera makanan yang ku inginkan dan langsung tertidur tanpa memakai skincare rutin.

***

Matahari menembus tirai putih yang tergantung dikamar hotel dengan nomor 134A. Aku sangat enggan untuk bangun, tapi cacing-cacing diperutku menuntut untuk diisi. Dengan setengah sadar aku berjalan ke kamar mandi dan mengguyur diriku dengan air hangat. Ku rasa Swiss dipagi hari sangat dingin, andai tidak ada AC mungkin aku akan membeku disini.
Aku segera memakai mantelku dan memoles diriku dengan bedak dan lipstick merah muda.
"Persetan dengan wajah, yang penting gue kenyang"ucapku memandang wajahku yang terlihat natural. Aku benar-benar jarang berdandan senatural ini.
"Nona"panggil Tasya seraya mengetuk pintu. Aku segera membuka pintu dan langsung meninggalkan kamar 134A itu.
Aku memang sudah janjian dengan Angel untuk sarapan di cafe dekat hotel ini, lalu ke mall untuk berbelanja barang.

"Luas banget yaa mallnya"ucapku kagum setelah memasuki mall. Kehadiran kami disambut dengan maskot santa dan hiasan merah lainnya.
"Gajihku akan habis disini"jawab Tasya pasrah. Aku hanya tertawa, ku pikir tabunganku selama ini juga akan lenyap begitu saja.
"Ayoo"ajakku pada Tasya untuk menyelusuri mall luas berlantai 4 ini.
Sialnya mall ini sangat lengkap dan mall terbesar dikotanya. Ku yakin aku tak akan memiliki uang sepeserpun setelah keluar dari mall ini. Aku terdiam ragu untuk memilih brand make up disini, semuanya sangat bagus dan ku putuskan membeli satu set semuanya. Aku sangat mudah tergoda, ini membuatku ingin segera keluar dari mall ini.
"Pulang yo"ucapku dan langsung terdiam setelah melihat brand pakaian kesukaanku. Aku tak peduli dengan uangku yang ku katakan hanyalah"Aku menabung untuk ini".

Aku berjalan kekasir dengan ragu-ragu, yang kuragukan adalah jika uang ku tak cukup untuk membayar semua ini. Aku memberikan troli penuh belanjaanku dan sedikit barang Tasya.
"Belanjaan anda sudah ditanggung oleh seorang tampan yang baik hati"ucap kasir tersenyum padaku. Aku terdiam bingung,
"Siapa?"ucapku bertanya-tanya.
"Dia tidak ingin namanya disebutkan, tadi beliau datang memberikan ATMnya dan berkata akan menanggung belanjaan seorang wanita yang menggunakan mantel coklat dan rambut panjang terurai serta sedikit polesan diwajahnya"jelasnya.
"Tidak aku bisa membayarnya sendiri"ucapku membantah.
"Tidak ada bantahan kata lelaki itu"aku hanya terdiam pasrah. Diriku sangat bertanya-tanya siapa lelaki itu.

Jangan lupa vote yaa💛

I am just a bitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang