awal

43 6 0
                                    

Pagi ini saat aku membuka mata, seakan apa yang kurasakan masih di dalam hayalanku. Aku tak percaya hari ini tiba, dadaku mulai sesak dan jantungku berdegup kencang. Ayah, Bunda, Riri, Nanai, dan Bima aku tidak akan berada dekat dengan mereka mulai hari ini dan setengah tahun kedepan.

Albert Hans Watson ayahku hari ini pulang untuk menjemput dan mengantarku. Menjemputku dari rumah dan mengantarku ke London.

_*_

Bunda dan Riri ikut mengantarku sampai ke bandara.

"Sudah siap nak.." tanya ayah ku

"Iya Ayah.. Bunda.. Yasmin berangkat.. do'akan Yasmin.. selalu ya Bunda.. Riri sayang.. mbak pergi dulu ya.. jangan nakal.. dirumah ya assalamualaikum" ucapku terbata-bata.

Sejak 3 hari terakhirku di rumah ini aku sudah menahan tangis namun hari ini aku tidak tahan lagi saat aku memeluk Bunda air mataku tak terbendung lagi. Namun aku sadar "aku tidak bisa begini.. aku tidak boleh begini.. aku harus kuat.." batinku.

"Kamu anak yang kuat sayang.." ucapan terakhir bundaku sebelum melambaikan tangan.

Setelah berpamitan aku dan ayahku mulai memasuki bandara. Tiba-tiba aku mendengar seseorang berteriak memanggil namaku.

"YAAASMIIIN!!! TUNGGUUUU!!" teriak orang itu yang ternyata Naila sahabatku. Dia datang bersama Bima.

"Nanai.. Bima.. kalian datang.." ucapku yang kaget saat itu.

"Bagaimana.. kami.. bisa.. diam.. dirumah.. saat.. kamu.. akan.. pergi.. jauh.." ucap Bima yang terengah-engah.

"Iya.. mana.. mungkin.. aku.. melewatkan.. rencanaku.. nyubit.. pipimu.. itu.. untuk.. yang.. terakhir.. kalinya.." ucap Naila yang juga terengah-engah.

"Teman-teman.." air mataku pun tak terbendung lagi.

Aku memeluk Naila yang di sambutnya dengan menyubit pipiku.

"Aw.. nai.. rencana apa apaan kamu nyubit pipiku." Ucapku yang tak bisa marah pada gadis itu.

"Terakhir say.. terakhir.." katanya dengan air mata yang bergulir di pipinya.

Aku usap air mata Naila dan dia juga mengusap air mataku dan memelukku lagi. Bima tentu saja tidak memelukku dia mendekatiku, menyalami, dan menyelipkan sesuatu di tangan ku. Lalu dia berbisik.

"Bukalah setelah kamu sampai di London ya.." bisiknya.

Aku hanya mengangguk saja.

Lambaian tangan.. senyum.. dan raut wajah mereka semua tidak membuatku ragu namun semakin menguatkan tekadku untuk membanggakan orang-orang yang sangat berharga dalam hidupku itu.

_*_

Di dalam pesawat aku bercerita banyak hal pada ayahku. Dia pun antusias menjawab semua ungkapan-ungkapan yang aku ucapkan. Pria berambut pirang yang jarang sekali dirumah namun sangat aku cintai itu, hari itu wajahnya berseri-seri. Wajah yang cerah itu semakin membuatku bersemangat.

13 jam lebih hanya duduk, makan, sholat, tidur, dan sesekali ke toilet tidak membuatku bosan, karena hari itu aku sangat bersemangat.

"Aku akan mewujudkan semua hayalan indahku selama ini" batinku.

Ayah mengajariku banyak hal dan berpesan banyak hal juga padaku. Ia mengajariku tayammum dan sholat di dalam pesawat.

Namun pesan yang sangat di tekankan oleh ayah adalah agar aku selalu memiliki hati dan prinsip yang kuat. Ayah bilang hidup di kampung orang itu tidak mudah kita harus punya prinsip. Itu yang ayah tegaskan padaku.

tHEyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang