flashback||

21 3 0
                                    

(Yasmin's story)

2 tahun yang lalu saat aku duduk di kelas 10 SMA. Aku jatuh cinta pada teman sekelasku. Aku tidak yakin apakah aku benar-benar jatuh cinta atau hanya rasa kagum sementara saja. Tapi dia terlihat sungguh mempesona. Mata coklat bening yang selalu menatapku dengan jarak yang sangat dekat, kulit putih, tangan jahil yang selalu menyenggolku setiap dia lewat. Dia cukup populer bahkan rata-rata cewek di kelasku jatuh hati padanya.Ohh dia memenuhi pikiranku. Ya dia..  Malik.

"Yasmin.." sapanya.

"Ada apa?" Jawabku.

"Tidak ada apa apa.." jawabnya yang kemudian tersenyum lebar.

Ohh kita baru bertemu dan kamu membuatku terpesona karena tingkah manismu itu Malik.

Dia selalu memulai chat denganku setiap malam. PR selalu menjadi alasan bagus untuk memulai percakapan. ia sering membicarakan game yang dia mainkan kadang dia menang dan kalah semua dia ceritakan padaku. Kami punya hobi yang sama Anime dan Manga Jepang apapun yang berhubungan dengan itu selalu seru kami bicarakan bersama.

Dia selalu peduli padaku meski aku tidak yakin hanya padaku atau juga pada semua orang. Dalam hatiku aku sedikit berharap yang harapan itu semakin hari semakin besar. Dia selalu memaksa akan mengantarku pulang sekolah jika ia melihatku akan pulang sendiri ntah dengan angkutan umum jenis apa saat aku tidak di jemput orang tuaku. Agak canggung memang. Bahkan saat Bima akan mengantarku pulang dia berkompromi dengan Bima lalu dia katakan padaku kalau Bima tidak bisa mengantarku pulang. Apa apaan itu.

Sampai suatu hari saat sedang chatting.

"Yasmin.. katakan padaku apa yang kamu pikirkan tentang aku.. apa yang kamu rasakan jika aku dekat denganmu..?" Malik tiba-tiba menanyakan hal yang tidak bisa Yasmin jawab.

Keteguhan niatku yang hanya ingin menjadi special edition hanya untuk suamiku nanti tetap melekat di pikiranku.

"Aku tidak ingin hubungan yang lebih dari sekedar persahabatan ini saja.." ucapku dalam hati. Lalu aku membalas pesannya.

"Ohh Malik.. aku tidak bisa katakan itu.. mungkin tidak sekarang.. maaf Malik." Ucapku.

"Humm aku hanya ingin tahu aku ini orang seperti apa di matamu." Lanjut Malik.

"Kamu itu teman yang baik Malik." Jawabku.

"Teman?" Malik menanyakan hal yang tidak perlu di tanyakan.

"Ya teman yang baik." Jawabku lagi.

"Bagaimana jika kita jadi lebih dari teman?" Tanya Malik lagi.

"Apa maksudmu?" Aku balik bertanya.

"Want you to be my girlfriend Yas?"

"Apa kamu mau jadi pacarku Yas?" Tanya Malik.

"No." Jawabku singkat.

"Kenapa?" Tanya Malik.

"Gapapa aku cuma gak mau aja." Jawabku.

Sejujurnya aku tidak bisa menolak pria yang membuatku jatuh cinta itu. Dan sepertinya jawabanku barusan menyakiti hati Malik.

Setelah chat malam itu yang berakhir dengan canggung, keesokan harinyapun Malik tidak semanis biasanya bahkan dia tidak menyapaku sekalipun hari itu. Aku seperti tidak mengenalnya. Aku takut kehilangan sahabatku yang juga telah mencuri hatiku.

Beberapa maaf pun tidak bisa mengembalikan keadaan. Lalu ada lagi kejadian yang lebih buruk.

Di belakang sekolah saat aku menjalani piket kebun.

"Hehh Yasmin.. sedekat apa kamu sama Malik." Wulan dengan nada tinggi bertanya padaku. Oh apa lagi ini.

"Ohh Wulan dia sahabatku." Jawabku

"Dasar pembohong bodoh.. DIA MENOLAKKU.. DIA BILANG DIA SUDAH JATUH CINTA PADAMU DAN KAMU HANYA MENGANGGAPNYA SAHABAT!! APA KAMU TAU.. DIA MENETESKAN AIR MATA SAAT MENGATAKAN DIA JATUH CINTA PADAMU BODOH!! KAMU PIKIR LAKI-LAKI MANA YANG SEBEGITU CINTANYA SAMPAI MENETESKAN AIR MATA..!! Kalau kamu hanya ingin melukainya aku ingatkan padamu aku tidak akan biarkan kamu menyakitinya. Jauhi Malik atau masa SMA mu ini tidak akan menyenangkan.. ingat itu Yasmin." Wulan memarahiku habis-habisan saat itu.

Aku hanya menangis di depan Wulan yang puas marah-marah padaku. Aku merasa bersalah, aku merasa jahat sekali. Aku tidak ingin Malik dekat dengan orang lain aku cemburu tapi aku juga tidak membuatnya bahagia bersamaku.. aku egois.

Berhari-hari berlalu begitu suram tanpa senyum manis itu. Kenangan-kenangan manis yang selalu melintas  di pikiranku ini sangat menyiksa. Aku menangis setiap malam. Aku merasa bodoh dan konyol sekali.

"Malik.. aku minta maaf." Kata-kata ini hanya terucap dalam batinku, mulutku tak sanggup bersuara bahkan mataku pun tak sanggup menatapnya.

Tidak ada hal yang bisa kulakukan. Aku sudah meminta maaf berkali-kali ya dia memaafkanku tapi keadaannya tetap begini.

_*_

Wulan semakin dekat dengan Malik. Aku bisa melihat senyumnya bersama Wulan tapi tidak semanis dulu. Ohh aku membuatnya patah hati sekaligus mematahkan hatiku juga. Aku benar-benar bodoh.

Sampai aku mendengar kalau Malik sudah benar-benar pacaran dengan Wulan. Ya setidaknya dia bahagia, dia tersenyum.. tapi hatiku benar-benar hancur.. aku sangat menyesal.

tHEyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang