Hanya butuh waktu seminggu saja Naila dengan sikap ekstrovert nya yang luar biasa itu telah membawa Mark ke dalam lingkar pertemanannya bersama Bima dan Yasmin. Naila mulai mengajak Mark makan bersama mereka, duduk di bangku taman yang mereka selalu tempati bertiga, hingga mengajak Mark dalam kegiatan belajar bersama mereka setiap weekend dengan alasan Mark hanya bisa berkomunikasi dengan Bima dan Yasmin. Tentu saja hal itu mulai memanasi hati Bima yang selama ini berusaha tidak peduli.
"Heh burung pipit.. ada yang mau aku bilang sama kamu." Ucap Bima pada Naila.
"Apa!! Burung pipit??!!" Sahut Naila dengan nada tinggi.
"Kamu itu berisik kayak burung pipit tau. Lagian kamu juga seenaknya aja bikin julukan buat aku. Untung gak aku bilang burung gagak. Udah sini cepat aku serius ini." Tegas Bima.
"Burung pipit.. pfft.. imut dong." Batin Yasmin yang hanya tersenyum di sebelah Naila.
"Ahh ada-ada aja nih si profesor untung kita temen kalau nggak udah aku tampol kamu." Gerutu Naila sambil mengikuti Bima.
Bima seperti biasa hanya diam dan mengabaikan cerewetnya Naila.
Mereka duduk di bangku taman tempat biasa mereka duduk bersama.
"Nai.. kamu kok seenaknya aja sih.." ucap Bima dengan mengerutkan alisnya.
"Seenaknya gimana.. bukannya kamu tau kalau aku memang selalu seenaknya begini. Biasanya kamu gak peduli terus kenapa sekarang marah.. emangnya masalah aku seenaknya yang mana nih yang bikin kamu kesal?" Jawab Naila dengan santai.
"Humm ntah lah aku juga merasa aneh sama diriku sendiri" guman Bima.
"Ehh tapi aku serius.. kali ini aku benar-benar kesal dengan sikapmu yang seenaknya saja itu.. ini soal 'persahabatan' kita yang selalu kamu hebohkan itu." Lanjut Bima dengan penekanan pada kata persahabatan itu.
"Yaa memangnya kenapa dengan persahabatan kita.. gak ada masalah kan. Yasmin juga gak ada komplain tuh" Jawab Naila.
"Ya mungkin kamu sebagai orang yang bisa punya teman seberapa banyak pun gak akan menganggap serius hal ini.. tapi jujur aku kurang suka kalau anak bule itu sok akrab dengan kita." Jelas Bima.
"Humm jadi kamu gak suka ya kalo dia akrab dengan kita.. sebenarnya Bim.. apa sih yang kamu gak suka dari Mark? Dia tuh kan baik, pintar, ramah, manis lagi orangnya." Jelas Naila yang memuji Mark dengan berlebihan.
"Aku merasa semua tingkah 'baik' nya itu palsu.. hanya karena dia butuh kita di sini." Lanjut Bima.
"Bim.. dia itu cuma 6 bulan disini jadi dia gak akan selamanya ikut kita kemana-mana kok. Santai aja kali.. toh bentar lagi dia pulang ke Belgia." Jawab Naila.
"Ahh terserah deh.. kamu memang selalu seenaknya saja." Gerutu Bima yang langsung pergi meninggalkan Naila.
"Wahh si profesor kenapa nih tiba-tiba sensi gitu kayak cewek PMS aja. Humm aku aja gak gitu waktu PMS." Gumam Naila.
_*_
Sampai di kelas
"Yas gila nih.. si profesor mulai jadi sensi." Bisik Naila pada Yasmin.
"Hah sensi gimana?" Tanya Yasmin.
"Hush jangan keras-keras.. ntar dia denger terus jadi emosi lagi.. sini aku ceritain." Lanjut Naila.
Naila menceritakan prihal Bima pada Yasmin.
"Nai.. kamu itu memang harus sedikit peka pada orang lain.." ucap Yasmin.
"Hahh kenapa jadi aku yang di salahin sih.." jawab Naila.
"Maaf Nai.. bukannya aku nyalahin kamu.. tapi coba kamu perhatikan deh.. Bima itu orangnya pendiam banget, jarang-jarang orang bisa berteman dekat dengan dia." Jelas Yasmin.
KAMU SEDANG MEMBACA
tHEy
Разноеaku wanita yg beruntung dapat menikmati sebagian waktu hidupku bersama mereka. aku tak ingin membayangkan saat hidupku harus berjalan kembali tanpa mereka. mereka secerah mentari dan sesejuk embun pagi.