Buku pertama The Billionaire Series
Ramona Martinez menjadi seorang ibu di usianya yang masih sangat muda. Tidak ada seorang pun selain dirinya yang tahu bahwa ayah dari anaknya bukanlah pria sembarangan. Keluarga pria ini secara turun temurun memp...
If you are reading this story on any platform OTHER THAN WATTPAD, you are very likely to be at risk of a MALWARE attack.
If you wish to read this story in its original and safe form, PLEASE GO TO: https://www.wattpad.com/story/163811098-the-billionaire%27s-love-child
Ini karya pertama Bree di Wattpad. Silakan tinggalkan kritik dan saran. Kalian punya akun instagram? Yuk follow akunku @Bree_Yaretzi
Selamat membaca!
.
.
.
.
.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada satu hal yang sangat Ramona sukai. Dia sangat suka melihat putri dan ibunya bermain bersama dihujani cahaya matahari yang menerobos kaca jendela. Bagi wanita itu, kedua orang tadi adalah harta paling berharga. Hanya mereka keluarga kandung yang dia miliki.
Hari ini pun, senyumnya tidak pudar memandangi Maria, sang ibu menggendong Alina, bocah yang dua tahun lalu dia lahirkan. Meski sudah berusia lebih dari separuh abad, Maria masih sangat kuat mengangkat tubuh Alina tinggi. Balita berambut hitam legam itu tertawa ceria memandangi wajah lucu neneknya.
Ramona tahu bahwa dia tidak bisa terus berdiam diri. Tabungannya bisa habis jika dia tidak segera mendapatkan pekerjaan lagi.
Sebulan yang lalu, Nyonya Josephine Krauss meninggal dunia. Dia adalah perempuan berusia sembilan puluh tiga tahun yang dirawat oleh Ramona. Anak-anak Nyonya Josephine terlalu sibuk untuk mengurusi ibunya sehingga membayar pengasuh seperti Ramona.
Maria berhenti sebentar bermain dengan cucunya untuk menjawab panggilan telepon. Karena neneknya kelihatan sibuk, Alina beralih untuk mencari perhatian ibunya. "Momma. Gendong," pintanya dengan mata bulat yang berbinar.
Wajah cantik balita itu kentara diwarisi dari sang ibu. Namun bentuk bibir dan warna irisnya yang gelap tidak. Ramona yakin bahwa karakteristik itu didapat putrinya dari lelaki yang menjadi ayah biologisnya. Lelaki yang hingga kini tidak dia ketahui keberadaannya.
Permintaan bocah tadi dituruti oleh Ramona. Dia menggendong Alina lalu berjalan ke dekat jendela untuk melihat ke halaman samping yang ditanami Maria bunga-bunga.
"Ramona, Temanku baru saja memberi tahu bahwa dia baru berhenti bekerja sebagai pengasuh dari satu keluarga. Sekarang, keluarga itu mencari orang baru untuk menggantikannya." Maria meletakkan telepon genggamnya ke atas meja makan.
Di sela tawa Alina yang merasa geli pipinya ditiup sang ibu, Ramona menatap Maria. Dia berhenti sebentar bermain dengan putrinya. "Sebagai pengasuh orang tua, kan?"