17. Every Daughter is A Princess in Her Father's Eyes.

34.5K 1.8K 89
                                    

"Apa yang kukatakan kepadamu?!" tanya Ramona mendesis

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang kukatakan kepadamu?!" tanya Ramona mendesis. Dia tidak ingin terdengar oleh Alina yang sedang bersorak girang. Manuel tidak mengacuhkan pertanyaan Ramona. Senyum puasnya malah bertambah lebar melihat putri kecilnya. "Manuel!" panggil Ramona lagi.

Dalam satu kejapan mata, kepala lelaki itu sudah berpaling dari Alina dan menoleh kepada Ramona. "Ke mana perginya 'Tuan Sanchez'?" sindir Manuel perihal Ramona yang memanggilnya dengan nama depan. Laki-laki itu malah semakin membuat wanita di hadapannya kesal. Namun, dia justru senang melihat wajah geram Ramona.

Di ruang tengah apartemen Ramona berdiri menjulang rumah boneka, tidak hanya satu melainkan enam! Semua rumah boneka itu bahkan lebih tinggi dari Alina. Jelas saja Ramona meradang. Dia yakin total harga semuanya lebih dari seribu Dolar. 

Manuel tidak mengacuhkan pandangan sebal Ramona dan berbicara lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manuel tidak mengacuhkan pandangan sebal Ramona dan berbicara lagi. "Aku tidak yakin Alina akan suka yang mana, jadi kubeli saja semua yang tadi kutemukan di toko mainan. Asistenku bilang, anak perempuan suka mainan ini dan kaubilang Alina suka. Apa ini masih kurang, ya?" Pertanyaan terakhir ditujukan Manuel kepada dirinya sendiri. Namun, Ramona mendengarnya dengan jelas.

"Have you lost your freaking mind?! Rumahku sudah penuh! Kau lupa bahwa rumahku tidak seluas kondominiummu?!" Mendadak, Ramona merasakan kepalanya pusing karena laki-laki yang masih memasang wajah datar ini.

Manuel terdiam memandanginya, kian membuat kepala Ramona sakit. Pria itu kemudian menjawab, masih dengan ekspresi datar. "Kau benar."

Ramona tertegun, mengira laki-laki itu benar menyadari kesalahannya. "Kalau kubelikan rumah boneka lagi, nanti mainan lain tidak akan muat. Oh, apa menurutmu Alina akan senang bermain piano—"

"Manuel!" desis Ramona semakin kesal karena rupanya laki-laki itu tidak merasa bersalah sama sekali. Lebih buruk, dia berniat mengulangi yang dilakukannya sekarang.

"Apa?" Wajah Manuel yang begitu santai membuat Ramona ingin sekali melemparinya dengan sepatu.

"Sebaiknya, kau bawa pulang lagi semua mainan ini," perintah Ramona. Telunjuknya mengedar ke arah enam mainan baru putrinya tadi. Dia lagi-lagi menghela napas melihat ruangan yang hampir penuh. "Rumahku tidak cukup luas untuk semua barang mahal ini."

The Billionaire's Love ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang