Sudah pukul setengah satu dinihari, tetapi mata Ramona masih terbuka lebar. Dia terus memikirkan perkataan Manuel saat berkunjung tadi. Dia tahu aku berbohong soal Alina, batin Ramona. Ramona sangat yakin, laki-laki itu mengetahui bahwa Alina adalah putri kandung Ramona.
Tapi aku masih bisa berbohong kepadanya mengenai siapa ayah Alina, kan? Meski tebersit niat itu, terlintas lagi di kepalanya mengenai cerita Manuel perihal hubungannya dengan Alejandro. Masih tegakah Ramona memisahkan ayah dari anaknya?
Ramona memejamkan mata, mencoba untuk tidur. Usahanya untuk mengenyahkan pergolakan batin masih belum berhenti. Ah sudahlah. Besok kami sudah kembali ke Alexandria. Memangnya apa hal baik yang akan terjadi jika aku mengatakan yang sebenarnya? Walau berpikir demikian, nurani wanita itu justru berontak.
Ramona membuka mata lalu melihat Alina yang terlelap diapit oleh dirinya dan Matthias. Wajah polos anak perempuan itu kian menggelitik batinnya.
"Maafkan aku, Sayang," bisik Ramona pelan, nyaris tidak bersuara. Tangannya terangkat untuk membelai wajah putri kesayangan. Tangan yang terulur tadi kembali ke sisi Ramona karena Alina mengigau. Wanita itu tidak mau sampai anaknya terbangun.
Dicobanya untuk kembali memejamkan mata. Dia mengingatkan diri bahwa pagi-pagi nanti mereka masih harus pergi berjalan-jalan untuk memanjakan Alina dan Matthias sebelum sorenya ke bandara. Makanya, dia harus bisa beristirahat untuk mengumpulkan tenaga. Setelah bersusah payah, wanita ini jatuh tertidur juga.
Sebelum matahari terbit, Ramona sudah bangun lagi. Pandangannya lagi-lagi tertuju kepada sang putri yang masih bermain di alam mimpi. Berhati-hati dalam bergerak supaya putrinya dan Matthias tidak terbangun, Ramona bangkit dari ranjang. Dia melempat pandang keluar jendela dan melihat lampu yang menghiasi kota masih menyala.
Kenangan lama mengusik lagi dirinya ketika melamun. Ramona ingat hari di mana dia kehilangan ayahnya. Masih tercetak jelas dalam benaknya bagaimana pria itu meninggakan dirinya dan sang ibu.
Ramona ingat itu adalah hari Jumat. Dia sangat bersemangat pulang dari sekolah karena besok dan lusa dia bisa berlibur. Ayah dan ibunya menjanjikan mereka akan pergi taman ria untuk mengisi hari libur mereka bertiga. Bukan main senangnya Ramona saat mendengar kabar tersebut. Langkahnya begitu riang saat keluar dari kelas. Di dalam bus sekolah, Ramona bersenandung pelan sepanjang jalan, tidak bisa menahan kegembiraannya.
"Aku pulang," serunya membuka pintu rumah. Ibunya menyambut dengan senyum lebar. Maria sudah membuatkan camilan untuk Ramona, teman mereka menonton film bersama sembari menunggu sang ayah pulang kerja.
Telepon rumah berdering ketika Maria dan Ramona sedang menonton Lindsay Lohan memerankan anak perempuan kembar. Ramona ingat bunyi telepon itu mengganggu adegan saat kedua karakter utama menyadari mereka kembar yang terpisah. Bunyi gagang telepon yang terjatuh disusul debam tubuh ibunya yang jatuh ke lantai membuat Ramona meninggalkan film tadi, lalu berlari ke tempat ibunya berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Love Child
RomanceBuku pertama The Billionaire Series Ramona Martinez menjadi seorang ibu di usianya yang masih sangat muda. Tidak ada seorang pun selain dirinya yang tahu bahwa ayah dari anaknya bukanlah pria sembarangan. Keluarga pria ini secara turun temurun memp...