Ini hari pertama Ramona bekerja tanpa didampingi oleh Irene. Matthias bukanlah anak yang banyak ulah. Dia justru sangat manis. Hanya saja, Ramona bisa melihat bagaimana bocah itu masih kecewa atas kepergian Irene. Ramona merasa bagian dari tugasnya adalah untuk memperbaiki suasana hati anak lelaki berusia empat tahun tersebut.
"Matthias, apa yang kauinginkan untuk makan siang?" Ramona sudah mengenakan celemek berwarna merah muda dengan motif hati. Dia membuka lemari pendingin untuk melihat-lihat bahan makanan yang tersedia.
"Apa saja," kata Matthias masih malu dan sungkan kepada Ramona. Meski demikian, sejak kemarin, sikapnya sudah mulai mencair. Tentu saja semuanya berkat kegigihan Ramona. Dia sedikit demi sedikit berhasil mencuri hati Matthias.
Ramona memaklumi sikap sungkan anak itu. Dia tahu tidak bisa memaksakan Matthias untuk langsung terbiasa dengan keberadaannya. Jelas tidak mudah untuk anak sekecil Matthias melihat orang baru di kesehariannya setelah pengasuhnya sejak lahir pergi. Ramona yang harus mencoba memahami dan mencari cara agar anak ini betah bersamanya.
Sambil mengeluarkan bahan-bahan dari lemari es, Ramona memberi tahukan gagasannya. "Aku akan buatkan tortilla pizza. Bagaimana?"
Matthias yang duduk di dekat kitchen island mengangguk pelan. Dia tidak begitu pemilih meski ada makanan tertentu yang tidak dia sukai. Ramona benar-benar bersyukur mendapatkan pekerjaan sebagai pengasuh anak ini. Siapa pun pengasuh anak, akan senang jika yang diasuh seperti Matthias.
Ramona terbiasa dengan urusan dapur sejak kecil sehingga dia cekatan dalam hal mengolah makanan. Tidak sampai satu jam, makan siang untuk Matthias sudah tersaji. Dia melihat dengan puas bercampur bangga ketika anak itu melahap hingga tandas hasil kerja kerasnya. Makin bertambahlah rasa suka Ramona kepada Matthias.
"Kau tidak makan?" Matthias turun dari kursinya sementara sang pengasuh merapikan piring kotor.
Ramona mengerjap-ngerjap kaget dengan pertanyaan Matthias. Pertanyaan itu begitu tiba-tiba datangnya. "Aku akan makan nanti. Kau ingin membaca buku cerita?"
"Pizza-nya habis," kata Matthias mencebik kecewa.
"Kau ingin kubuatkan lagi?" Ramona menimbang-nimbang. Porsi yang dia berikan tadi sudah pas untuk Matthias, jadi menambah makannya mungkin tidak begitu bijak. Akan tetapi, karena ini hari pertamanya, mungkin dia bisa sedikit longgar.
Matthias menggeleng cepat. "Tidak. Aku ingin memberikan untukmu."
Orang dewasa mana yang hatinya tidak meleleh mendengar anak kecil berkata demikian. Sungguh kepribadian yang baik hingga memikirkan keadaan orang di sekitar. Ayah Matthias dan Irene benar-benar melakukan pekerjaan yang sangat bagus dalam membesarkan Matthias. Ini semakin memotivasi Ramona untuk menjaga sifat lembut dan simpatik pada diri anak ini.
"Terima kasih Matthias. Kau tidak perlu khawatir, aku belum lapar. Perut orang dewasa lebih tahan lama terhadap lapar," kata Ramona menenangkan. Matthias mengangguk paham. Ramona pun mengusap rambut keriting anak laki-laki itu dengan sayang. Dia kian betah dengan pekerjaannya ini. "Nah, ayo kita membaca buku cerita, kau yang pilih. Setelah itu, kita bisa bermain sebelum kau tidur siang, ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Love Child
RomanceBuku pertama The Billionaire Series Ramona Martinez menjadi seorang ibu di usianya yang masih sangat muda. Tidak ada seorang pun selain dirinya yang tahu bahwa ayah dari anaknya bukanlah pria sembarangan. Keluarga pria ini secara turun temurun memp...