Alina melambaikan tangannya ke kamera depan ponsel ibunya. Di layar ponsel ada wajah lelaki tampan dengan rahang dihiasi janggut tipis. Mata pria itu berbinar bahagia memandangi bocah cantik tadi melalui layar telepon genggamnya.
Keputusan Ramona yang akhirnya membiarkan Manuel untuk terlibat dalam kehidupan Alina, sejauh ini terlihat berjalan dengan baik. Sepertinya memang ini keputusan yang benar. Ada sedikit penyesalan di hati Ramona lantaran tidak sejak awal melakukan hal yang tepat. Meski dia selama ini berdalih demi kebaikan Alina, sesungguhnya dia menyadari hal itu karena keegoisannya.
Ramona hanya belum menemukan cara untuk menjelaskan kepada bosnya.
"Berikan ponselnya kepada ibumu," kata Manuel kemudian, membuat Ramona tersentak. Matanya menyipit melihat sang putri setengah berlari membawakan telepon genggam miliknya.
"Momma! Daddy mau omong!" seru balita itu.
"Terima kasih, Sayang." Ramona menerima ponsel dari tangan Alina. Dia sekarang berhadap-hadapan dengan Manuel.
"Kapan kau akan pindah kemari?" tanya pria itu tanpa basa-basi.
Ramona memutar bola matanya kesal. Sudah beberapa waktu ini, Manuel memberi gagasan agar Ramona pindah lebih dekat dengannya. Dia berjanji akan mencarikan tempat tinggal dan pekerjaan untuk Ramona di New York. "Kau bukan suamiku, kau tidak memiliki hak untuk mengatur hidupku. Aku kerasan di sini, begitu juga Alina."
"Aku memang bukan suamimu, tetapi Alina putriku. Jelas aku berhak untuk menemui putriku." Ucapan Manuel kembali membuat Ramona sebal.
"Oh, kau bebas menemuinya kapan pun juga. DI SINI. Di Alexandria." Ramona tidak mau kalah. Ini jadi satu alasan Ramona menyesal memberi tahu Manuel—meski dia juga senang karena Alina lebih ceria sekarang. "Aku ada pekerjaan di sini dan Alina pun menyukai tempat tinggal kami yang sekarang."
"Kalau kau begitu menyukai pekerjaanmu, kau tetap bisa menjadi pengasuh di New York. Dan apartemenmu? Jangan tersinggung, tetapi aku sangat ingin membawa kabur putriku dari sana."
"Kau tahu, saat seseorang mengatakan 'Jangan tersinggung,' sudah dipastikan ucapannya akan membuat tersinggung? Memangnya apa buruknya apartemen kami? Memang tempat ini tidak sebagus kondominiummu yang mewah, tetapi beginilah tempat tinggal masyarakat Amerika dengan finansial rata-rata."
Alina memperhatikan ibunya, ketika Ramona menyadari dia dilihat, dia tersenyum supaya tidak membuat putrinya cemas. Bocah cantik berambut panjang itu berjalan mendekati ibunya. "Momma, Alina want talk to Daddy."
Ramona berkata dengan cepat kepada Manuel. "Kita bicarakan lagi ini nanti. Alina masih ingin berbicara denganmu," katanya.
"Daddy!"
Senyum lebar sontak menggantikan ekspresi masam Manuel. Dia sudah terlanjur jatuh hati kepada gadis kecil ini. Apa pun yang dilakukannya selalu bisa membuat Manuel senang. Memiliki putri secerdas dan sebaik Alina, Manuel merasa sangat beruntung. Dia menyayangkan mengapa baru sekarang bertemu dengan Alina.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Billionaire's Love Child
RomanceBuku pertama The Billionaire Series Ramona Martinez menjadi seorang ibu di usianya yang masih sangat muda. Tidak ada seorang pun selain dirinya yang tahu bahwa ayah dari anaknya bukanlah pria sembarangan. Keluarga pria ini secara turun temurun memp...