Buku pertama The Billionaire Series
Ramona Martinez menjadi seorang ibu di usianya yang masih sangat muda. Tidak ada seorang pun selain dirinya yang tahu bahwa ayah dari anaknya bukanlah pria sembarangan. Keluarga pria ini secara turun temurun memp...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Alina langsung menyambar tubuh lelah ibunya. Balita itu senang melihat sang ibu telah pulang. Dengan cepat, dia memanjat ke gendongan Ramona. Si ibu, walaupun merasakan penat, tetap ceria menanggapi putrinya bermain.
"Mana Matthias?" tanya Alina.
Ketukan di pintu kamar hotel membuat Ramona belum bisa menjawab dan akhirnya bangun lagi dari sofa. Alejandro dan Matthias sudah ada berdiri. "Aku tahu kau pasti lelah dan ingin istirahat, tetapi Matthias ingin sekali bermain dengan Alina. Kau keberatan?"
"Keberatan? Aku justru senang karena Alina juga menanyakan Matthias. Mereka berdua dekat sekali, aku sampai heran," kekeh Ramona. Dia membiarkan Alina menarik tangan anak laki-laki yang lebih tua tadi. Keduanya berjalan ke sofa dan mulai bercerita entah tentang apa.
"Silakan duduk, Tuan," ujar Ramona mempersilakan bosnya duduk di sofa yang sama tempat Matthias dan Alina asyik bersenda gurau.
"Kalian sudah makan malam?" tanya Alejandro. "Jika belum, kita bisa pesan layanan kamar atau ke living room di bawah. Kita juga bisa pergi ke restoran di luar kalau kalian mau?" tawar Alejandro. "Aku yang traktir, tenang saja."
Ramona yakin harga makanan di restoran hotel ini mahal. Jika pun dia menolak, Ramona takut bosnya malah membawa ke tempat yang lebih mahal lagi. Maka dia memutuskan untuk makan saja di living room hotel. "Kita bisa makan di bawah."
"Oke, kalau begitu, aku akan tunggu di bawah. Bisa kutitip Matthias?"
"Ya. Tentu saja."
Hanya butuh sepuluh menit untuk Ramona mengganti baju yang dia pakai sebelumnya dengan gaun selutut berwarna turquoise yang dibelinya tahun lalu. Gaun itu melekat dengan cantik di tubuh ramping Ramona. Wajahnya yang sedikit oriental—karena mendiang nenek dari pihak ayahnya adalah orang Jepang—dipoles sedikit bedak padat dan perona pipi. Lipgloss bening melapisi lipstik merah muda di bibir. Rambut panjangnya disisir dan dibiarkan tergerai.
Alina memakai gaun kasual merah muda, di kepalanya ada bandana dengan hiasan pita menghiasi. Rambut hitam legamnya sama seperti sang ibu, diurai. Matthias memakai kaus berkerah biru dan celana jin berwarna gelap. Maria si nenek, tidak berdandan. Dia memakai baju yang sejak siang dikenakan, kaus putih yang dibelinya entah kapan, bertuliskan I heart NY—yang menurut Ramona norak—serta kulot hitam.
Tiba di ruang makan berkesan elegan nan mahal yang dituju, mereka disambut seorang pegawai. Ramona menyebutkan nama Ramirez, dan pelayan tadi mengantarkan rombongan tersebut kepada Alejandro. Dia melihat Alejandro sudah menunggu.
Mata Ramona menyisir semua sudut living room. Meja bundar dengan beberapa kursi yang diisi dengan bantal sofa mengelilingi mengisi ruangan. Floor lamp berdiri di hampir setiap bagian ruangan, menjadi penerangan tambahan untuk banyak bohlam berukuran kecil di langit-langit. Di beberapa sudut, terdapat silk grass dalam vas berukuran besar.