"Woy ada yang balikan!! Peje lahh pejeee!! Kiwwww." Jangan ditanya lagi itu suara siapa. Sudah pasti suara Rey si ketua kelas. Namanya doang ketua kelas. Tapi kelakuan udah kayak ketua admin akun gosip. Gosip mulu cyinn.
Vallery yang baru memasuki kelas dibuat bingung. Bagaimana Rey bisa tau kalau Vallery dan Ken balikan. Atau jangan jangan Ken yang sudah membocorkan ini semua. Emang lucnut.
"Woy Ley peje lah! Gorengan Mak Ijah juga gakpap---" Rey yang daritadi terus saja menjadi kompor kini dia menjadi diam. Iyalah diam, orang mulutnya disumpel gemblong oleh Vallery. Vallery malas beradu kata dengan Rey, biarpun Rey itu cowok tapi dia itu paling handal dalam hal adu bacot.
"Ngomong sekali lagi lo gak bakal pulang ke rumah, tapi ke KUBURAN!!" Ucap Vallery lembut namun sengaja dia tekankan kalimat terakhir. Rey langsung menelan salivanya sewaktu melihat wajah sangar Vallery.
"Ikut gue." Ken yang baru saja masuk ke kelas setelah dia jajan dari kantin. Langsung Vallery ajak keluar kelas.
"Lo sengaja bilang ke anak kelas kalo kita balikan?!!" Tanya Vallery. Kini mereka berada di depan kelas.
"Gue gak bilang ke semua orang. Cuma sama Rey aja, soalnya tadi pagi dia nanyain kelanjutan hubungan gue sama lo." Ucap Ken polos. Seolah tidak memiliki dosa apa-apa. Dasar watados.
"Lo gak kenal Rey! Kalau lo ngomong satu hal sama dia, pasti seantero sekolah juga bakal tau. Lo polos atau bego si?" Vallery tidak habis pikir. Urusan pribadi seperti ini bisa bisanya di ceritakan pada seorang Rey.
"Ya maaf gue kan gak tau." Lagi-lagi Ken masih menjawabnya dengan polos.
"Nanti gue urus si Rey biar dia diem." Ken mencubit pipi Vallery gemas. Daritadi dia memang sengaja bertingkah santai, pengin lihat Vallery marah. Habis gemas kalau lihat Vallery marah.
Vallery merasa janggal dengan luka yang ada diujung bibir Ken. "Lo gak obatin ya semalem? Kok makin parah lukanya?"
"Ciee khawatir." Bukannya menjawab Ken malah menggoda Vallery.
¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤
Keadaan kantin hari ini bisa di katakan ramai bagai pasar induk. Sepertinya makin lama jarang sekali murid yang membawa bekal sendiri. Tidak seperti diawal semester, banyak yang bawa bekal jadinya lapak kantin bisa longgar sedikit. Tapi tidak jarang juga siswa yang ke kantin punya niat terselubung. Selain mencari ganjal perut, ada juga yang sekalian lirik sana-sini untuk mencari si doi. Istilahnya si bonus. Kalo ketemu ya syukur enggak juga gak apa."Kiwww!" Cut memberi kode ke Vallery bahwa ada Ken yang berjalan mendekat ke arah mereka, sambil membawa sepiring siomay.
"Hay." Benar saja saat ini orangnya datang. Vallery terlihat kaget melihat Ken yang malah duduk di sebelahnya.
"Gue berasa jadi nyamuk." Cut mendegus malas saat melihat Ken dan Vallery malah saling tatap.
"Tenang, nyamuknya ada dua kok jadi lo ada temennya." Tiba-tiba Sam datang lalu duduk di samping Cut. Sekarang mereka berempat malah seperti terlihat dua pasangan sedang makan bersama.
Cut sudah kembali asyik dengan mie ayamnya, Vallery sudah khusyuk memakan bakso telur pesanannya, Ken yang sudah melahap separuh porsi siomaynya, dan Sam masih megaduk jus alpukat pesanannya sambil memperhatikan Ken.
"Lo beneran serius kan sama sahabat gue?" Sam mulai membuka sesi tanya jawab kepada Ken. Bisa dibilang juga wawancara dadakan. Ken yang mendengar pertanyaan Sam barusan langsung berhenti mengunyah.
"Seribu rius, bahkan kalau disuruh nikahin dia saat ini juga gue siap." Jawab Ken percaya diri. Sam hanya tersenyum miring.
"Mati aja lo sana kalo mau ngelamar gue sekarang!" Vallery menempeleng kepala Ken.
"Lho kenapa Ley? Kan lebih cepat lebih baik." Cut keheranan melihat respon Vallery barusan.
"Gue masih muda, masih jauh buat nikah. Gue mau jadi ibu yang baik dan pintar buat anak gue nanti." Ucap Vallery bijak ala-ala Mario Teguh.
"Tai lah! Bilang aja lo masih mau gonta ganti doi." Kali ini Cut tertawa terbahak menengar ucapan bijak Vallery.
"Yehh serius Malih!"
"Oh ya Sam, lo udah lama tinggal di panti?"
"Lho, lo tau Ken? Tau dari mana?" Cut tampak kebingungan dengan pertanyaan Ken barusan.
"Iya, gue dari orok udah disana." Jawab Sam singkat.
"Lah lo pernah bayi Sam? Bukannya pas lahir lo langsung bangkotan ya?" Jangan tanya lagi itu siapa. Sudah pasti Cut. Biarpun dikacangin dilalatin, dia masih terus ikut nimbrung.
Bel masuk berbunyi, menandakan semua harus segera kembali ke kelas. Terlebih saat ini adalah jam pelajaran Akuntansi bagi Vallery dan yang lainnya kecuali Sam. Jangan di tanya Sam akan kemana saat ini. Sudah pasti ke rofftop, untuk sekedar tidur dan melamun. Melamun kapan doi jatuh dari langit.
Semilir angin menghembus rambut Sam. Sam masih terpaku sekian lama di menit kelima. Iya, dia melamun sudah sekitar lima menit. Tidak tahu kenapa rasanya malas berada di dalam kelasnya sendiri, yang di dominasi kaum cowok. Perempuannya hanya satu, itupun agak mirip perempuan. Dalam artian dia tomboy. Tomboy cem personil the virgin gitu.
Ada yang hilang dari jiwanya. Bukan apa-apa. Sam hanya merasa aneh dengan kehampaan yang menerpa hatinya. Sakit tapi gak bernanah. Terkadang para kaum jomblo bingung alasan kenapa mereka patah hati, sedangkan doi saja tidak punya, benar begitu? Apa yang di galauin wong dirimu saja jomblo.
Sam duduk di sofa lusuh pribadinya. Sofa yang menjadi teman tidur siangnya jika bosan tidur di kelas. Sam bukan goodboy yang rajin belajar di kelas atau bahkan sering ikut olimpiade. Sam juga bukan seorang badboy yang sering tauran atau keluar masuk ruang BK. Sam juga bukan nerdboy yang pakai kacamata tebal sambil membawa buku ensiklopedia kemanapun. Sam bukan Nathan yang mengejar Salma. Sam bukan Dilan yang sering gombalin Milea. Sam juga bukan Rangga yang gantungin Cinta bertahun tahun. Sam adalah Sam. Menurutnya cinta itu rumit. Seperti kubik dengan warna acak. Tidak mudah baginya untuk menyatukan warna demi warna hingga menjadi satu kesatuan.
Terkadang persaan itu rumit. Seseorang yang cinta sibuk mencari alasan mengapa cinta itu bisa hadir. Tapi tanpa mereka sadari bahwa cinta hadir pasti memberi sepaket rasa dan emosi.
Vallery cewek yang selama ini ia jaga dengan sepenuh hati. Bukan cuma fisik tapi juga hati. Sam berusaha untuk menjaga hati Vallery. Tidak akan ia biarkan kerikil kecil masuk ke dalam hati Vallery. Hingga pada saat Vallery patah hati karena putus dengan Ken, Sam melihat tetes air mata Vallery dan isakan tangis yang menyayat hati siapa pun yang mendengarnya. Sam merasa dirinya telah gagal menjaga Vallery. Hatinya hancur berkeping keping melihat Vallery menangis. Dan sekarang kerikil itu kembali hadir dalam kehidupan Vallery. Menyelusup masuk memalui celah sempit. Tidak akan Sam lengah untuk yang kedua kali. Itulah tekad Sam.
"Cinta itu lebih rumit dari kubik. Kalo disuruh milih, gue lebih milih main kubik."
Galauin apa sih Sam?
Sensi banget liat Ken sama Vallery balikan? Hahaa
Sejauh ini kalian tim mana
Vallery + Sam
Vallery + Ken
Tekan bintangnya jangan lupaa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R ✔
Teen FictionMantan. Manis di ingatan, itulah kata Nathan. Nyatanya memang benar, meski benci telah merasuk namun hati justru menyangkal segala perkara kebencian. Itulah yang Vallery rasakan. Melalui detik-detik menjelang kelulusan disertai mantan yang muncul ke...