Pagi ini resmi sudah berakhirlah ujian dan segala anak buahnya. Pasalnya hari ini merupakan hari terakhir UN. Meski hasil UN belum di ketahui tapi mereka semua para jiwa muda selalu yakin akan kemampuan mereka bahwa mereka pasti akan lulus. Meskipun dengan nilai minimum. Bagi sebagian anak beranggapan tak perlu muluk-muluk untuk berharap memiliki nilai UN tertinggi, yang terpenting adalah lulus atau tidak. Nilai tidak menentukan seseorang layak untuk bekerja atau sebagainya. Nilai merupakan sebuah angka yang di dapat dari berbagai hasil, entah itu dari jerih payah sendiri atau orang lain. Sedangkan skil merupakan kemampuan yang mutlak dimiliki seorang individu.
Keadaan lapangan tampak ramai dengan murid kelas dua belas yang baru saja keluar dari ruang ujian masing-masing. Ada yang sedang menyiapkan poster untuk di tandatangani, ada yang menyiapkan spidol, pilox, dan alat tulis sebagainya, ada yang menyiapkan alat musik berupa DJ yang notabennya adalah siswa SMK Galaksi sendiri. Dan masih banyak lagi. Meski belum diketahui hasil akhirnya, hal ini merupakan kegiatan rutin yang selalu diselenggarakan oleh murid kelas dua belas SMK Galaksi setelah melaksanakan UN. Hal ini terus berlanjut dari generasi ke generasi selanjutnya.
Vallery tampak tidak tertarik, ia lebih memilih duduk di kantin sambil memakan bakso. Otaknya lelah setelah berfikir, begitupun dengan perutnya yang sudah minta diisi kembali, toh nanti juga kalau acaranya mulai dia akan di panggil oleh Cut. Seketika Vallery teringat akan seseorang. Biasanya lelaki itu akan menyapa dirinya jika sedang sendiri di kantin, "hai pacar!" Seperti itu, dan selalu seperti itu. Vallery melihat daftar panggilan, ternyata sudah hampir seratus kali dirinya menelphone Ken, namun tak kunjung aktif.
Lo kemana sih Ken, batin Vallery.
"Dorr!!" Seketika ada suara yang tak diundang pulang pun tak diantar yang menusuk telinga Vallery hingga membuat cewek itu kaget setengah mati. Untung gak mati beneran.
"Gue cariin gak taunya lo disini lagi enak-enakan makan!" Sungut cowok itu.
"Heh! Gue ngomong sama lo kali. Tuh muka kusut amat kayak duit akhir bulan." Ledeknya kembali sambil terkekeh pelan.
"Sam?"
"Ganteng." Jawabnya cepat.
"Gue serius kampret!"
"Iya, ada apa? Mengapa? Bagaimana?" Tanya Sam masih dengan nada serius yang secuil.
"Tau ah! Gak jadi!" Vallery kesal. Padahal dia sudah serius, tapi yang namanya cowok kalo diajak serius malah bercanda. Kan ngezelin.
"Iya iyaa maaf. Kenapa? Lo ada masalah?"
"Gue jahat ya Sam?"
"Jahat kenapa?"
"Gue udah gak punya rasa sama Ken, tapi masih pacaran sama dia. Seolah-olah kita masih kayak dulu. Tapi gue gak bisa munafik. Gue gak bisa bohongin perasaan gue." Ucap Vallery. Sam mencoba memahami apa yang kini sahabatnya rasakan.
"Awalnya gue emang gagal move on setelah liat dia kembali di kehidupan gue. Entah gue yang masih penasaran atau gimana, tapi semua itu semakin lama makin pudar. Gue sendiri gak ngerti, padahal Ken udah baik banget sama gue. Jahat banget kan gue?" Tanya Vallery di akhir ceritanya. Sam menghembuskan napas dulu baru kemudian mananggapi pertanyaan Vallery barusan.
"Gue ngerti apa yang lo alamin, meskipun gue belum pernah pacaran apalagi punya mantan. Tapi gue berusaha untuk nempatin diri gue di posisi lo," Sam kini membenarkan duduknya menjadi lebih tegap, "Menurut gue, lo gak sepenuhnya salah. Memang siapapun bakal rada nganu, nganu disinih adalah perasaan aneh yang lo rasain saat ketemu mantan. Entah itu gagal move on, cinta lagi, ataupun tambah benci. Gue ngerti, kalau lo ngerasa Ken bikin lo suka lagi ke dia, karna yang gue liat sikap dia emang lebih baik dari dulu." Lanjut Sam.
"Tapi, kalau misal lo gak punya perasaan kayak dulu lagi, lo gak bisa nyalahin diri lo sepenuhnya. Masa lo mau nyalahin hati lo? Saran gue, mending lo omongin masalah ini baik-baik sama Ken. Pelan-pelan aja, jangan to the point langsung bilang putus. Gue tau pasti kalau begitu Ken bakal sakit banget."
"Woyy!! Yang dipojokan berdua! Ayok kelapangan!!" Suara teriakan Rey terdengar sangat lantang, membuat Vallery dan Sam segera menuju lapangan.
Vallery dan Sam berlarian menuju lapangan yang sepertinya sudah sangat ramai. Terdengar dentuman musik DJ yang sangat membisingkan pendengaran, hingga membuat jantung seolah ikut berjoget. Vallery langsung melihat Cut yang melambaikan tangan kearahnya.
"Sinih coyy!" Teriak Cut sambil melambaikan tangan. Vallery dan Sam langsung berlari ke arahnya.
"Lo kemana aja?" Tanya Cut.
"Gue kan tadi makan di kantin, lo kenapa gak manggilin gue?"
"Ehee, sorry. Lupa. Abis ituu yang ngeDJ ganteng banget." Cut cengengesan sambil menunjuk seorang cowok yang sedang asik dengan instrumen nada yang ia ciptakan. Kalau tidak salah dia bernama Fero, anak rekayasa perangkat lunak. Memang lumayan oke. Tapi bukan selera Vallery.
"Maaf aku keliru perihal semesta yang sebegitu mudah membolak balikan hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R ✔
Teen FictionMantan. Manis di ingatan, itulah kata Nathan. Nyatanya memang benar, meski benci telah merasuk namun hati justru menyangkal segala perkara kebencian. Itulah yang Vallery rasakan. Melalui detik-detik menjelang kelulusan disertai mantan yang muncul ke...