Sam hanya dapat memandangi Vallery dari belakang. Ia bingung mengapa tiba-tiba Vallery mengajaknya pergi dari kantin begitu saja, padahal gadis itu bilang akan membeli bakso.
Wanita memang aneh, pikir Sam.
Vallery terlihat jelas berjalan menuju rooftop. Ya, tempat favorit gadis itu jika ingin menyendiri. Sam yang bingung dengan perilaku Vallery hanya bisa diam dan membuntuti gadis itu dari belakang. Mitosnya kalau sampai salah ngomong ketika cewek badmood dapat berubah menjadi macan.
Terdapat sofa lusuh yang bisa dijadikan tempat duduk. Lalu mereka berdua duduk di sofa tersebut. Hening. Tidak ada siapapun diantara mereka yang mulai berbicara.
"Sam?"
"Ley?"
"Lo dulu." Suruh Sam.
"Enggak, lo dulu." Sahut Vallery.
"Perempuan dulu."
"Umm.. oke. Lo percaya gak kalo dunia ini gak seluas yang lo kira?" Vallery memulai sesi pertanyaannya.
"Percaya." Jawab Sam singkat. Matanya fokus menatap kedua mata coklat sahabatnya itu.
"Lo pernah punya mantan?"
"Gue gak pernah pacaran." Sam menjawab dengan cengengesan khasnya.
"Serius lo?"
"Yup. Kalo sekedar suka si gue pernah, biar gak pernah pacaran tapi gue tetap aja cowok. Yakali gue suka sama jeruk. Tapi perasaan itu dateng tiba-tiba terus hilang tiba-tiba. Kayak jalangkung. Jadi ya gue diemin aja." Sam masih berbicara dengan nada humornya namun kata-kata yang baru saja ia ucapkan terdengar cukup serius.
Vallery hanya dapat menunduk. Melihat sepasang kakinya dan mencermati setiap kata dari ucapan Sam barusan.
"Ley, di dunia ini memang ada cinta sejati dan gue percaya itu. Tapi gue selalu gak percaya buat nitipin hati gue. Apalagi buat orang yang baru gue suka. Suka cuma sebatas kagum ley. Yang hilang dalam waktu beberapa bulan. Jadi, cinta sama suka itu beda jauh."
"Sam, thanks atas masukan lo barusan. Tapi lo percaya gak kalo Ken ada di kelas gue?" Vallery menatap mata Sam lekat-lekat.
Sam tahu siapa Ken. Cowok yang telah berhasil menancapkan belati di hati sahabatnya. Cowok pengecut yang hanya bisa main boneka. Banci. Percuma ganteng kalo suka main boneka.
Sam tidak begitu menyukai Ken, meski belum mengenalnya, tetapi perlakuan Ken terhadap Vallery yang membuatnya tidak suka. Dia berjanji akan menjaga Vallery dari siapapun yang berani menyakitinya. Akan melindungi orang yang dia sayangi. Ya, kedua sahabatnya. Sam sangat menyayangi Cut terlebih Vallery sahabatnya sejak kecil.
"Jangan bilang Ken itu anak baru yang bikin heboh seantero sekolah?" Sam mulai terlihat jengkel melihat Vallery yang tampak murung.
"Dia anak baru dikelas gue, baru hari ini. Gue gak ngerti kenapa semesta nemuin gue sama dia lagi. Gue gak paham sama sekenario yang tuhan buat."
"Lo gak perlu takut. Lo gak perlu sedih. Ada gue dan Cut yang bakal jagain lo. Kalo dia berani deketin lo lagi atau berani ngapa ngapain lo. Dia bakal berurusan sama gue." Sam mengusap tetes air mata yang ada di pipi Vallery.
"Dan jangan bilang lo tadi gak jadi makan bakso karna ketemu Ken di kantin?" Tanya Sam mengintimidasi.
"Umm, lebih tepatnya gue numpahin bakso di bajunya." Vallery memasang cengiran kudanya, meski matanya masih terlihat sedikit sembab.
"Sahabat gue yang satu ini emang paling hebat, baru ketemu mantan udah di tumpahin bakso."
"Gila lo ah. Gue gagal makan bakso, nih." Gerutu Vallery. Jujur, ia masih merasa nyeseg ketika baksonya tumpah.
"Yaudah cabut yuk gua jajanin kue cubit di caffe sebelah." ajak Sam sambil mengenggam tangan kanan Vallery.
"Yaelah, kue cubit mana kenyang. Gue mau bakso cilok yang asli Bandung."
"Lo tuh kalo pengen pasti yang aneh-aneh" meskipun Sam selalu komentar dan banyak bicara. Tapi Sam pasti akan menuruti apapun yang Vallery pinta. Vallery sudah lebih dari sekedar sahabat menurutnya. Saudara mungkin. Pikir Sam.
"Ketahuilah, semesta mempunyai pemikirannya sendiri yang kita sebut dengan takdir."
Sayang mantan atau sayang bakso yang tumpah nih guys??
Monmaap mau tanya lagi dongg, boleh yaaaa..
Kalian tim mana
Vallery + Sam
Vallery + Ken
Vote dan comentnya jangan sampai lupa yaa..
Terimakasih❤
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R ✔
Fiksi RemajaMantan. Manis di ingatan, itulah kata Nathan. Nyatanya memang benar, meski benci telah merasuk namun hati justru menyangkal segala perkara kebencian. Itulah yang Vallery rasakan. Melalui detik-detik menjelang kelulusan disertai mantan yang muncul ke...