Pagi ini seperti pagi-pagi sebelumnya. Vallery sudah berada di meja makan sambil memakan gemblong. Seusai tragedi kemarin Bunda jadi lebih protektif terhadap Vallery. Bukan hanya membawa roti jepang sebagai antisipasi. Bunda juga menyuruh Vallery untuk membawa minyak angin, koyo salonpas, kiranti, dan bekal makanan.
"Sayang, kamu udah simpan koyo di tas kan?" Tanya Bunda sambil berlalu lalang menyiapkan sarapan.
"Gak mau Nun! Nanti bulu aku kecabut kalo pakai itu." Tolak Vallery.
"Buluu apa tuhh?" Ledek Gerald yang nampaknya dia mulai ambigu. Dasar otak bala.
"Sapu dulu otak lo pakai garpu rumput!" Vallery melempatkan tisu yang sudah ia buat bulat bulat.
Vallery masih nampak khusyu dengan makanan favoritnya. Gerald? Jangan di tanya lagi, dia sudah sampai pada roti ketiganya yang sedang ia olesi nuttela. Dan Bunda yang baru saja duduk di meja makan dan mulai menyantap nasi goreng.
"Bun, Ayah udah berangkat ya?" Tanya Vallery.
"Iya Ley, kayak gak tau Ayah kamu aja." Bunda terkekeh setelahnya. Suaminya memang tipikal pria penggila kerja. Namun, meski begitu setiap hari libur dia akan melupakan segala pekerjaannya bahkan mematikan ponsel agar tidak terganggu oleh pekerjaannya. Ya, begitulah. Dan itu yang membuat Bunda makin cinta.
¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤Keadaan sekolah masih seperti kemarin. Hanya terlihat anak kelas dua belas yang seliweran di lingkungan sekolah. Memakai baju kebesaran mereka. Kali ini makna kebesaran memang benar begitu adanya. Para cowok mengenakan jas seperti koruptor, namun kali ini perutnya tidak buncit melainkan jasnya kebesaran hingga membuatnya terlihat seperti orang orangan sawah. Dan para cewek mengenakan blezer dan make up tebal. Bagi anak akuntansi make up merupakan hal yang tidak terlalu wajib. Karna jika sudah bertemu dengan laporan keuangan, bukan make up lagi yang mereka pikirkan, melainkan balance atau tidak hasil akhirnya. Dan bila sudah berjam jam mengerjakan laporan maka make up sudah luntur seperti es krim terpapar sinar matahari. Bagi anak akuntansi itu lebih baik gak make up-an daripada gak bawa kalkulator, karna tamat sudah riwayat anak akuntansi kalau tidak membawa benda keramat yang satu itu.
Vallery memasuki ruang kelas lalu duduk di kursinya yang berada di pojok kiri paling belakang. Keadaan kelas tampak ramai. Bukan menggosip kasus yang lagi viral melainkan gosip dipagi ini bertema 'bekerja sama lewat qolbu'. Ya, mereka sedang menyiapkan trik untuk uji kompetensi hari ini. Dan kebetulan pelajaran hari ini adalah mengisi spt pajak tahunan.
"Good morning selamat pagi Vallery!" Cut datang dari kelas sebelah sambil berlari girang.
"Abis makan keju lo?" Tanya Vallery datar.
"Keju punya Gerry gue makan terus si Tom gue suruh beli lagi di matrial."
"Betewe lo udah sembuh? Masih ada yang sakit?" Cut memperhatikan wajah Vallery yang masih terlihat pucat. Etapi kan Vallery emang pucet kayak vampir.
"Alhamdulillah gue udah sehat lahir batin. Lo tau gak kemarin siapa yang bawa gue ke uks? Pasti sebelum ke rumah sakit gue ke uks dulu kan?" Vallery memulai sesi wawancara.
"Siapa lagi kalau bukan mantan tercintah. Eh pacar maksudnya." Cut meralat perkataannya barusan sambil terkekeh karna salah menyebut.
"Serius lo?"
"Iya, orang pas tau lo pingsan dia langsung cabut ke ruangan lo. Terus gendong lo ke uks. Dia khawatir banget sama keadaan lo sampe gak mikirin ujiannya sendiri. Terus lo tau gak? Dia yang nelpon ambulance sampe teriak-teriak kayak kesurupan jin tomang." Jelas Cut panjang lebar. Vallery masih mendengarkan dengan seksama.
"Tapi kok dia gak jenguk gue ya?" Vallery masih bertanya tanya pada dirinya sendiri. Mengapa disaat dirinya masuk rumah sakit Ken tidak menjenguknya. Bahkan mengirimkan pesan pun tidak.
"Mungkin dia punya alasan sendiri. Lo jangan nethink dulu sebelum nanya langsung sama orangnya." Saran Cut sambil mengusap bahu Vallery.
"Yaudah gue balik ke ruangan gue ya. Semangattt, bitch!" Cut berlalu meninggalkan Vallery.
Tidak lama setelah Cut keluar ruangan, bel berdering menandakan waktu eksekusi akan segera dilaksanakan. Vallery segera mengeluarkan peralatan menulisnya dan tak lupa kawan seperjuangannya yaitu kalkulator. Apalah daya akuntansi tanpa kalkulator. Bagai buat garam tanpa air laut. Bagai buat keju tanpa susu. Bagai suka sama doi tanpa ngode. Oke skip. Dan tidak berselang lama setelah bel berdering munculah sesosok. Sesosok apa hayo? Dikarenakan ini bukan cerita horor maka yang muncul bukan sayton melainkan seorang guru perempuan berhijab. Dia tampak tenang memasuki ruang ujian. Wajahnya putih dan cantik, mirip penyanyi gambus yang lagi ngehits. Tidak cocok jadi guru, lebih cocok jadi selebgram.
"Assalamualaikum anak-anak, perkenalkan saya Khanza, guru dari sekolah Athala 1. Saya akan mengawasi kalian hari ini. Ingat, diutamakan kejujuran. Yang mencontek saya doakan jomblo tujuh turunan delapan tanjakan plus tiga puteran." Seisi kelas langsung bersorak mendengar ucapan Bu Khanza barusan. Vallery? Dia mah kalem aja. Kan udah bukan jomblo lagi.
¤¤¤ A.M.O.R ¤¤¤
Seorang cowok duduk membelakangi gerobak mie ayam. Dirinya sedang sangat khusyuk memakan semangkuk mie ayam special yang lengkap dengan pangsit rebus. Serta guyuran saus yang bisa bikin Abang mie rugi bandar. Sumpit seolah menjadi distributor mie ayam dari mangkuk ke mulut. Namun, kenikmatannya terhenti karna mendapatkan tepukan tiba-tiba di bahunya dan itu membuatnya tersedak mie ayam. Untung bukan keselek garpu.
"Makan mie ayam gak ngajak, sahabat macam apa lo!" Sungut salah seorang cewek yang barusan membuatnya kaget.
"Bilang aja pengen khusyuk makan sendiri!"
"Yang ada lo keliatan jones banget makan di pinggir jalan sendirian,"
"Bang mie ayam special 2, pangsit rebus sama baksonya tambahin ya." Vallery memesan mie ayam untuk dirinya dan juga Cut.
Sekitar sepuluh menit, pesanan mereka pun jadi. Berhubung Vallery tidak terlalu menyukai pedas, dia tidak memakai sambal. Hanya menuangkan saus pedas manis, berlogo ayam jago. Kalau Cut? Halah dia mah doyan cabe, ia sudah menuangkan lima sendok sambal di mangkuk mie nya. Belum lagi bawang daun yang berbau menyengat hingga membuat Vallery menutup hidung. Vallery dan Cut makan dengan nikmat. Selain gemblong, bakso, seblak, Vallery menyukai mie ayam juga. Bukan bukan. Vallery emang pemakan segala. Tapi tidak makan teman.
"Lo ketemu sama Ken gak, Cut?" Tanya Vallery disela sela makan. Cut langsung menatap Vallery dengan mulut yang berhiaskan mie ayam.
"Liat, tadi dia masuk. Tapi pas kelas selesai, dia langsung cabut gak tau kemana."
"Kemaren juga tuh, gue ketemu Ken di rumah sakit. Pas gue ajakin ke ruangan lo, dia malah gak mau. Bilangnya si ada urusan." Sam ikut menceritakan kejadian kemarin.
"Gue ngerasa dia ngejauhin gue. Handphone-nya juga gak pernah aktif." Vallery merasa ada yang tidak beres dengan mantan yang sudah bermetamorfosis jadi pacarnya. Ken tidak biasanya menonaktifkan ponsel.
"Kayaknya lo harus nemuin dia," Saran Cut.
"Tapi sekarang lo fokus sama ujian dulu Ley, jangan sampai gara-gara ini nilai lo gak maksimal." Sam mencoba menginggatkan, tumben sekali bicaranya seperti abah-abah, berat woy.
"Ahsyiap kapten!" Sahut Vallery sambil bersiap grak, seperti sedang hormat pada bendera.
"Radarmu kembali menghilang
Meski belum sepenuhnya."Haii kawan. Maaf syekale karna minggu lalu aing gak updet. Minggu lalu aing sakit, dan itu membuat aing bener-bener gakbisa updet. Semoga kalian mengerti T_T
Terimakasih sudah baca
KAMU SEDANG MEMBACA
A.M.O.R ✔
Fiksi RemajaMantan. Manis di ingatan, itulah kata Nathan. Nyatanya memang benar, meski benci telah merasuk namun hati justru menyangkal segala perkara kebencian. Itulah yang Vallery rasakan. Melalui detik-detik menjelang kelulusan disertai mantan yang muncul ke...