43. Pesan Dari Keneth

539 39 0
                                    

Seluruh murid kelas dua belas tumpah ruah memenuhi mading, saling berhimpitan demi melihat papan pengumuman berwarna putih itu. Begitupun dengan siswi berkuncir kuda yang baru saja datang sambil membawa satu kantung makanan, apalagi kalau bukan gemblong.

Tubuh jangkungnya memudahkan ia untuk melihat papan pengumuman meski harus sedikit memanjangkan lehernya. Kurang lebih mirip jerapah, atau unta?

Matanya menelusuri deretan paling akhir karna memang inisial namanya adalah huruf nyaris bontot dari alfabet. Bukan main, hatinya seketika itu saja berdetak sangat cepat ketika menemukan namanya tercetak dan bersebelahan dengan tulisan LULUS. Ia menarik mundur tubuhnya sambil bersorak sorai seperti baru menang undian, melompat bersama Cut yang juga baru saja melihat namanya tertera dan dinyatakan lulus.

Namun, Vallery kembali meringsek masuk ke dalam gerombolan kelas dua belas setelah teringat pada satu nama, Kenard Alvaro. Vallery mencari nama itu diantara ratusan nama yang tertera di mading. Air mata haru menyeruak keluar saat Vallery melihat Ken lulus dengan nilai tertinggi, nilai yang sangat sempurna.

Lo berhasil Ken, gue bangga sama lo. Batin Vallery.

Ia kemudian melangkahkan kakinya untuk pergi ke suatu tempat. Taman belakang sekolah yang akhir-akhir ini menjadi tempat yang paling sering ia kunjungi. Ternyata sekolah punya tempat yang sedikit bagus yang baru ia sadari saat detik-detik terakhirnya disekolah ini. Selama ini ia kira rooftop adalah tempat paling bagus. Huh mengesalkan. Apalagi jika telah lulus nanti sekolah jadi lebih bagus tapi lo udah lulus, eh maap jadi curhat kan tuh ehe.

Dari belakang Vallery dapat melihat seorang pria bertubuh tinggi tegap sedang membelakanginya. Rambutnya bergerak karna terkena hembusan angin. Vallery tersenyum saat melihat sahabatnya itu.

"Liatin guenya biasa aja kali. Nanti makin naksir lo." Ledek Sam, Vallery baru tersadar dari lamunannya langsung meninju perut Sam dengan bogem mentahnya.

"Gilak perut gue bukan samsak woey!" Vallery malah tertawa melihat Sam yang meringis kesakitan. Kapan lagi dia bisa meninju sekuat itu.

"Suka suka gue, masalah buat lo?" Sahut Vallery dengan nada menantang.

"MASALAHLAH KALO LAMBUNG GUE LONCAT KE OTAK LO MAU TANGGUNG JAWAB?" Teriak Sam sudah dapat menyaingi toa masjid. Yang diteriaki sampai menutup telinga.

"Yaudah sorry." Cewek itu kini memilih duduk diatas rerumputan hijau sambil meletakan buku note coklat. Ia membuka tali kaitan yang mengikat sampul depan buku itu. Lantas Vallery membuka lembar pertama, disana terdapat tulisan besar.

PUNYA KENETH
DILARANG BACA SEBELUM DAPAT SIM
SURAT IZIN MEMBACA


Tangan Vallery kemudian mencoba membuka lembar selanjutnya, tapi kali ini mata Vallery melihat wajah Sam yang juga ikut fokus melihat buku note tersebut, "Lo gak boleh baca. Belum dapet ijin dari Ken." Ucap Vallery.

"Yahhhh!" Keluhnya sambil menjauhkan wajah dari lembaran buku.

"Nanti kalau ada tulisan buat lo baru gue kasih. Oke!"

"Iyaa iyaa." Tanpa babibu lagi Sam lebih memilih tidur diatas rerumputan dengan jaket sebagai alas tubuhnya. Berbanding terbalik dengan Sam yang mulai memejamkan matanya, Vallery justru mulai bersiap tulisan yang ada di depan matanya.

To : Vallery Agatha
From : Keneth

Haiii.. selamat pagi, siang, sore, petang, malam. Semuanya gue sebutin ya, kan gue gak tau lo bacanya kapan. Hehe.

Lo pasti bingung kan kenapa gue nulisnya Keneth? Pokonya mau lo bingung ataupun enggak, gue tetep kasih tau. Anggap aja sekilas info atau CNN Indonesia. Gue paling suka nonton berita lho, apalagi gosip. Okee, bek tu topik. Nama asli gue emang Keneth, itu nama pemberian bokap gue. Nyokap gue udah meninggal sejak ngelahirin gue, saat itu kata bokap nyawanya gak bisa selamat karna pendarahan. Bisa dibilang hidup gue seperti kebanyakan anak seusia gue pada umumnya meskipun gue cuma punya bokap. Bokap itu kayak superhero di hidup gue, dia bisa apa aja. Bisa masak meskipun suka asin, bisa nyuci walaupun masih bau asem, bisa semuanya deh pokoknya. Ya, meskipun gak sempurna tapi gue hargai usahanya.

Hidup gue berasa jungkir balik sewaktu bokap meninggal di usia gue yang baru lima tahun. Dia meninggal saat baru pulang ngantor. Waktu itu gue ngerengek pengen boneka dinausaurus, gua mau bokap pulang harus bawa boneka itu. Sampe pada akhirnya bokap berenti di pertengahan jalan pulang buat beli boneka dino di sebrang jalan. Tapi, bokap lengah, gak liat kalau ada mobil disebelahnya. Saat itu bokap meninggal di perjalanan menuju rumah sakit. Gue dateng ke rumah sakit dan dikasih boneka dino sama petugas rumah sakit yang nemuin itu di jalan. Gue nangis sekencang yang gue bisa, biar bokap bangun, gue kira bokap tidur karna kecapean. Tapi ternyata gue salah, itu pemberian terakhir bokap buat gue. Dan karna gue, bokap meninggal. Itu penyesalan terbesar di hidup gue.

Hingga akhirnya gue tinggal di panti, gue emang punya penyakit hemofilia sejak usia dua tahun. Kehidupan gue gak jauh dari rumah sakit dan cuci darah. Seolah rumah sakit adalah kamar kedua gue. Karna penyakit yang gue alamin, keluarga gak mau nampung gue. Gue dianggap beban. Biaya hidup gue gak sedikit. Dan itu yang ngebut mereka buang gue di panti. Gue waktu itu emang bego, gue gak ngerti apa apa, gue cuma bisa nurut dan ngikutin semuanya.

Di hari ketiga gue ketemu Mama Nina dan Papa Tom, orangtua angkat gue. Gue bersyukur karena tuhan udah kasih gue orangtua yang sayang sama gue, dan bonus abang yang gokil abis.

Panjang ya cerita gue? Monmaap, tapi gue pengen cerita aja gak apa kan?

Ley, maaf kalo saat ini gue gak ada di samping lo. Maaf karna gue gak bisa nemenin lo baca buku ini. Gue mungkin udah gagal lawan si hemo. Tapi lo tenang aja, gue baik-baik aja kok, bahkan sangat baik. Lo janji ya, gak boleh sedih. Vallery kan kuat.

Gue juga mau minta maaf tentang masalah kita yang dulu. Pas lo liat gue di bioskop sama Syila. Sumpah demi apapun gue gak ada maksud buat selingkuh. Waktu itu lo emang emosi tapi lo juga gak kasih waktu buat gue jelasin semuanya. Gue hancur Ley, untuk kedua kalinya gue kehilangan orang yang paling gue sayang. Tapi gue juga gak bisa nyalahin lo sepenuhnya, karna gue yang menghilang dari kehidupan lo. Maaf ya.

Gue dirawat di singapur waktu itu. Sakit gue kritis dan gue nyaris lewat. Gue sengaja gak kasih kabar ke lo karna gue gak mau bikin lo khawatir. Dan sewaktu gue balik ke Indo ternyata ada Syila, dia langsung ngajak gue nonton, katanya biar gue jadi manusia lagi. Suka gesrek tuh anak. Tapi semuanya malah gagal total. Hehe.

Gue emang gak jago nulis, apalagi bikin kalimat puitis kayak Dahlan. Eh Dahlan apa Dilan si, gue lupa?

Intinya gue mau ngucapin makasih sama lo, makasih karna lo udah nerima gue kembali. Makasih udah maafin gue. Makasih atas semua kenangan indah yang udah lo kasih, makasih buat detik yang lo lalui bareng gue. Gue sayang Ley sama lo  :)

Oh ya, di lembar selanjutnya lo gak boleh baca. Disitu ada surat buat Sam. Lo baru boleh baca kalo udah di kasih ijin sama Sam. Jangan ngintip nanti lo bintit. Awas aja, gue sentil kalo lo masih bandel.

Udah, buruan kasih ke Sam. Gue mau ngomong sama dia di lembar berikutnya.

Tertanda
Keneth ganteng







"Saat suara tak direstui semesta, pun oleh waktu. Maka disitulah aksara mengambil alih."

A.M.O.R ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang