Suara dentingan sendok yang beradu dengan gelas terdengar begitu keras. Ia mengaduk susu cokelat panasnya.
Pagi ini, Dira berencana untuk berlari pagi disekitar Taman yang ada dilingkungan Apartemennya. Sudah lama ia tidak berolahraga pagi. Jadi di hari liburnya kali ini, ia memilih untuk menyehatkan tubuhnya dengan berolahraga pagi.
Setelah susu cokelat panasnya teraduk rata, lantas ia langsung keluar Apartemennya dan membiarkan susunya ditaruh diatas meja. Ia berencana akan meminumnya setelah ia berlari.
Sembari membawa handuk kecil yang ia taruh di lehernya, Dirapun mulai berlari. Sekitar dua puluh menit Dira berlari, dan berhasil mengeluarkan keringatnya yang cukup banyak. Lantas cewek itu mulai berjalan santai disekitaran Taman.
"Haduh haus!" gerutunya sambil terduduk di bangku Taman dengan mengipas-kipaskan wajahnya dengan tangan. Sesekali Dira mengelap peluhnya dengan handuk kecilnya yang ia sangkut di lehernya.
"Pulang aja lah." saat ia berdiri dari duduknya, tiba-tiba saja ada tubuh tegap yang berdiri tepat didepannya. Lantas Dira kembali terduduk dan mendongak menatap ke orang yang sudah beraninya menghalangi jalannya.
"Elo?!" pekik Dira cukup terkejut saat mendapati Axel yang tengah menyengir tanpa dosa didepannya.
"Ngapain lo disini?!" ketus Dira kesal sambil menoleh kearah kanannya. Sedangkan Axel terduduk disamping kiri Dira.
"Duh, maaf deh kalo gue ngagetin lo, gue--"
"Lo emang ngagetin gue!" bentak Dira kesal.
Axel meringis pelan, "Lo lagi PMS, ya? Marah-marah mulu. Lo berubah deh, Ra. Nggak kaya Dira yang gue kenal."
Untuk kali ini Dira menoleh kearah Axel dengan wajah murkanya. "Sori nih ya, kalau gue kasar atau gimana. Tapi kita bahkan nggak sedekat itu sampai lo bilang kalo gue itu 'nggak kayak Dira yang gue kenal' dan 'lo berubah deh, Ra.'"
Axel lagi-lagi meringis, dan berkata dalam hati; "Dev-Dev, kalau bukan demi elo, gue ogah deket-deket cewek sangar ini. Tapi gue heran deh, dulu dia lugu dan polos. Kenapa sekarang jadi kaya nenek gerandong begini?"
"Iya-iya ampun Ndoro. Gue temuin elo disini cuma karena.... Karena.... Karena.... Ka--"
"Ish! Kebanyakan karenanya lo! Emangnya lo kaset rusak yang kalau ngomong diulang-ulang terus?! Lo ngomong sekarang, atau enggak sama sekali?!" ancamnya kesal.
Axel menelan air salivanya dengan gugup. Haduh, mampus deh gue! Kenapa jadi takut begini?! Masa gue kalah sama cewek? Emangnya gue cowok apaan? Cih, ini gara-gara Devano yang nggak mau selesain masalahnya secara gentle, jadi gue yang dijadiin tumbal!"
"Oke-oke. Sabar ya, Ra. Gue butuh nafas sebentar. Orang sabar kan disayang Tuhan, Ra. Emang lo nggak mau disayang sama Tuhan?" mulut Axel langsung tertutup rapat saat mendapatkan tatapan tajam dan menusuk dari Dira, dan lagi-lagi Axel meringis dalam hati.
Dev-Dev, otak lo kayaknya kebalik, Dev. Bisa sukain cewek model begitu. Nggak tau otak lo yang berubah jadi bego, atau emang gue yang bego? Kenapa mau-maunya dijadiin tumbal begini sama lo! Kampret!
"Gue hitung satu sampai tiga ya. Kalau lo--"
"Ada yang mau ngomong empat mata sama lo." ucap seseorang yang memotong ucapannya.
Itu bukan suara Axel, tapi... Suara Devano. Tiba-tiba saja tubuh Dira menegang ditempat dan menatap ke rumput dengan tatapan kosong namun tajam dan membunuh.
"Sumpah lo disuruhnya lama banget!" sungut Devano yang berbisik ke telinga Axel. Cowok itu berdecak pelan menanggapi Devano.
"Gimana nggak lama, orang dia galak banget. Lagian lo suruh gue hadepin anjing rabies. Ya begitu jadinya." balasnya pelan. Sedangkan Devano melotot tak suka.
![](https://img.wattpad.com/cover/129195031-288-k837311.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine [TAMAT]
Teen FictionBerawal dari kedatangan tamu spesial yang tidak lain dan tidak bukan adalah teman dekat sang Ayah, yang mengharuskannya menampung seorang anak remaja perempuan yang beranjak dewasa yang seumuran dengannya di Rumahnya. Pasalnya teman dari Ayahnya itu...