▪15 [Devano's Secret]

3.4K 139 0
                                    

Langkah demi langkah Dira pijaki dengan penuh kemarahan dan juga kesedihan yang teramat dalam. Ia tidak menyangka Devano bisa setega itu untuk berkata kasar padanya. Bahkan menuduhnya macam-macam tanpa mencari tahu dulu soal kebenarannya seperti apa.

Dira benar-benar merasa terpojok atas tuduhan Devano tadi. Ia bahkan memaki dirinya sendiri dan memukul-mukul dadanya dengan pukulan yang lumayan keras.

Dira hanya berfikir, kenapa bodoh sekali dia bisa jatuh cinta kepada cowok yang seperti itu. Bahkan Dira berkata, “Jika buta adalah pilihan terbaik. Gue lebih memilih buta dibandingkan harus jatuh cinta sama lo, Dev.”

Dan yang sekarang Dira lakukan hanya terus menangis dan menangis dikamar Apartemennya. Ia bingung sekarang, bagaimana harus berhenti mencintai pria seperti itu. Sudah berkali-kali Devano menyakiti hatinya. Tapi kenapa ia tetap tak bisa berhenti untuk mencintainya? Justru perasaan itu semakin bertambah dan bertambah. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Apakah ia harus pergi jauh dari Devano? Agar bayang-bayang cowok itu terhapus dari fikiran dan juga hatinya?

Agar ia juga tidak dapat merasakan sakit hati lagi. Apalagi yang Dira tebak saat ini Devano menyukai Sasha, adik temannya yang sudah meninggal yang bernama Dio itu.

Sudah sangat jelas bahwa ia bukanlah tipe cewek yang Devano sukai. Jika dibandingkan dengan Sasha, benar-benar sangat jauh. Dira sedikit tomboi, sedangkan Sasha sangat feminim dan cantik.

Dira menggeleng-gelengkan kepalanya. "Gue nggak boleh mikirin dia terus. Inget Ra, dia udah nyakitin lo berkali-kali. Cowok kayak gitu nggak pantes lo cintain dan lo perjuangin. Pokoknya, kalau gue diterima di Undip Bandung, gue langsung pindah kesana dan cari Apartemen disana. Gue nggak mau ketemu dia lagi. Udah cukup lo sakitin hati gue, Dev. Dan sekarang gue bener-bener udah lelah sama lo. Cinta guepun sekarang semakin melemah seiring waktu." ucapnya dengan helaan nafas panjang. Lalu ia mulai memejamkan matanya dan tertidur pulas.

***

Devano menjatuhkan tubuhnya diatas kasur kamarnya. Memejamkan matanya sejenak, lalu menghela nafas dengan panjang. Kemudian ia terduduk dan menatap lantai dengan tatapan kosong.

Tiba-tiba teringat kata-kata Jason tadi siang. Apa yang ia ucapkan ada benarnya juga. Ia harus segera mencari jawaban dari teka-teki perasaannya sendiri. Ia memang tidak punya pengalaman soal perempuan, apalagi soal cinta. Ia selalu tidak ingin berurusan dengan kaum hawa, karena mereka terlalu rumit baginya.

Dan seperti sekarang ini, Dira benar-benar membuatnya rumit. Hanya Dira yang sebenarnya berhasil membuka hati Devano sedikit demi sedikit. Tapi dasarnya Devano saja yang tidak peka terhadap perasaannya sendiri. Jadi ia harus mencari tahu jawabannya sendiri dengan pasti, tanpa ada keraguan disana.

"Tapi gimana caranya gue bisa tahu jawabannya?" gumam Devano dengan berfikir secara serius. Tapi bukannya berhasil mendapatkan sinyal, ia justru mendengus keras dan kembali menjatuhkan tubuhnya diatas kasur.

"Gue bisa gila cuma karena mikirin soal ini. Gue lebih baik mecahin soal Matematika atau Fisika, ketimbang soal perasaan kayak gini!" dengusnya kesal.


Tak lama kemudian, ponselnya berdenting. Lantas Devano langsung membuka kunci layar ponselnya dan melihat pop up dilayar.

Ternyata ada line masuk dari Axel.

Axel: "Dev. Lo dimans?"
[19.33]

Devano: "dirumah."
Sent [19.34]

Axel: "Ke Qann's yok. Verrel sama Rico udah ontheway."
[19.35]

Devano: "Ngapain? Males gue."
[19.37]


Axel: "Have fun lah. Udah lama kita nggak ngumpul. Nggak pake minum kok."
[19.39]

Setelah berfikir cukup lama untuk menimbang-nimbang ajakan Axel. Akhirnyapun Devano membalas.

Devano: "Ok. Gue otw."
[19.45]

***

Suara dentuman musik terdengar begitu keras. Aroma asap rokok dicampur alkohol bersatu di indera penciuman Devano.

Langkah kaki cowok itu terus melangkah sembari mencari-cari keberadaan sahabatnya. Hingga suara teriakan menyebut namanya dari arah kanan, membuat Devano menoleh dan segera menghampiri.

Sesampainya disana, Devano langsung disambut dan mereka bersalaman ala pria pads umumnya.

"Gila udah lama kita nggak ketemu." ucap Rico sambil kembali terduduk, diikuti mereka.

"Iya, hampir satu bulan. Biasanya sering ngumpul. Sekarang mau ngumpul aja susah." sahut Verrel sambil menyeruput Ice Chocolatenya.

Axel terkekeh pelan, "Gue sih gapernah susah kalau diajak ngumpul. Kecuali kalau nyokap udah ngomel. Gue nggak bisa. Tau sendiri nyokap kalau udah ngomel pake bawa-bawa Al-Kitab." Verrel dan Rico terbahak mendengarnya. Sedangkan Devano hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

Disaat mereka tengah asyik mengobrol. Tiba-tiba saja mereka dikejutkan dengan suara bentakan dari arah kiri mereka. Lantas merekapun menoleh dan mendapati seorang pria dan wanita yang sedang beradu mulut.

Samar-samar mereka mendengar sang pria berkata, "Kamu nggak tau kan? Seberapa cintanya aku sama kamu? Aku gamau kamu dalam keadaan sulit, sedih, dan susah. Aku juga gamau kamu nangis gara-gara aku! Aku cuma mau kamu nangis bahagia karena aku, bukan menangis karena sedih. Aku gamau kamu deket-deket pria lain selain aku, Ca! Tolong Ca, liat aku. Cuma aku yang cinta sama kamu! Bukan dia! Aku selalu kasih perhatian sama kamu, Ca. Sedangkan dia? Cuma manfaatin kamu doang!" lalu detik selanjutnya sang wanita menampar pipi cowok itu dengan keras, dan menarik cowok itu keluar dari Club malam tersebut.

Axel, Rico, dan Verrel terkekeh pelan setelah melihat kejadian itu. Bagi mereka sudah hal yang biasa melihat pemandangan seperti itu di Club.

Sedangkan Devano, ia justru mengangguk-anggukan kepalanya sambil mengusap-usap dagunya dengan pelan. Seperti sedang memikirkan sesuatu.

Lalu tidak berapa lama kemudian, Devano menoleh kearah sahabat-sahabatnya, menatap mereka satu persatu dan berkata..

"Guys. Gue punya rahasia yang kalian nggak boleh kasih tau siapa-siapa." ucapnya pelan. Membuat ketiga sahabatnya mengerutkan dahinya bingung.

"Rahasia apaan, Dev?"

Devano terus menatap lantai sembari mengusap-usap dagunya. "Gue, gue udah yakin sama jawaban yang selama ini gue cari. Dan jawabannya adalah... Gue jatuh cinta sama Dira." ucapnya cepat, membuat ketiga sahabatnya terbelalak kaget.










♣♣♣
To be continue.

Hai guys, maaf ya saya jarang update, soalnya saya bener-bener lupa kalau punya cerita yang masih on going di wattpad. Hehe maafkan keteledoranku ini..

Semoga suka part ini ya, jangan lupa di vote dan di komen😂

-xoxo

Mine [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang