Hal yang paling dibenci Dira adalah saat dirinya melupakan sesuatu. Ia tidak habis fikir dengan dirinya sendiri kenapa sering sekali lupa akan suatu hal apapun.
Misalnya saja sekarang, ia saat ini sedang mencari keberadaan buku paket Bahasa Inggrisnya. Entah dimana ia menyimpannya, seingatnya ia menaruhnya diatas meja belajar. Tapi ternyata tidak ada.
Sambil sesekali memeriksa jam tangannya, Dira kembali mencari keberadaan buku paket Bahasa Inggrisnya tersebut.
"Ya Allah dimana bukunya, sih?!" Dira mulai kesal. Pasalnya, guru Bahasa Inggrisnya sangatlah menyeramkan. Jika tidak membawa buku, maka pasti akan mendapatkan hukuman, dan Dira tentu saja tidak ingin paginya menjadi sial hanya karena masalah buku paket yang tidak seberapa besar harganya itu.
Saat ia sedang mencari bukunya di bawah tempat tidur, tiba-tiba pintu kamarnya ada yang mengetuk-ngetuk. Dengan langkah malas sekaligus kesal, iapun membukanya dan terlihatlah Pangeran Tampannya yang saat ini tengah berdiri didepannya sambil menyodorkan sebuah buku.
Tunggu dulu. Hah?! Buku?!
"Ini buku Bahasa Inggris lo. Kayanya lo lupa tadi malem lo taruh buku ini diatas meja makan. Gue nggak sengaja liat pas gue lagi mau ambil minum." tuturnya menjelaskan namun tetap dengan wajah datarnya.
Dirapun mengambilnya dengan sedikit gugup. "Ma-makasih." dan Devano hanya menjawab dengan gumaman. Lalu ia pergi dari hadapannya dan melangkah menuruni tangga. Tidak ada yang tahu kalau saat ini Devano menahan senyumnya.
Sedangkan Dira langsung memasukkan bukunya kedalam tas, dan menyusul Devano kebawah, tak lupa ia menutup pintu kamarnya.
"Pagi Tante, Om, Vino." sapa Dira dengan senyuman khasnya.
"Pagi." jawab mereka serempak kecuali Vino, karena anak kecil itu tampak sibuk memakan sarapannya.
"Maaf ya, Tante, Om. Dira nggak sarapan sama kalian dulu. Dira mau langsung ke Sekolah. Soalnya Dira piket hari ini, jadi harus dateng lebih pagi. Kalau gitu, Dira pamit ya, Om, Tante. Assalamualaikum." ujar Dira sembari bersaliman kepada mereka. Belum sempat Tante Riana menjawab, Dira sudah keburu pergi.
"Dev." panggil sang Ibunda, dan Devano hanya menggumam sebagai jawaban. "Mama siapin bekel buat Dira. Nanti kamu tolong kasihin ke dia. Jangan sampe lupa." ucapnya lagi. Devano lagi-lagi hanya menggumam dan kembali memasukkan makanannya kedalam mulutnya.
***
"Guys. Itu bukannya Irzan? Kok dia ke kelas kita?" tanya Cindy tiba-tiba. Karena suara Cindy yang sedikit keras, jadi membuat semua murid yang ada dikelas menoleh kearah Irzan yang saat ini tengah mengetuk pintu kelas mereka dan mengucap salam.
"Itu Irzan liatin lo, Ra." ujar Tiara. Dan betul saja, Irzan langsung berjalan mendekati meja mereka dan berhenti disamping tempat duduk Dira.
"Pagi semuanya." sapa Irzan dengan senyuman manisnya. Merekapun ikut tersenyum tapi Dira tidak, ia hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
"Gue kesini cuma mau bilang, kalau Dira bakalan tampil di acara pensi nanti. Dira bakal nyanyi pas di acara pensi di Bali. Yang usulin lo itu gue. Karena gue tau suara lo bagus, lo juga udah sering ikut lomba dan selalu bawa piala. Ini cuma buat seru-seruan aja. Tapi asal lo tau, Ra. Disana nanti ada produser yang mau ikut acara pensi kita. Siapa tau aja dia tertarik sama suara lo, dan jadiin lo penyanyi. Lo harus manfaatin kesempatan ini dengan baik, Ra. Gue yakin lo pasti bisa memikat hati Produser itu." Dira, Cindy, Resti, dan Tiara yang mendengar hal itu langsung saja terkejut dan berteriak histeris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine [TAMAT]
Teen FictionBerawal dari kedatangan tamu spesial yang tidak lain dan tidak bukan adalah teman dekat sang Ayah, yang mengharuskannya menampung seorang anak remaja perempuan yang beranjak dewasa yang seumuran dengannya di Rumahnya. Pasalnya teman dari Ayahnya itu...