6

1.5K 232 1
                                    

«●»

Menurut semua informasi dari Jennie, Jiyong dapat mengetahui kalau Lisa merahasiakan pekerjaannya bahkan dari keluarganya sekalipun. Benar-benar agen yang patuh pada peraturan. Menurut informasi dari Jennie, Lisa bekerja sebagai editor freelance di rumahnya dan sesekali mengambil kerja paruh waktu sebagai petugas cuci piring di sebuah restoran Prancis dan petugas kebersihan di sebuah galleri seni.

Lisa tidak menyelesaikan kuliahnya dan tidak punya ijazah sarjana hukumnya, karena itu ia tidak dapat bekerja di tempat yang layak— begitu pendapat Jennie.

"Hidupnya baik-baik saja saat ia masih bekerja sebagai seorang penulis bayangan. Adikku cukup berbakat dalam menulis, hanya saja orangtua kami tidak dapat mendukungnya. Ada banyak penulis terkenal yang berebut membeli tulisannya namun Lisa tidak dapat menerbitkan sendiri tulisan-tulisannya. Dia bilang perusahaan penerbitan hanya mau menerbitkan buku karya-karya penulis yang sudah terkenal. Tapi walaupun hanya penulis bayangan, karirnya melejit, beberapa penulis terkenal bahkan mengajaknya liburan keluar negri. Tapi lima tahun lalu ia melakukan kesalahan dan ia harus vakum selama beberapa tahun. Beberapa tahun tidak bekerja kemudian membuat kemampuannya menurun jadi sekarang dia memulai lagi dari awal, menjadi editor lagi," cerita Jennie sore itu, sembari menunggu Leo yang sedang bermain di sebuah tanam. Jam baru menunjuk puk 5 sore, matahari belum terbenan namum rasanya, bagi Jiyong, mudah sekali mengorek informasi dari Jennie. Jennie memberitahu semuanya tanpa Jiyong perlu bertanya lebih dulu.

"Kenapa dia vakum? Karena terlalu sibuk mengurus Leo?"

"Lima tahun lalu eomma kami menikah lagi, dan appa meninggal, Lisa harus melahirkan dan mengurus Leo sendirian. Kami harus bertahan hidup, dan Lisa jadi tidak sempat menulis lagi. Sudah banyak yang terjadi sejak Leo lahir, namun sepertinya bocah itu mengerti kalau dia sudah merubah hidup Lisa, kalau dia sudah menjungkir balikan hidup Lisa, Leo tahu dan dia berusaha menjadi seorang anak paling baik untuk Lisa,"

Jiyong hanya diam, mengangguk dan mencoba memahami cerita Jennie. Matanya menangkap tubuh kecil Leo yang sedang berlarian bersama teman-tamannya kemudian merasa iba padanya.

Orangtua Jiyong juga bekerja untuk negara. Ibunya seorang polisi lalu lintas yang kemudian berhenti bekerja setelah menikah, dan ayahnya seorang agen negara. Seorang agen negara yang kemudian meninggal saat bertugas. Kini, ibunya mengelola sebuah restoran BBQ di tengah kota yang ramai dan kakak perempuannya bekerja di sebuah sekolah swasta.

Kontrak kerjanya 15 tahun yang lalu membuat Jiyong tidak diizinkan membertitahu siapapun mengenai pekerjaannya. Namun karena ia bekerja dibawah ayahnya sendiri, tentu saja tanpa mengatakan apapun seluruh keluarganya tahu apa yang Jiyong kerjakan selama ini. Tanpa dapat di hindari Jiyong melanggar 1 poin dalam kontraknya.

Melihat Leo, mengingatkannya pada bagaimana masa kecilnya dulu. Ayahnya seorang agen mata-mata hebat yang kemudian diangkat menjadi kepala Badan Intelejen. Dan setiap kali ayahnya bertugas— yang hampir setiap hari— membuat Jiyong kecil tidak berbeda dari Leo. Jiyong kecil juga tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Ayahnya tidak meninggal, tapi pekerjaan ayahnya membuat Jiyong kecil sering kali tidak mengenal ayahnya karena terlalu lama tidak bertemu.

"Eomma!!!" teriak Leo yang kemudian berlari meniggalkan teman-temannya. Teriakan itu mengundang perhatian Jennie dan Jiyong yang kemudian menoleh untuk melihat siapa yang datang— tentu saja Lisa.

"Leo!" balas Lisa yang kemudian menarik Leo kegendongannya. Tidak buruk, menganggap Leo sebagai salah satu cara berolahraga. "Bagaimana makan malam dengan Jennie imo dan Jiyong ahjussinya?"

"Menyenangkan! Leo dapat mainan baru dan rasa makanannya sama seperti masakan eomma!" ucap bocah kecil itu sembari berusaha mengeluarkan sebuah mainan dari saku celananya. Cerita si kecil Leo membuat Lisa menaikan sebelah alisnya, apa dia ketahuan sekarang?

"Ah begitukah? Wah... Leo pasti senang, kalau begitu, bagaimana kalau kita pulang sekarang?" ajak Lisa yang kemudian menggendong Leo dan menghampiri saudara serta tetangganya. "Eonni, terimakasih karena sudah membantuku menjaga Leo hari ini," ucap Lisa begitu ia berdiri didepan Jennie. "Ah... dan annyeonghaseyo Jiyong-ssii," sapanya, berusaha sopan pada tetangga barunya itu.

"Hm... ya, bagaimana pekerjaanmu? Lancar?" tanya Jennie disusul sebuah anggukan kecil dari Lisa.

"Pekerjaan? Ya, begitulah, kurasa aku akan mulai sibuk beberapa hari ini. Ng... bisakah kau membantuku mencari pengasuh eonni?"

"Kau ingin mencari pengasuh? Bagaimana dengan pasangan yang tinggal diatasmu itu? Siapa namanya? Jisoo?"

"Ah... Jisoo eonni dan kekasihnya?"

"Jisoo imo sudah pindah!" seru Leo, menarik perhatian tiga orang dewasa disekitarnya. Jangankan Jiyong, bahkan Lisa yang sudah setiap hari bertemu dengan Leo saja merasa heran setiap kali bocah itu tahu lebih banyak berita tentang penghuni gedung apartement dibanding dirinya. "Leo tidak bohong," serunya sekali lagi karena merasa tatapan Jennie mengintimidasinya. "Sungguh... Leo tidak bohong, kemarin Leo bertemu Jaemin samchon dan dia bilang dia akan pindah, Jaemin samchon memberi Leo mainan kemarin... sungguhan... Leo sudah menceritakannya pada eomma kemarin..." cerita bocah itu dengan tangis yang hampir pecah.

"Ah iya! Leo sudah menceritakannya pada eomma kemarin... astaga... maaf ya, eomma lupa, aigoo... agioo... jangan menangis sayang," balas Lisa sebelum putranya mulai menangis di taman itu.

Sedikit basa-basi lagi sebelum Jennie berpamitan untuk pulang dan melupakan pertanyaan-pertanyaan yang tadi sempat mengganggunya. Lisa berjalan bersama Jiyong menuju gedung apartement mereka. Melangkah perlahan sembari mendengar ocehan Leo tentang harinya disekolah tadi. Jiyong perlu mengakui kalau Leo benar-benar banyak bicara setelah ibunya datang. Padahal yang dilakukan bocah itu sejak tadi hanya bermain dan tertawa. Leo bahkan menghindari pertanyaan-pertanyaan Jennie tadi.

Ah... tentu saja, mungkin karena Lisa adalah ibunya, pikir Jiyong enggan untuk ambil pusing.

"Ahjussi, masakan eomma sama seperti makanan yang ahjussi belikan tadi loh," pamer Leo kecil sambil menunggu lift membawa mereka ke lantai tujuan. "Ahjussi harus mencicipinya lain kali, ya eomma? Boleh ya?"

"Tentu saja boleh, Leo sudah berteman dengan Jiyong ajhussi sekarang?" tanya Lisa menganggapi ocehan Leo yang mirip seperti siaran radio tengah hari, tanpa jeda.

"Ne! Eomma harus berteman juga dengan ahjussi," suruh bocah itu membuat Jiyong tidak bisa menahan dirinya— pria itu sabgat ingin tertawa setiap kali mendengar ucapan-ucapan Leo, dan kini ia tidak dapat menahan dirinya untuk tertawa.

"Leo-ya, kita bertemu lagi besok," sapa Jiyong sebelum mereka berpisah dan masuk kedalam rumah masing-masing.

"Ne... annyeonghaseyo Jiyong ahjussi, terimakasih untuk makan malamnya," ucap Lisa, memberi contoh pada putranya untuk bersikap sopan pada tetangga mereka.

"Ne... annyeonghaseyo ahjussi... terimakasih," ulang Leo yang tidak dapat mengingat seluruh kata yang diucapkan Lisa.

"Sama-sama, cepat besar ya..." balas Jiyong sembari melambai kecil kemudian menutup pintu rumahnya perlahan. Menghilang dibalik pintu apartementny sendiri.

«●»

Midnight SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang