17

1.4K 222 5
                                    

«●»

"Sudah terlalu larut, menginaplah disini," tawar nyonya Kwon. "Leo sudah tidur, kalian bisa memakai kamar Jiyong dan dia bisa tidur di ruang tamu,"

"Anniyo, ada yang harus ku kerjakan dirumah, aku benar-benar harus pulang malam ini," jawab Lisa sembari menggendong Leo dengan lembut, berharap tidak akan membangunkan bocah itu.

"Baiklah kalau begitu, biar ku suruh Jiyong mengantarmu,"

"Aigoo... aku wanita yang bisa pergi kemanapun dan kapanpun sendirian ahjumma," jawab Lisa sembari tersenyum pada nyonya Kwon. "Tidak perlu mengantarku," lanjutnya sembari melihat Jiyong yang baru saja bangun dari duduknya. Pria itu juga tertidur bersama Leo ketika Lisa dan nyonya Kwon menutup restoran satu jam yang lalu. "Bantulah eommamu, aku tidak menyuruhmu kesini hanya untuk tidur," suruh Lisa membuat Jiyong mendengus sebal.

Seperginya Lisa, Jiyong akan masuk kedalam kamarnya, kamar yang sudah bertahun-tahun tidak di singgahinya. Jiyong tidak ingat kapan terakhir kali ia pulang. Mungkin saat ayahnya meninggal dan tanpa di ketahui siapapun.

"Jiyong-ah... kenapa waktu itu kau tidak masuk?" tanya nyonya Kwon, menghentikan langkah Jiyong. "Di hari pemakaman appamu, kenapa kau hanya berdiri di depan pintu dan hanya melihat dari jauh?"

"Maafkan aku,"

"Dami pikir kau juga sudah mati di suatu tempat, dia sangat marah karena kau tidak datang ke hari pernikahannya bahkan tidak datang di hari pemakaman appa,"

"Aku akan menemuinya, secepatnya," jawab Jiyong yang kemudian kembali menghampiri ibunya. "Aku akan menemuinya dan meminta maaf padanya, sungguh... maafkan aku, aku janji tidak akan membuatmu sedih lagi, hm? Maafkan aku, eomma," pinta Jiyong yang kemudian duduk di lantai, bersandar pada sofa tempat ibunya duduk dan menyandarkan kepalanya ke lutut ibunya. "Aku minta maaf... eomma,"

"Aku sudah hidup bertahun-tahun dengan appamu, aku sudah berkali-kali memintanya berhenti bekerja. Walaupun aku tahu dia tidak akan mendengarkanku, sampai akhir aku tetap memintanya berhenti dan sampai akhir juga dia tetap bertahan di pekerjaannya. Lalu saat kau bilang ingin bekerja seperti appamu, aku tahu kau juga tidak akan berhenti sama sepertinya. Kalian memang appa dan anak yang menyebalkan," cerita Nyonya Kwon sembari mengusap lembut rambut Jiyong.

"Maaf... aku tidak bisa menepati janjiku untuk tidak berakhir seperti appa. Maaf... aku meninggalkan eomma dan noona sendirian disini,"

"Anniyo, eomma tidak berharap banyak darimu. Eomma tahu kau akan sama seperti appamu. Kau putranya," jawab sang ibu yang kemudian tersenyum. "Bahkan tanpamu eomma tetap bisa hidup dengan baik. Lihat tempat ini, eomma bisa mengurus tempat ini dengan baik, iya kan?"

"Hm... aku tahu, eomma wanita paling cerdas, paling cantik, eomma wanita paling hebat dalam hidupku,"

"Augh... dari siapa kau belajar bicara seperti itu? Appamu sama sekali tidak bisa bicara seperti itu,"

"Entahlah... dan bukankah itu bagus? Walaupun aku sibuk seperti appa, setidaknya aku masih bisa memberitahu eomma kalau aku menyayangimu. Aku tidak akan membiarkan anak-anakku nanti mengira kalau appa mereka membenci mereka,"

"Sepertimu? Jiyong-ah... appamu sangat menyayangimu, kau selalu jadi orang pertama yang ditanyakannya setiap kali menelponku. Dia tidak bisa menemuimu saat kau pergi wamil dan menyuruhku menulis surat untukmu setiap hari, dia ingin tahu kabarmu setiap hari,"

"Tsk... harusnya dia menanyakannya sendiri," jawab Jiyong yang kemudian memeluk kaki ibunya. "Ah... aku benar-benar minta maaf soal Leo tadi. Aku tahu Lisa adalah agen kesayangan appa, jadi ku pikir kalau aku memberitahumu aku dekat dan punya anak... dengannya... dengan agen kesayangan appa, eomma akan senang. Maksudku kalau appa menyukainya, dia pasti gadis yang baik dan ya... eomma juga akan menyukainya kan? Aku tidak tahu kalau ternyata eomma sudah mengenalnya lebih dulu,"

"Eomma lebih mengenalnya dibanding denganmu,"

"Dia bilang begitu?"

"Dia akan langsung membawamu kesini kalau dia tahu siapa dirimu. Hanya teman-temanmu yang tahu siapa dirimu dan bukankah sulit menybunyikan siapa dirimu yang sebenarnya disekitar teman-temanmu? Eomma yakin kalian baru saling kenal beberapa bulan ini, dia tidak tahu kalau kau tidak tahu kalau kau benci jus buah,"

"Woahh... eomma memang sangat hebat, kenapa eomma tidak jadi agen juga?"

"Kau akan sangat kesepian kalau eomma pergi bekerja seperti appamu," jawab santai wanita itu. "Eomma ingin kau segera menikah sayang, sudah saatnya, setidaknya dengan menikah akan ada yang mengurusmu?"

"Waeyo? Eomma bisa mengurusku..."

"Heish... kau bahkan baru pulang setelah bertahun-tahun menghilang, mengurus apanya? Kau semakin kurus saja, apa yang kau makan saat bekerja? Mereka tidak memberimu cukup uang untuk membeli makanan enak?"

"Mereka memberiku banyak uang eomma... aku bisa memberimu uang kalau eomma sudah bosan mengurus restoran. Ah... aku selalu mengirim uang untukmu, eomma pasti tidak pernah mengeceknya, eomma mengabaikan semua yang ku berikan. Iya kan?"

"Anniyo. Semua uang yang kau berikan sekarang menjadi sebuah bangunan di panti asuhan. Karenamu, eomma dianggap sebagai orang baik disini... eomma menyumbangkan semua uang darimu, atas namamu, ke panti asuhan di belakang sekolahmu dulu, kau ingat tempat itu? Eomma pergi kesana setiap minggu, sesekali bersama Dami, sesekali dengan Lisa, eomma ingin mengajakmu kesana dan memamerkan putra eomma yang tampan disana, bisa meluangkan waktumu?"

"Hhh... arraseo, kita bisa kesana akhir minggu ini,"

"Hm... ajaklah Lisa dan Leo juga... Leo senang bermain disana, tapi..." jawab Jiyong yang kemudian menatap ibunya dengan tatapan memelas. "Tapi... Lisa sedang benar-benar marah padaku. Kami tidak dekat, kami baru bertemu beberapa bulan terakhir dan aku membohonginya,"

"Waeyo?" tanya ibu Jiyong itu dengan nada malas. Tentu saja dia sudah menduganya, karena sejak tadi Jiyong hanya bicara pada Leo dan Lisa terlihat mengabaikan Jiyong. "Apa alasanmu membohonginya? Eomma tahu pekerjaan membuatmu sering berbohong. Tapi bukankah kau terlalu sering berbohong sekarang? eomma benar-benar terkejut kau berani membohongi eomma tadi. Apa kau lupa kalau eommamu ini cerdas? Kau lupa siapa yang mengajarimu berbohong? Tidak tahu malu"

"Hehe aku benar-benar minta maaf soal yang tadi... eomma tiba-tiba menelpon, tiga kali, ku pikir terjadi sesuatu yang buruk, saat ku jawab eomma langsung bertanya apa aku sudah menikah diam-diam tanpa memberitahumu. Saat itu aku tahu pasti Gray atau seseorang datang dan memberitahumu kalau akhir-akhir ini aku mengasuh anak kecil. Alasan apa lagi yang bisa ku pikirkan selain bilang kalau aku sudah punya anak sebelum menikah? Aku tahu eomma cerdas, karena itu ku kirim foto Leo agar eomma percaya. Aku tidak tahu kalau ternyata eomma mengenal Leo. Jujurlah... kalau eomma tidak tahu itu Leo, eomma akan percaya dan senang kan?"

"Tsk... jangan melakukannya lagi, mengerti? Lalu apa yang kau lakukan pada Lisa sampai dia marah?"

"Timku mencurigainya, ada sebuah kasus dan kami pikir Lisa berhianat. Sampai disini, jangan menyela," ucap Jiyong sebelum ibunya sempat berkomentar. "Kami pikir Lisa berkomplot dengan seseorang yang membunuh ketua timnya. Ada banyak alasan yang membuat kami mencurigainya, jadi aku mengawasinya. Dari dekat. Awalnya aku hanya ingin mengawasinya, sungguh, aku tidak bermaksud dekat dengannya. Tapi Leo menemukanku, lalu aku menjadi pengasuh Leo. Aku tidak memberitahunya kalau aku seorang agen, sepertinya, dan aku ketahuan. Jadi aku berbohong dan bilang padanya kalau aku sedang mengerjakan kasus lain, di sekitar tempat tinggalnya itu. Dan-"

"Dan ternyata Lisa bukan pelakunya jadi kau memberitahunya dan dia merasa di tipu lalu di tipu dan di tipu lagi?" potong nyonya Kwon yang langsung di jawab dengan sebuah anggukan oleh Jiyong. "Augh! Dasar anak nakal! Kalau memang berniat berbohong kau harusnya berbohong sampai akhir dan tidak boleh ketahuan!" omel nyonya Kwon yang kemudian memukul kepala putranya. "Kenapa kau justru menyakiti perasaan orang lain? Anak nakal!"

«●»

Midnight SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang