«●»
Tidak ada satupun dari mereka yang mabuk. Dua keleng beer tidak berpengaruh apapun untuk keduanya. Dengan cahaya redup di kamar utama, di kamar Lisa yang di iringi alunan lembut suara deru angin di luar, bibir keduanya bertautan. Pria mana yang akan menolak ajakan seorang wanita seperti Lisa? Bahkan walaupun Lisa mungkin bersuami, Jiyong tidak akan menolak ketika wanita itu mengajaknya untuk bersenang-senang.
Lisa berbaring dengan Jiyong yang hampir menindihnya. Terus menautkan bibir satu sama lain dengan lembut sampai rasanya Jiyong tidak dapat menahannya lagi. Jiyong menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar berciuman. Dengan hati-hati, masih berusaha lembut, Jiyong menurunkan ciumannya, perlahan turun menuju dagu hingga lehernya.
Tanpa mengatakan apapaun, kedua manusia itu mengulurkan tangannya untuk membuka kemeja satu sama lain. Mata Lisa masih terpejam, menikmati sapuan lembut bibir Jiyong. Begitupun dengan Jiyong, ia juga memejamkan matanya sembari menikmati kulit leher Lisa yang terasa sangat lembut di bibirnya.
Kancing kemeja Lisa sudah sepenuhnya terbuka, begitupun dengan milik Jiyong. Sebuah bra hitam menutupi dada Lisa, sementara Jiyong tidak memiliki apapun lagi untuk menutupi dadanya. Perlahan keduanya membuka mata, mereka tanpa sadar membuka mata masing-masing secara perlahan.
Mind Control.
Seketika keduanya membeku. Tidak mampu bergerak atau mengatakan apapun ketika melihat bagian kiri tubuh satu sama lain. Perlahan, Jiyong bangkit dari posisinya, dan Lisa pun bergerak untuk duduk dari posisinya.
"Hm... sudah waktunya untuk pulang, kurasa," ucap Jiyong yang kemudian berdiri dan mengancingkan kemejanya.
"Ya, pulanglah," balas Lisa sama canggungnya. Gadis itu menutupi tubuhnya, kemudian menatap punggung Jiyong yang melangkah keluar dari kamarnya.
"Heish! Kenapa harus orang itu lagi?!" seru frustasi Lisa dan Jiyong hampir bersamaan— di dua tempat yang berbeda tentunya.
Jiyong mengingat gadis bertattoo Mind Control itu.
Lisa juga mengingat pria bertattoo Mind Control itu.
«●»
Lima tahun lalu di Roma. Didepan sebuah bangunan mirip kastil, dengan dinding batu, untuk pertama kalinya Lisa harus membunuh seorang yang di kenalnya. Ditempat yang sama itu juga, untuk kesekian kalinya, Jiyong harus meihat seorang yang ingin di lindunginya tewas tertembak.
Berbeda dari hari-hari sebelumnya, seorang agen wanita dari negara tetangga menarik perhatian Jiyong. Selama misinya di Roma saat itu, Jiyong diam-diam menaruh perasaan untuk si agen tetangga— Nana.
Untuk beberapa misi sebelumnya, AlphaO bekerja sama dengan seorang agen dari negara tetangga, Nana. Untuk beberapa misi target mereka adalah perdamaian. Namun seseorang yang saat ini berteman, belum tentu akan terus menjadi teman.
Lima tahun lalu, di Roma. Misi Nana adalah menghancurkan semua yang di miliki tim AlphaB. Saat itu, misi Nana adalah membunuh seluruh AlphaB. Misi Nana hampir gagal, AlphaB meninggalkan Roma tepat waktu, sebelum Nana membunuh mereka. Namun Jiyong, yang jatuh hati di pandangan pertamanya, jatuh hati pada Nana yang di lihatnya melalu kamera pengawas tidak dapat meninggalkan Roma.
Didepan sebuah bangunan mirip kastil, Nana menodongkan senjatanya pada Jiyong. Menatap pria itu dengan sangat dingin.
"Kenapa kau tidak pergi bersama teman-temanmu? Kenapa kau menghianati teman-temanmu dengan menawarkan semua itu padaku?" tanya Nana, ketika Jiyong menutup panggilan dari Jaejin dan memberitahu Nana kalau Jaejin akan memberikan sebuah file penting padanya besok.
Jiyong berjanji, kalau Nana mau menghabiskan waktu selamam dengannya, membiarkan Jiyong hidup satu malam lagi, Jiyong berjanji akan membiarkan Nana membunuhnya dan mengambil seluruh file yang dimilikinya. Jiyong benar-benar jatuh kedasar saat itu, seakan ia terjerat sebuah sihir, ia sanggup memberikan apapun untuk Nana.
Disaat yang sama, di tempat yang sama. Di Roma, di depan bangunan mirip kastil, Lisa bertengkar dengan kekasihnya melalui sebuah panggilan telpon. Saat itu masih awal tahun dan hubungan Lisa dengan kekasihnya itu— Min Yoongi, seharusnya baik-baik saja. Hubungan Lisa dan kekasihnya harusnya baik-baik saja kalau Lisa tidak tiba-tiba harus pergi ke Roma di hari jadi mereka.
"Aku berjanji, saat aku kembali dari Roma, aku akan- oppa... maafkan aku, tapi penulis Lee memanggilku sekarang," ucap Lisa yang langsung mematikan panggilannya ketika melihat Nana menodongkan senjatanya pada seorang pria.
Bagi Lisa saat itu, Jiyong terlihat seperti seorang turis biasa yang sedang dalam masalah dan Nana terlihat seperti seorang agen yang marah. Saat itu Lisa tidak dapat membuat keputusan apapun. Gadis itu langsung menghubungi ketua timnya, memberitahu apa yang di lihatnya.
"Bunuh dia, misinya menghabisi seluruh agen Alpha dan misimu adalah membunuhnya," ucap Ketua Lee saat itu. Lisa butuh waktu lebih lama untuk membuat keputusan, dan Nana pun butuh waktu lebih lama untuk mempercayai Jiyong.
Dan bersamaan dengan Nana yang kemudian setuju untuk menuruti permintaan Jiyong— sebagai hadiah terakhir sebelum mati— Lisa sudah menembakan pelurunya dan tepat mengenai sisi kanan kepala Nana.
Malam itu, Jiyong dianggap menyelamatkan seluruh agen. Namun tidak ada seorang pun yang mengerti bagaimana hancurnya Jiyong, melihat seseorang yang di pujanya mati begitu saja di depannya.
Malam itu, di sebuah bar sepi, Jiyong menghabiskan malamnya untuk minum-minum dan melupakan bagaimana wajah Nana yang tiba-tiba jatuh di hadapannya.
Malam itu, di sebuah bar sepi, Lisa menghabiskan malamnya untuk minum-minum dan melupakan bagaimana rasanya menembak seseorang yang pernah menjadi temannya.
Malam itu, di lantai atas sebuah bar sepi, untuk pertama kalinya Lisa dan Jiyong bertemu. Bertemu dengan alkohol yang menguasai seluruh isi kepala mereka.
"Aku senang bertemu seseorang berbahasa Korea disini," ucap Lisa setelah ia meminta seorang seniman tattoo untuk membuatkan sebuah mantra untuknya— Mind Control.
"Aku juga senang bertemu seseorang yang sama frustasinya denganku disini," balas Jiyong yang sedang menunggu gilirannya untuk mengukir mantra juga— Mind Control.
Malam itu kemudian berakhir dengan seluruh kegilaan di setiap detiknya. Sampai matahari terbit dan masih dengan kepala penuh alkohol, mereka kemudian berpisah. Berdiri kembali di depan bangunan berdinding batu mirip kastil, dan berhadapan untuk mengucapkan salam perpisahan.
"Semoga mantramu berfungsi," ucap Jiyong sebelum mereka benar-benar berpisah. "Mind Control, hanya pikirkan hal-hal yang baik,"
"Mind Control. Semoga mantranya dapat mengontrol pikiranmu juga," balas Lisa yang sama mabuknya dengan Jiyong sebelum mereka akhirnya berbalik, memunggungi satu sama lain dan berjalan menjauh dengan harapan tidak akan bertemu lagi.
«●»
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Secret
FanfictionSebagian orang memulai harinya di pagi hari. Dan sebagian lainnya memulai harinya di tengah malam.