15

1.4K 215 4
                                    

«●»

Jiyong mengagumi setiap lukisan yang di lewatinya. Bukan hanya Seunghyun, Jiyong juga menyukai berbagai jenis seni sepertinya. Memakai galeri seni sebagai pengalihan perhatian ternyata tidak buruk, pikir Jiyong. Dalam hatinya, Jiyong sedang membandingkan markas AlphaB yang berupa night club dan markas AlphaO yang berupa galeri seni. Dari pemilihan tempat markas saja ada banyak perbedaan diantara tim mereka.

Langkahnya berhenti didepan sebuah cermin besar, sebuah cermin yang katanya memamerkan lukisan paling indah— apapun ciptaan Tuhan yang berdiri di hadapannya— pria itu menarik nafasnya dalam-dalam kemudian melangkah masuk ketika dengan perlahan cermin itu terbelah menjadi dua dan memberi celah bagi Jiyong serta Gray untuk lewat. Tidak ada banyak orang yang tertarik pada cermin, terlebih diantara puluhan lukisan indah yang di pajang disana, cermin bukanlah apa-apa.

"Seseorang yang memimpin misi gabungan kita sudah datang," ucap Gray yang lebih dulu masuk kedalam markas itu, sementara Jiyong masih menerima sebuah panggilan dari ibunya di luar. "Agen GD sudah datang, dia sangat benci sesuatu yang berantakan dan sangat mudah marah karenanya, jadi lebih baik kita tetap bersih... dan rapih," lanjut Gray sembari melirik Mino yang paling berantakan disana. "Ah dan Lisa, kau mungkin sudah mengenalnya. Dia putra agen legendaris kita, agen GD putra agen Yong,"

"Sungguh?!" seru Lis yang langsung berjalan menghampiri Gray. "Aku belum pernah bertemu putra agen Yong," lanjut Lisa disusul seruan terkejut ketika melihat Jiyong masuk dengan raut wajahnya yang terlihat lebih keras dari biasanya.

Lisa benar-benar terkejut melihat Jiyong disana. Melihat Jiyong yang secara fisik mirip dengan Jiyong tetangganya namun secara rasa, pria yang baru saja masuk itu punya aura berbeda dari Jiyong si tetangganya. Jiyong yang tinggal didepan rumahnya terlihat ramah dan hangat, namun Jiyong yang baru saja masuk ini terlihat dingin dan sangat keras.

"Annyeonghaseyo, aku agen GD dan aku sudah mengenal kalian berdua. Jadi kita lewati saja sesi perkenalan-"

"Kau akan bekerja disini? Sampai bertemu lagi? Ya! Kau membohongiku!" seru Lisa yang kembali sadar setelah mendengar suara Jiyong.

"Kita bisa membicarakan masalah pribadi di luar tempat ini, agen Lisa," jawab dingin Jiyong yang kemudian melangkah ketempatnya. "Masih belum ada perkembangan mengenai lokasi file itu? Agen Mino?"

"Belum," jawab Mino sementara Lisa menatap Jiyong dengan tatapan kesal. Dan yang di lakukan Jiyong? Pria itu hanya menghindari tatapan Lisa.

"Ini sudah terlalu lama, kita harus bergerak lebih cepat. Kalian berdua pergilah ke markas pusat dan cari apapun yang berhubungan dengan jual-beli senjata. Akan ada pembelian pesawat jet dalam waktu dekat ini,"

"Untuk apa pesawat jet? Berperang? Kenapa kita tidak membeli nuklir saja?" tanya Mino sementara Gray hanya berusaha menilai hubungan antara temannya dan si ajhumma yang sekarang tidak berhenti menatap Jiyong.

"Saat ini akan ada jual-beli pesawat jet. Kalau jual-beli pesawat jet ini berjalan lancar, menurutmu apa yang selanjutnya akan di beli?"

"Nuklir?"

"Ya, kalau begitu saatnya kita bekerja sekarang," ucap Jiyong yang kemudian menarik kursinya dan duduk disana.

"Kalau begitu aku akan langsung ke markas pusat," ucap Mino disusul suara Lisa yang ingin pergi bersama Mino. Lisa merasa tidak nyaman setelah tahu kalau Jiyong benar-benar berhasil membohonginya.

Di mobil yang Mino kendarai, Lisa terus menggerutu di sebelahnya. Wanita itu terus memutar otaknya untuk mencari alasan Jiyong berada di sekitarnya selama ini.

"Kita tersangka utama mereka," ucap Lisa membuat Mino meliriknya, bertanya apa maksud dari ucapannya itu. "Mereka... bukan ingin bekerja sama dengan kita, mereka mencurigai kita. Kita yang terakhir bersama Ketua Lee jadi dia mencurigai kita. Si berengsek Kwon Jiyong itu mendekatiku untuk mencari informasi- atau bukti kalau aku benar-benar berhianat dan membunuh Ketua Lee. Tentu saja mereka sudah mengenal kita, karena selama ini mereka mencurigai kita. Ah... jadi ini alasannya terus muncul di hadapanku. Bajingan. Padahal malam sebelum Ketua tertembak aku bersama dengannya,"

"Kau bersama siapa di malam sebelum Ketua tertembak?" tanya Mino membuat Lisa menutup rapat mulutnya. Tidak ada yang bisa di banggakan dengan berkeliaran semalaman dengan seorang pria, ia seharusnya menjaga ucapannya.

Sore harinya, Lisa menjemput Leo seperti hari-hari biasanya. Gadis itu menjemput Leo kemudian mengingat janjinya kemarin— mengunjungi appanya. Dengan mengendarai mobilnya, Lisa mengajak Leo untuk pergi kesebuah pemakaman. Makam untuk orang-orang yang dianggap sebagai pahlawan bagi negara. Sudah lama Lisa tidak berkunjung kesana dan sudah lama juga Lisa tidak mengajak putranya untuk menemui agen Yong. Agen yang mendukungnya selama ini, agen yang membantunya selama ini dan pria yang sudah seperti ayah kedua untuknya.

"Appa, aku datang bersama Leo hari ini, bagaimana kabarmu disana? Pasti menyenangkan... kalau disana tidak menyenangkan, kau pasti akan kembali kesini, iya kan?" ucap Lisa sembari memperhatikan Leo yang sedang melihat sebuah kupu-kupu kecil di dekat batu nisan agen Yong. "Appa, untuk pertama kalinya, aku bertemu putramu. Tapi tidak seperti yang kau ceritakan padaku, dia pria yang... hmm... menyebalkan? Dia hanya melakukan semua yang di inginkannya dan tidak mendengarkan orang lain,"

"Heish... tapi aku tidak datang untuk mengadukannya... tunggu... appa, bukankah ada sesuatu yang ingin kau berikan padanya? Astaga... appa, maaf aku melupakan titipanmu waktu itu," seru Lisa yang kemudian meraih sebuah vas bunga di depan batu nisan dimakam itu. Vas bunga yang biasanya menjadi tempat para pelayat menaruh karangan bunga mereka.

Dengan hati-hati, Lisa menarik keluar vas bunga itu, mengeluarkan beberapa tangkai bunga yang tadi dibawanya kemudian memaksa keluar sebuah kunci yang disimpan disana. Kunci yang agen Yoon berikan pada Lisa beberapa tahun lalu. Kunci yang agen Yoon titipkan pada Lisa sebelum ia meninggal dulu. Kunci yang katanya harus di terima langsung oleh putra agen Yong.

"Sayang, ayo kita menemui Jiyong samchon," ajak Lisa yang kemudian mengajak Leo untuk pergi kesebuah restoran BBQ ditengah kota. Butuh 2 jam perjalanan sampai Lisa tiba di restoran itu, beruntung karena tempatnya ternyata belum tutup.

"Annyeong ahjumma," sapa Lisa pada istri agen Yong yang mengelola tempat itu.

"Oh Lisa, kau datang? Bagaimana kabarmu nak?" balas wanita itu yang kemudian menghampiri Lisa.

"Baik ahjumma, kami baik-baik saja," jawab Lisa yang langsung duduk begitu di persilahkan sementara Leo langsung berlari ke sebuah akuarium di sudut ruangan setelah menyapa pemilik restoran itu. "Ahjumma... apa putramu belum pulang?"

"Dia sudah kembali dari Roma, tapi belum sempat berkunjung sekarang. Waeyo?"

"Anniyo, aku hanya ingat kalau ada sesuatu yang harus kuberikan padanya," jawab Lisa yang kemudian menelpon Jiyong. Menyuruh Jiyong datang ke restoran itu sebelum Jiyong sempat bertanya apa alasan Lisa menelponnya.

«●»

Midnight SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang